3. Friendzone (2)

603 88 29
                                    

Happy reading ❤️ 😊

"Gue gak baik-baik aja. Terima kasih lo udah mau jujur,"— Ginara.

_______________

"Ja— JOVIN GILA LO LAGI BAWA PENUMPANG!" teriak Ginara sambil refleks memeluk tubuh Jovin karena dia takut jatuh.

"Mumpung jalanan lagi sepi," jawab Jovin yang terdengar samar-samar oleh Ginara.
Ginara pasrah saja memeluknya sampai pada tempat tujuan.

Jovin memarkirkan motornya disebuah tempat yang sedikit asing baginya. Jovin membawanya ke sebuah cafe yang sedang hits dikalangan remaja.

"Tumben lo ngajak main gue ke tempat kayak gini?" tanya Ginara seraya turun dan menyimpan helm yang tadi dia kenakan.

"Gak papa kali sesekali. Masa gue ngajak lo ke tempat nongkrong gue mulu. Ayo masuk," jawab Jovin sambil melangkahkan kakinya lebih dulu di   depan Ginara.

Mereka duduk di kursi dekat jendela, yang menampilkan pemandangan luar cafe. Tapi, ini malah membuat Ginara sedikit canggung. Ditambah lagi beberapa pengunjung cafe membicarakan mereka.

"Lo jangan dengerin mereka hehe. Mau pesen apa nih?" tanya Jovin.

"Apa aja deh mau disamain sama pesenan lo juga gak papa," ujar Ginara.

"Oke." Jovin langsung mencatatnya di secarik kertas yang diberikan oleh palayan cafe. Diam-diam, Ginara memperhatikan gerak-gerik Jovin saat dia menunduk sambil menulis. Entah sejak kapan dia memiliki perasaan untuk Jovin yang notabenenya adalah satu-satunya sahabatnya yang masih peduli padanya. Mereka berteman sejak kecil.

Ginara sedikit gelagapan saat ketahuan memperhatikan Jovin. Siempunya malah tersenyum manis tanpa dosa.

"Tumbenan lo natap gue kayak tadi haha. Baru nyadar kalo gue cakep?" tanya Jovin dengan kepercayaan diri yang tinggi saat menyebut dirinya 'cakep'. Tapi Ginara juga tidak bisa mengelak fakta bahwa Jovin itu tampan.

"Enggak kok. Eh Jo boleh gak gue nanya sesuatu sama lo?" tanya Ginara.

"Lah? Biasanya juga langsung nanya. Ngapain minta izin segala haha lucu banget. Coba Lo kayak gini ke semua orang pasti banyak yang nak—AW!" Jovin berhenti mengoceh karena dia dipukul lengannya oleh Ginara.

"Gak jadi ngomong ah," tukas Ginara yang pura-pura kesal pada Jovin.

"Eh maaf deh. Ayo mau ngomong apa. Cewek PMS mah gini nih," jawab Jovin.

"Jo, sebenarnya gue suka sama lo. Gue juga gak tahu kapan gue punya rasa lebih dari sahabat sama lo. Mungkin gue jatuh cinta sama cara lo perlakukan gue. Maaf ya gue suka sama lo," ucap Ginara tanpa berani menatap mata Jovin.

"Makasih lo udah mau suka sama gue. Tapi, maaf gue gak punya perasaan lebih sama lo. Gue sayang sama lo itu kayak sayangnya gue sama adik gue." Seketika, atmosfer bumi terasa begitu dingin dan sesak saat serangkaian kalimat yang dikatakan Jovin dia dengar.

Ginara berusaha sebisa mungkin menahan air matanya agar tidak jatuh di hadapan Jovin. Ginara memberanikan diri untuk mendongak dan bertatapan kembali dengan Jovin.

Senyum palsu ia sunggingkan, meski aslinya dia tengah menahan pedih atas kenyataan yang baru saja dia terima. Dia pun membalasnya dengan berkata, "makasih lo udah mau dengerin pengakuan jujur gue."

Tak lama kemudian beberapa pesanan mereka dibawa oleh seorang pelayan menuju ke meja yang mereka duduki. Jovin sedikit merasa bersalah, disisi lain, dia juga tidak bisa memaksakan dirinya sebab ada yang dia sukai. Tapi bukan Ginara. Jovin tahu benar bahwa Ginara sedang menyembunyikan kesedihannya sekarang.

"Lo baik-baik aja kan? Maafin gue ya," gumam Jovin yang tidak tahan lagi menyimpan kalimat itu di dalam benaknya.

"Gue gak baik-baik aja. Terima kasih lo udah mau jujur. Udah ah, ayo makan," jawab Ginara sembari mencoba mengalihkan suasana yang mendadak jadi canggung.

******

Setelah selesai makan di cafe tadi, Jovin membawanya ke tempat temannya. Dan Ginara menyesal tidak menolak ajakan Jovin. Ginara tidak tahu bahwa disana ada Haydan. Sejak kapan Haydan berteman dengan Jovin? Apa hanya Ginara yang tidak tahu mereka berteman?

"Wah Jovin bawa cewek baru nih," celetuk Haydan. Padahal dia sudah tahu bahwa perempuan yang dibawa oleh Jovin adalah Ginara.

"Cantik juga cewek lo," ujar salah seorang teman Jovin.

"Dia bukan cewek gue bang. Dia sahabat gue," jawab Jovin.

"Kenalin gue Liam si ganteng, sepupu jauh Jovin," kata Liam sambil mengulurkan tangannya pada Ginara.

"Ginara," jawab Ginara tanpa berani menjabat tangan Liam yang terulur.

"Hahahaha ... Anjir baru kali ini gue Nemu ada cewek cantik yang gak mau salaman sama gue," tawanya kala melihat Ginara tidak menjabat balik tangannya.

"Emang sombong dia mah orangnya Bang," celetuk Haydan. Mendengar hal itu membuat Liam sedikit terkejut.

"Kalian udah saling kenal? Jadi cuman gue doang yang belum kenal sama Ginara? Wah teganya ... teganya ... teganya," ujar Liam yang malah bernyanyi. Berkat Liam, Ginara kembali tertawa.

"Eh manis banget ketawanya," gumam Liam.

"Caper," gumam Haydan yang masih bisa didengar oleh Ginara. Melihat Haydan dan Ginara mulai ada aura tidak bersahabat, Jovin jadi menyesal membawa Ginara dengannya.

"Dih siapa yang caper. Kalo lo ngiri tinggal senyum aja kali, kayak gak punya bibir. Eh lupa bibir Lo digunain buat bikin kesel orang doang," balas Ginara sambil menatap Haydan dengan ekspresi ketusnya.

Liam dan Jovin juga bingung, mereka saling senggol lengan.

"Gue mau pulang aja Jo. Bisa naik pitam gue lama-lama disini," kata Ginara sembari menggandeng tangan Jovin.

"Get well soon masih muda suka marah-marah," ujar Haydan. Dia sepertinya sangat senang membuat kesal Ginara. Wajah Haydan hampir saja memar kalau Ginara tidak ditahan oleh Jovin. Karena Ginara tadi hampir menendang wajah Haydan.

"Jangan main-main sama gue! Awas aja lo, kali ini bisa lolos. Lain kali gue buat lo gak berdaya," ancam Ginara.

"Coba aja kalo berani!" tantang Haydan.

"Jo, lepas! Biar gue kasih pelajaran tuh orang!" Ginara berusaha berontak dari pelukan Jovin.

"Jo—vin?"

Semuanya langsung menoleh pada orang yang baru saja datang.

.

.

.

To be continued...

Stokanim 💚💚💚💚💚

(Not) My Foe || HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang