"Cari yg mukanya kaya Balaram, pekerja keras kaya Mail, sifatnya kaya Nusa, penyayang kaya Adit itu dimana sih?" Tanya Ica sambil menscroll-scroll video diaplikasi tiktok ponselnya.
"Dipesantren banyak" jawab Afika membuat Ica yg sedang tiduran dimejanya tersebut langsung bangun dan menatap Afika dengan mata berbinar.
"Beneran?" Tanya Ica senang. Afika hanya mengangguk acuh, sedangkan Lia hanya terkekeh.
"Di dunia oren lebih banyak, Ca" sambung Lia dengan pandangan tak lepas dari ponselnya.
"Ah kalian mah, gue serius ini. Gue tuh mau yg nyata bukan yg fiksi" ucap Ica memberenggut kesal.
"Yah kita juga serius" balas Afika dan Lia kompak lalu kemudian tertawa bersama.
"Nggak ada yg lucu" ujar Ica sinis.
Afika dan Lia hanya saling pandang dan mengedikkan bahu acuh kemudian asik lagi dengan ponsel masing-masing.
Sekarang, kelas mereka sedang jam kosong yg berarti tidak ada guru yg masuk dan juga alhamdulillah mereka juga tidak dikasih tugas apapun membuat mereka bersyukur dan senang bukan main.
Sebenarnya mereka ingin sekali kekantin agar cepat memesan makanan tanpa halangan dari teman-teman yg lain yg ikut juga memesan, tapi mereka bertiga lebih mementingkan rasa malas mereka daripada rasa lapar mereka. Dan alhasil, mereka hanya bermain ponsel dalam kelas sambil tiduran diatas meja.
"Eh Li?" Panggil Ica lagi.
"Hm" jawab Lia hanya dengan deheman.
"Kita boleh nggak minta seseorang dalam doa?" Tanya Ica membuat atensi Lia dan juga Afika beralih sepenuhnya padanya.
"Boleh kok" jawab Lia membuat Ica tersenyum puas.
"Lo boleh nyebut seseorang dalam doanya lo, tapi lo juga harus siap kalau nanti bukan dia yg jadi takdir lo" lanjut Lia membuat Ica menyorotkan bahunya lemas.
"Bisa jadi kan, lo nyebut seseorang dalam doa lo, tapi bukan dia yg jadi takdir lo malahan orang lain. Mungkin aja kan, orang lain itu yg selalu nyebut lo dalam doanya" sambung Afika tersenyum.
"Intinya minta aja yg terbaik sama Allah. Kita juga kan nggak tau mana yg duluan ngelamar kita. Jodoh atau kematian? Janur kuning atau bendera kuning? Semuanya ada ditangan Allah. Yg perlu lo tau dan ingat, kematian itu yg pasti" ucap Lia lagi sambil memegang pundak kiri Ica dan tersenyum manis.
"Makasih nasihatnya" jawab Ica tulus pada Lia juga Afika.
"Sama-sama, udah ah kaya sama siapa aja pake acara terima kasih segala" balas Afika.
"Eh tapi, kata Rosulullah juga gitu kan? Jangan mentang-mentang udah akrab banget jadi semena-mena. Berbuat baiklah kalian pada sahabat-sahabat kalian" balas Ica membuat Afika dan Lia tertawa.
"Ica udah pintar" kata Lia sambil menepuk-nepuk pelan puncak kepala Ica. Afika terkekeh melihatnya sedangkan Ica mencebikkan bibirnya kesal.
"Kekantin yuk, lapar nih gue" ajak Afika sambil mengusap-usap perutnya.
"Yuk, gue juga lapar nih" jawab Lia bangkit dari duduknya dan berjalan keluar kelas diikuti Afika dan Ica dibelakang tentunya.
Belum sempat sampai dikantin, mereka sudah dikagetkan dengan suara bel yg membuat para siswa dan siswi sangat berbahagia.
"Pulaaaang" teriak seorang siswa sambil lari kedalam kelas mengambil tas.
"Belum juga sampai dikantin" ujar Ica kesal.
"Ini beneran bel pulang?" Tanya Afika masih tidak percaya. Terlalu cepat fikirnya.
"Kayanya sih, tuh orang-orang udah pada gandeng tas" jawab Lia menunjuk orang-orang yg melewati mereka.
"Yaudah yuk balik lagi ke kelas" ajak Ica yg langsung diangguki oleh Lia dan Afika.
Mereka bertiga mempercepat langkah kaki mereka ke kelas mereka untuk mengambil tas mereka.
----"Ka Agil nanti singgah makan dipinggir jalan yah, soalnya tadi nggak sempat kekantin" ucap Lia setelah masuk dan duduk didalam mobil.
"Kamu lapar?" Tanya Agil sambil maju dan mendekat dan memasangkan sealbelt Lia.
"Banget" jawab Lia dengan cengiran.
"Yaudah nanti kita singgah makan. Beli semua yg kamu suka makan" balas Agil sambil mengelus puncak kepala Lia.
"Akhir-akhir ini kita selalu pulang cepat kenapa, Ka?" Tanya Lia.
"Guru-guru lagi rapat. Kan kelas 12 udah mau ujian kelulusan" jawab Agil tetap fokus menyetir.
"Eh iya yah, aku lupa. Satu minggu lagi kalau nggak salah kan?"
"Iya seminggu lagi kalau nggak ada halangan" jawab Agil.
"Rencananya kamu mau lanjut kuliah dimana?" Tanya Lia menatap Agil yg masih fokus melihat jalanan didepan.
"Maunya kamu dimana?" Tanya balik Agil tanpa menatap Lia.
"Kok jadi aku, kan yg mau kuliah kamu" jawab Lia sedikit kesal.
"Yah kan kita udah suami istri" balas Agil lagi yg kini sudah balas menatap Lia karena sedang berada di lampu merah.
"Terserah kamu aja sih sukanya dimana. Yang penting masih di Indonesia jangan diluar negri" jawab Lia.
"Yaah, padahal aku sukanya di Jepang. Gimana dong?" Ucap Agil membuat Lia melototkan matanya kaget.
"Ha? Jepang? Ooh aku tau, kamu suka disana karena Layla-Layla itu kan? Yaudah kesana aja, aku nggak masalah kok. Nggak balik juga nggak apa-apa" balas Lia membuang pandangannya kearah luar jendela.
Agil tertawa dan mengambil tangan kanan Lia untuk digenggamnya sambil menyetir kembali karena lampu lalu lintas yg sudah berubah warna.
"Beneran diizinin nih?" Tanya Agil membuat Lia kesal dan mencoba melepaskan tautan tangan mereka yg Agil pegang dengan erat.
"Iya, ikhlas lahir batin malah" jawab Lia sinis.
'Cup'
Lia seketika menahan nafas dengan mata melotot karena perilaku Agil barusan padanya. Agil mencium pipi kanannya dengan singkat tapi bisa membuatnya menahan nafas beberapa menit.
"Yang dekat-dekat sini aja. Aku nggak kuat kalau jauh-jauh dari kamu" ucap Agil setelah membuat Lia hampir pingsan.
"Ehem" Lia berdehem untuk menetralkan kembali kerja jantungnya.
"Beneran Ka, Lia nggak masalah kok kalau emang Ka Agil maunya di Jepang" ucap Lia berusaha menekan egonya.
"Yah aku juga serius nggak mau jauh dari kamu" balas Agil sambil menaik turunkan alisnya.
"Ke Jepangnya nanti aja sama kamu" lanjutnya lagi sambil menatap Lia dan kemudian mencium lembut punggung tangan Lia.
"Yuk turun, katanya udah lapar banget" ajak Agil menyadarkan Lia kalau mereka sudah berada dipinggir jalan tempat jual nasi goreng.
"Huh, senam jantung terus gue kalau sama Ka Agil" ucap Lia pelan setelah Agil keluar duluan dari mobil.
_________
Jangan lupa vote dan komen🥰.
See you :)
Bwabway👋👋.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGILIA
RandomMenikah dengan sepupu sendiri? Ingat, sepupu itu udah bukan mahrom yah! Yang penasaran yuk langsung baca >> Jangan lupa votenya kawand :) Note: Tulisannya masih acak-acakan dan banyak juga yg typo! Kalo ada waktu nanti pasti bakal direvisi.