Happy reading 💞
*****
"Lama banget sih kalian," omel Jovin saat ke eempatnya duduk di meja.
"Itu ayo diminum es kelapanya. Nanti keburu gak dingin loh," tambah Karin.
Mereka semua menikmati es kelapa yang dingin ditengah teriknya matahari di pantai. Ginara yang tidak mengikat rambutnya pun membuat helaiannya tertimpa oleh kencangnya angin yang datang dari arah lautan.
Haydan melepaskan gelang hitam yang terbuat dari karet dan dia pakai untuk mengikat rambut Ginara. Membuat siempunya sedikit terkejut. Pasalnya dia tidak meminta Haydan untuk mengikat rambutnya.
"Uhuk! Uhuk!"
Entah kenapa Windara mendadak batuk. Gara yang ada di sampingnya langsung menyodorkan botol air mineral. Gara juga menepuk-nepuk pelan punggung Windara.
"Kenapa Win?" Haydan bertanya karena sedikit khawatir dengan adiknya.
Windara memperlihatkan isi chat grup keluarga. Disana memperlihatkan sebuah undangan pernikahan digital.
"Weh? Siapa yang mau nikah?" Malah Yola yang bertanya.
"Kalo gak si Haydan ya Bang Darren, yang," jawab Liam atas pertanyaan Yola barusan.
"Iya juga sih. Masa iya nyokap bokap gue yang nikah haha," tawa Haydan.
Ginara malah bengong, dia shock mendengar apa yang Liam katakan. Bukannya tidak siap, hanya saja dia dan Haydan berpacaran saja belum genap satu bulan. Bisa dibilang mereka masih ingin menikmati masa pacaran.
Lain hal dengan pikiran Jovin. Dia masih belum melupakan tentang perjodohan Haydan. Apa mungkin Ginara yang dimaksudkan oleh Ayahnya Haydan.
"Bukan!"
"Bukan apa Win?" tanya Gara.
"Ternyata bukan buat Bang Darren atau Haydan. Tapi itu undangan dari Bang Melvian," ucap Windara yang sudah melihat nama calon mempelai di dalam undangan tersebut.
Yola yang ikut kaget kali ini. Pasalnya dia belum pernah mendengar dari kakaknya itu jika dia memiliki pujaan hati. Jangankan itu, membawa perempuan pun belum pernah.
Semua mata tertuju pada Yola. Mereka nampak senang. Karena Melvian adalah boss mereka.
"Wah kok gue gak dikasih tau ya?" Yola sedikit kikuk. Dia pun membuka ponselnya dan ternyata di grup keluarganya pun ramai.
"Lo aja yang gak buka hp," kata Jovin. Yang membuat Ginara dan Karin sedikit aneh. Harusnya yang bicara seperti itu adalah saudara sepupunya yakni Windara dan Haydan.
"Dia lebih tua dari lo tau," ujar Karin sedikit menyenggol tangan Jovin.
"Oh? Jadi ceweknya itu kakak lo? Wah besanan dong nanti haha."
"Jalan-jalan yuk," ajak Ginara.
"Lo aja gih sama Haydan. Panas tau," kata Gara.
"Ayoklah!" Haydan langsung membawa lari Ginara.
Mereka berdua berlarian di atas hamparan pasir yang panas. Dan berakhir bermain dengan ombak di tepi pantai. Nyiur melambai-lambai seolah ikut merasakan getaran bahagia diantara dua sejoli ini.
"Nara," panggil Haydan. Ginara celingak-celinguk mencari dimana keberadaan orang yang memanggilnya. Ternyata dia ada di dekat perahu yang sedang menepi.
"Ngapain lo disitu! Nanti jatoh lu!" teriak Ginara yang menghampiri Haydan dari bawah.
"Gak akan jatoh loh. Orang ini perahu yang gak lagi jalan. Ayo cepet sini naik!" perintah Haydan sambil melambaikan tangannya.
Ginara menuruti perkataan Haydan. Dia meraih tangan Haydan. Ginara melihat tubuh Haydan yang sedikit oleng, dengan sigap Ginara menarik tangan Haydan agar lebih dekat dengan dirinya. Mencegah untuk Haydan jatuh juga.
Meskipun jatuh diatas pasir, tetao saja Ginara tidak mau jika hal itu benar-benar terjadi barusan. Ginara menundukkan wajahnya garangnya.
"Ceroboh banget sih! Gimana kalo lo jatoh coba!" Ginara mengomel dengan nada yang kesal. Tapi ketahuilah, bahwa sebenarnya dia sedang khawatir.
Haydan malah cengengesan tidak jelas.
"Ya ampun gemes banget." Dia mencubit pipi Ginara. Gadis itu terlanjur kesal, dia pun kembali turun dari perahu. Mengingat akan bahaya seperti barusan. Haydan mengikutinya turun.
Haydan terus mengikuti Ginara sampai di ujung dermaga. Dia ikut duduk di samping Ginara.
"Jangan marah dong. Tuh lihat ada kapal besar di ujung sana," kata Haydan seraya menunjukkan dimana kapal yang dia maksud berada.
Ginara melihat kemana arah jari telunjuk Haydan. Ternyata dia benar, disana ada kapal besar. Yang nampaknya akan singgah di sini nanti.
"Asyik udah gak bete lagi nih," Seru Haydan.
"Lain kali hati-hati ya," kata Ginara .
Haydan memeluknya dengan erat, dia menyadari bahwa rambut Ginara tidak lagi terikat. Mungkin gelangnya jatuh saat tadi berlarian bersama. Haydan mengelus rambut halus milik Ginara.
"Lo pasti takut gue jatoh kan. Makasih udah sayang sama gue," kata Haydan.
"Iya kan abisnya lo pernah kecelakaan gue takut ada apa-apa lagi kalo lo jatoh," jawab Ginara.
"Iya gapapa kok," jawab Karina.
"Lo cemburu itu wajar. Tapi serius gue malah seneng tau kalo dia beneran yang bakalan nikah sama Haydan," balas Jovin. Mereka tadi sedikit adu mulut di bawah teduhnya nyiur yang melambai.
"Maaf ya kalo gue ini orangnya suka cemburuan. Karena gue jujur aja rada nyesek waktu si Ginara belum punya pacar. Gue serasa di doain," balas Karin. Jovin meraih tangan Karin. Dia menatap dalam wajah cantik itu.
"Dia gak lebih dari sahabat. Hati gue cuman buat lo," ujar Jovin sambil menjawil hidung mancung Karin.
"Wadaw siang bolong gombal diobral," celetuk Gara yang entah kapan ada di samping Jovin.
"Apasih lo ngiri aja," tukas Jovin.
"Sst.. udah jangan ribut. Kalian ini mau nginep apa pulang nih?" Tanya Liam.
"Jangan nginep dong. Besok gue lavj banyak klien." Yola langsung membantah ucapan Liam.
"Iya yaudah kita pulang aja yuk sekarang? Soalnya udah mau maghrib nih. Ntar kita nyampe ya malem loh," kata Liam selaku yang paling dewasa disini. Dia khawatir jika mereka hanya punya sedikit wakti istirahat.
"Ini si Haydan sama Ginara mana?" tanya Gara.
"Itu mereka," balas Windara yang mengarahkan dagunya pada pasangan yang berjalan bersama sembari berpegang tangan itu.
.
.
.
TBC
Stokanim💚💚💚💚💚
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) My Foe || Haechan
General FictionWarning!! 17+ !Don't plagiarize this story! Ginara adalah seorang gadis cantik sedikit urakan dan dia juga tidak terlalu feminim. Dia memiliki musuh bebuyutan sejak kecil yang sangat dia benci. Tapi sialnya, mereka selalu kembali bertemu di sekolah...