Agil menghela nafas panjang lalu kemudian bangun dari tidurnya. Ia menoleh ke arah samping kanannya dimana sedang tertidur perempuan yg sudah menemani hari-harinya selama hampir 6 bulan terakhir ini.
"Aku nggak bakal pernah ngizinin siapapun buat sakitin atau lukain kamu, tanpa terkecuali aku sendiri"
Agil terkekeh ringan ketika melihat Lia yg sepertinya terganggu saat Agil mengusap lembut dahinya. "Kayanya untuk ukuran anak SMA, kisah kita nggak terlalu berat yah" sambungnya lagi.
'Bukan nggak terlalu berat tapi belum terlalu berat' ucapnya tidak yakin dalam hati.
"Ka Agil kenapa nggak bangunin Lia solat subuh?"
Agil terlonjak kaget mendengar suara Lia yg tanpa ia sadari sudah duduk disampingnya.
"Aku juga baru bangun" jawabnya dengan lembut.
Lia menganggukkan kepala lalu menatap dalam mata suaminya. Agil sampai salah tingkah ditatap seperti itu. "Kamu kenapa, Li? Aku ada belek yah?"
Lia tertawa dengan pertanyaan lucu suaminya itu. Lia tersenyum hangat dan kemudian memeluk Agil. Lia bisa mendengar Agil yg membuang nafas kasar sebelum kemudian membalas pelukan itu dengan cukup erat.
"Kalau hari-harinya kamu berat, kamu bisa cerita sama aku. Kita disini udah suami istri, yg berarti semua masalah kamu juga masalah aku begitupun sebaliknya. Aku disini bukan lagi adik sepupu atau orang lain buat kamu, tapi aku disini udah jadi istri kamu kalo kamu lupa. Jadi, mari selalu berbagi cerita suka maupun duka, senang maupun sedih, karena aku mau jadi tempat pulang ternyaman untuk kamu, suami aku" ucap Lia membuat Agil tersenyum lega dengan hati berdesir hangat.
Lia mendongak menatap Agil dan kemudian mengerutkan keningnya saat melihat Agil yg balas menatapnya dengan senyuman tertahan. "Kamu kenapa?" tanyanya.
"Kamu kenapa?" tanya Agil dengan gaya bahasa dan intonasi bicara mengikuti Lia.
Lia yg semula mengerutkan kening langsung melepas pelukan mereka saat sudah sadar dengan apa yg Agil maksud dan menutup malu wajahnya menggunakan kedua tangannya.
"Ka Agil iiih" rengeknya.
Agil tertawa dan kemudian menarik Lia kembali dalam dekapannya. "Sini cepaaat sembunyiin mukanya disini" ujarnya sambil terkekeh.
Lia tidak menolak dan membiarkan wajahnya teredam dalam pelukan Agil.
"Aku suka kamu bicara kaya tadi"
"Itu terakhir" balas Lia cepat.
"Aku udah jadi suami kamu bukan kakak kamu lagi"
"Yaudah biarin, orang Lianya nyaman panggil kakak"
"Hmmm, senyamannya kamu"
Lia terkekeh gemas lalu mendongak menatap wajah Agil yg sedang kesal itu. "aku usahain yah cintakuu" ujarnya membuat Agil kembali senyam-senyum tak jelas.
----Setelah aksi saling melempar gombalan ditempat tidur, disinilah Lia sekarang berada, dibawah terik matahari lapangan sekolah tempat berlangsungnya upacara bendera yg dilakukan rutin tiap Senin tiba.
"Kok jadi panas banget kegini sih" sungut Ica kesal.
"Iya, panas banget" sambung Lia ikutan mengeluh.
"Udah panas banget, kakak kelas nggak ada, ditambah lagi itu Pa Badrun nggak selesai-selesai ceramahnya." Kini, Afika ikut menyuarakan kata hatinya.
Lia dan Ica menganggukkan kepalanya setuju dengan pernyataan yg dilontarkan Afika.
"Eh, tapi berarti secara nggak langsung lo bilang rindu Ka Aldi kan?" tanya Ica yg seakan baru sadar pada salah satu kalimat yg barusan keluar dari mulut sahabatnya itu.
Afika menatap tajam Ica. "Apaan sih? bukan begitu maksud gue. Lagian, Kakak kelas kan nggak cuma Aldi. Kan, Li?"
Lia tertawa pelan lalu menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan dua sahabatnya itu. "Kenapa jadi bawa-bawa gue?"
Afika dan Ica sontak saling menatap dan menjawab dengan kompak "Karena Ka Agil kan Kakak kelas"
Sudah cukup!
Rasa-rasanya Lia ingin mengubur dirinya dalam-dalam. Bagaimana tidak? kini, semua mata orang yg ada dilapangan mengarah pada mereka bertiga. Tak terkecuali Pak Badrun yg sudah menatap mereka tajam seperti ingin menguliti mereka hidup-hidup.
"KALIAN BERTIGA SELESAI BARIS JANGAN DULU BUBAR!"
Perintah mutlak dari sang Guru BK didepan sana membuat tiga serangkai itu menunduk malu dan merutuki kebodohan masing-masing.
"Sepertinya, terlepas dari pantauan para abang, kakak, dan suami, hidup kita disekolah sehabis ini nggak bakal tenang dan aman."
----"Kalian tau salah kalian apa?"
Lia, Afika dan Ica kompak menganggukkan kepalanya. "Tau Pak"
"Bukan hanya tidak menghargai Bapak yg sedang berbicara didepan tapi kalian juga seperti orang yg tidak menghargai jasa para pahlawan yg telah gugur dimedan perang demi kita, demi rakyat Indonesia, demi kemerdekaan negara ini" ujar Pak Badrun menasehati tiga anak murid yg ada didepannya.
Setelah itu, ia mulai merangkai kata demi kata untuk menyadarkan mereka dari perbuatan yg salah itu sampai jam istrahat tiba membuat ketiga orang didepannya itu kesal minta ampun.
"YaAllah tuhankuuu" teriak Ica setelah keluar dari ruangan BK.
"Sumpah yah, gue makin nggak suka sama tuh guru" sambung Afika kesal.
"Yaudah lah yah, emang udah salah kita jadi harus nanggung resiko" balas Lia menengahi.
"Tapi emang udah kelewatan sih, gue juga nggak suka Pa Badrun. Kita emang salah gue akuin yah. Tapi, nggak gitu juga kali dengar kultum sampai bolos jam pelajaran gini." sambung Lia lagi dengan kekesalan yg menggebu-gebu didalam dada.
"Kultum apanya yg sampe berjam-jam gitu, Li" ujar Afika.
"Emang kultum yg gue bilang artiannya apa?" tanya Lia.
"Kuliah tujuh menit" jawab Afika dan Ica kompak.
"Salah. Kultum yg gue maksud itu Kuliah tujuh jam" balas Lia.
________________
Akhirnya bisa nulis lagi. Siapa yg udah kangen AGILIA?
Maaf yah, kalo lama update🙏🏻🙏🏻. Mulai sekarang insyaAllah akan rakin up yaaah🥰.Jangan lupa vote dan komen🥰.
See you
bwabway👋👋👋.(Ada yg kangen nggak?)
KAMU SEDANG MEMBACA
AGILIA
RandomMenikah dengan sepupu sendiri? Ingat, sepupu itu udah bukan mahrom yah! Yang penasaran yuk langsung baca >> Jangan lupa votenya kawand :) Note: Tulisannya masih acak-acakan dan banyak juga yg typo! Kalo ada waktu nanti pasti bakal direvisi.