AGILIA PART 41

3.6K 240 17
                                    

"WOY, MASA COWOK BERANINYA SAMA CEWEK?" Teriak seorang cowok yg seketika menghentikan kegiatan ketiga preman tersebut yg sedang berkelahi dengan Afika.

Mereka langsung menolehkan kepalanya pada cowok yg tadi berteriak. Afika membulatkan matanya dan bersyukur banyak-banyak dalam hati pada Allah yg telah mengirimkan sesosok malaikat yg akan menyelamatkannya malam ini.

"Owh, jagoannya datang nih" ujar salah satu dari mereka.

"Beraninya keroyokan" balas Dika yg kemudian berdiri tepat dihadapan Afika menghadang penglihatan para preman tersebut pada Afika yg sudah tersembunyi dibalik badannya.

"Sama cewe lagi" lanjutnya lagi sambil terkekeh miris.

"Alah sok jagoan lo. Ayo lawan kita bertiga" tantang preman yg paling besar badannya tersebut.

"Ayok! Siapa takut?" Jawab Dika langsung meneriwa tantangan tersebut dengan senang hati.

'Belum tau aja tuh preman sama kehidupannya Dika yah🤭. Wakil ketuanya Black Panther nih bos😁'

Dika membalikkan badannya menghadap Afika. "Lo diam aja disini, nggak usah kemana-mana apalagi berniat untuk ngelawan mereka. Gue tau lo udah kuasain semua teknik beladiri, tapi! Lo itu cewek, dan mereka cowok. Mereka bukan tandingannya lo. Jadi, biarin mereka jadi urusan gue. Ngerti?"

Afika menganggukkan kepalanya cepat dan tersenyum membuat Dika ikut tersenyum. Setelah itu, Dika membalikkan badannya dihadapan para preman tersebut dan mulai berkelahi mengeluarkan seluruh jurus andalannya saat berkelahi dengan semua jenis musuh geng motornya.

Saat Dika masih menangani dua preman tersebut, satu preman yg tersisa memanfaatkan momen tersebut untuk menyerang Afika yg hanya berdiri menonton perkelahian tersebut.

"Aww" teriak Afika yg langsung terduduk ditanah ketika merasakan ada seseorang yg menendang punggung belakangnya.

Teriakan Afika barusan membuat atensi Dika teralihkan. Untung saja dua preman yg dilawannya sudah tumbang, dan tinggal menyisakan satu preman yg Dika yakin penyebab Afika jatuh tersebut.

Dika berlari menuju Afika dan menghajar habis-habisan preman yg tersisa itu sampai babak belur menyusul kedua temannya.

Setelah dirasa cukup, Dika menghentikan aksinya tersebut dan menyugar rambutnya kasar. "Huh, banci banget mainnya keroyokan"

Dia menolehkan kepalanya pada Afika yg masih terduduk ditanah tersebut dan menghampirinya.

"Nggak ada yg luka kan?" Tanya Dika sambil berjongkok dihadapan Afika.

"Alhamdulillah nggak ada. Makasih bang, udah datang diwaktu yg tepat" jawab Afika membuat Dika menghembuskan nafas lega.

"Tapi, maaf udah bikin wajahnya bang Dika jadi babak belur gitu" lanjut Afika sambil meringis melihat warna biru-keunguan yg cukup banyak tercetak diwajah tampan Dika.

Dika terkekeh dan menjawab "bukan salah lo kok, kan bukan lo yg pukul. Lagian juga gue udah biasa kek gini"

Afika menganggukkan kepalanya paham akan ucapan Dika.

"Masih boleh berdiri sendiri kan? Soalnya kalo gue bantuin, kita belum mahram" Tanya Dika yg kemudian berdiri dan menatap wajah Afika meminta jawaban.

"Ha? Iya, masih boleh kok" jawab Afika sedikit kaget dan kemudian ikut berdiri.

'Belum mahrom? Belum dan bukan itu dua kata yg sangat berbeda artinya bukan?!?!?!' Teriak Afika dalam hatinya.

"Yaudah kalo gitu lo sekarang pulang nanti gue susulin dari belakang" ujar Dika.

"Eh? Tapi motornya gue, bannya kempes bang" jawab Afika dengan cengiran.

"Kempes? Oh yaudah nebeng bareng gue aja. Nanti motor lo, teman bengkel gue yg jemput" balas Dika yg langsung disetujui oleh Afika.

Mereka berdua menaiki motor besar milik Dika dan meninggalkan jalanan sepi tersebut.

"Bang" teriak Afika.

"Hm" jawab Dika.

"Singgah bentar disupermarket yah. Mau beli betadine sama kapas" ujar Afika.

"Mau buat apa?"

"Buat obatin lukanya bang Dika, kalo nggak diobatin nanti takutnya infeksi. Udah nggak usah banyak protes, fokus aja sama bawa motornya jangan lupa singgah ke supermarket"
----

"Masih mules yah?" Tanya Lia ketika melihat Agil yg sudah keluar dari kamar mandi.

Agil membalasnya dengan senyuman yg dipaksakan. "Sedikit" jawabnya dengan suara lirih.

"Lagian kamu makan apa sih? Kenapa bisa sampe kegini?" Tanya Lia kesal membuat Agil menelan ludahnya dengan susah payah.

'Yaiyah masa gue harus bilang gara-gara kue yg dibikin sama Lia. Bisa sedih nanti Lia Ya Allah' ucap Agil dalam hati.

"Allahuakbar, muka Ka Agil sampe pucat kegitu lagi. Sakit banget yah perutnya? Sini tiduran dipahanya Lia"

Agil langsung menuruti perkataan Lia untuk tiduran dipahanya diatas kasur. Baru beberapa menit rebahan diatas kasur dengan paha Lia sebagai bantalan, Agil merasakan lagi perutnya yg ingin mengeluarkan semua yg ada didalamnya membuatnya harus terpaksa kembali bangun dan berlari dalam kamar mandi lagi.

Lia menatap punggung kekar suaminya dengan tatapan sendu. Ia bangkit berdiri dan berjalan kebawah menuju dapur untuk mengambilkan Agil air hangat untuk diminumnya ketika nanti keluar kamar mandi.

Merasa cukup lega, Agil menghela nafas panjang menyugar rambutnya kasar dan kemudian keluar dari kamar mandi.

Saat keluar kamar mandi, Agil mendapatkan Lia yg sedang duduk dipinggir kasur sambil menangis?!

"Hey, kamu kenapa?" Tanya Agil lembut sambil menarik dagu Lia mendongak kearahnya.

Lia tidak membalasnya, hanya suara isak tangis yg Agil dengar dari mulut Lia membuatnya membuang nafas kasar.

"Li, bilang sama aku siapa yg buat kamu nangis kaya gini, hm?" Tanya Agil masih berusaha sabar.

Lia menolehkan kepalanya pada Agil yg sudah ikut duduk disebelahnya dan kemudian langsung memeluk Agil dengan erat.

"Kenapa, hm?" Tanya Agil lagi sambil membelai lembut rambut panjang Lia.

"Aku nggak mau kamu sakit kaya gini, aku nggak bisa liat muka kamu yg pucat. Aku takut"

"Apalagi pas tau kamu sakit gara-gara makan kue yg dari aku tadi"

"Kalo misalnya emang nggak enak, kamu bisa bilang sama aku jangan dimakan sendirian sampe habis kaya gitu. Jadi begini kan jadinya?"

"Maaf" balas Agil membuat Lia mendongak menatapnya.

"Tuh kan? Kamu tuh nggak pernah buat salah sama aku, kenapa minta maaf?"

"Justru, aku yg banyak salah sama kamu. Lia minta maaf yah" lanjut Lia lagi.

"Bagi aku, kamu terlalu sempurna untuk buat kesalahan" jawab Agil membuat Lia tersipu malu.

'Cup'

Lia mengecup pipi kiri Agil membuat Agil tersenyum geli melihat raut wajah Lia yg memerah.

"Kamu yg lakuin kok kamu yg malu?" Tanya Agil sambil terkekeh.

"Ah tau ah, Ka Agil mah nyebelin" jawab Lia sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Agil menggelengkan kepalanya dan menarik kembali Lia kedalam dekapannya.

"Nggak ada sebuah kata yg mampu mengungkapkan betapa bahagianya aku saat ini saat bersamamu" bisik Agil dengan lembut dan kemudian mengecup lama kening Lia.

__________



Jangan lupa vote dan komen🥰.
See you :)
Bwabway👋👋.





















AGILIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang