AGILIA PART 34

3.8K 252 10
                                    

Malam ini, anak-anak Black Panther berkumpul di kafe milik mamanya Lia. Termasuk Lia, Afika dan Ica juga ikut rame bersama dengan para anak Black Panther.

"Pesan aja sesuka kalian, nggak usah mikirin soal biaya" ucap Agil pada anak anggotanya.

"Asiaap"

"Siap bos"

"Alhamdulillah, makan gratis"

Itulah berbagai jawaban yg diberikan mereka pada Agil. Lia terkekeh dan menoleh menatap wajah tampan suaminya.

"Ini semua anak Black Panther?" Tanya Lia. Agil mengangguk membuat Lia ber-oh ria.

"Ini baru yg khusus Bandung bu bos, belum kalo nanti digabung sama yg Jakarta sama Surabaya" ujar Bima sambil meniup-niup kopi panasnya.

"Eh itu minumannya kalo panas nggak boleh di tiup Ka, lebih baik dikipas" teriak Ica yg kemudian memberikan kipas anginnya yg selalu ia bawa kemana-mana pada Bima.

"Makasih Icaaa" balas Bima menerima kipas tersebut.

Agil dan Lia memang satu meja dengan Bima, Ica, Afika, Dika, Aldi, dan Alfin. Anggota lainnya memilih meja sendiri-sendiri karena tidak cukup kalau hanya satu meja kalau harus menampung hampir 200 orang.

"Wah, nanti kapan-kapan undang kesini dong yg dari Jakarta sama Surabaya. Boleh?" Tanya Lia pada Agil.

"Boleh banget kok. Nanti aku mau undang mereka buat camping pas kita udah mau lulus sama geng motor lain juga supaya tambah rame" jawab Agil membuat Lia dan mereka semua yg ada dimeja tersebut menganga lebar.

"Wow, pemikiran yg sangat imperitif bukan? Black Panther aja udah 200 orang tambah anggota geng lain? Nggak kebayang tuh arena camping gimana padatnya" balas Aldi menggeleng-gelengkan kepalanya membayangkan yg akan terjadi nanti kalau memang benar-benar Agil akan melakukan itu.

"Tapi boleh juga ide lo. Hitung-hitung buat perdamaian antar geng motor, kan?" Sambung Dika.

"Iya, gue juga setuju" balas Alfin.

"Ih asik bangeet dong. Nanti kita harus ikut pokoknya" ujar Ica ikut numbrung dalam obrolan para lelaki.

"Iya, gue juga penasaran gimana liat banyaknya anak Black Panther" balas Afika.

"Nanti kita atur waktunya kapan" ucap Agil membuat mereka semua mengangguk setuju.

"Nggak sabar" ucap Lia sambil menepuk-nepuk tangannya seperti anak kecil. Agil terkekeh dan langsung mencuri ciuman pada pipi kiri Lia membuat Lia seketika diam mematung begitupun mereka yg berada dimeja tersebut yg seketika membuat suasana menjadi hening.

"Ehem-ehem, yg udah halal mah beda yah bun" celetuk Bima dengan suara yg cukup kencang.

"Iri? Bilang bos" balas Aldi mengejek Bima.

"Alah, gue yakin kalian juga pasti iri kan? 100 persen yakin gue. Apalagi Afika tuh liat, Lia yg dicium dia yg blushing" ujar Bima menunjuk Afika dengan dagunya.

Seketika semua atensi yg sepenuhnya tertuju pada Agil dan Lia, sekarang tertuju pada Afika.

"Ini beneran blushing?" Tanya Ica menunjuk pipi Afika dengan jari telunjuknya.

"Ish apaan sih, nggak ada yah. Gue nggak blushing. Ini tuh kopinya yg panas, lo apaan sih Bim. Awas aja yah lo" balas Afika menatap tajam Bima yg sedang cengengesan ditempat.

"Nafas Li. Nggak mau pingsan tahan nafas terus?" Bisik Agil ditelinga Lia membuat Lia seketika tersadar dari keterkejutannya perihal tadi.

"Ka Agil mah nyebelin" balas Lia memukul pelan punggung tangan suaminya.

AGILIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang