52. Penyelesaian

175 21 5
                                    

Happy reading 💞

*******

"Ciwi-ciwi mau nobar film gak?" ajak Gara.

Mereka berempat saling lirik. Lalu mereka mengangguk dan semuanya mengikuti Gara ke ruang tengah. Ginara mencari keberadaan suaminya, dan ternyata dia sedang menyiapkan camilan untuk teman menonton bersama-sama.

Ginara pun berjalan menghampiri Haydan dan juga ingin berbicara tentang masalah Karin yang selalu cemburu padanya. Ginara ingin segera menyelesaikan permasalahan ini. Agar semuanya baik-baik saja dan tidak ada rasa canggung satu sama lain.

"Udah beres belum?" tanya Ginara sembari nyomot camilan di atas nampan yang sedang Haydan susun. Suaminya itu malah mencubit gemas hidung Ginara.

"Beres kok. Kenapa kesini? Gak ikut duduk sama yang lain?" Berkat pertanyaan itu, Ginara jadi cemberut.

"Yaudah aku balik lagi," gumam Ginara dengan lagak pura-pura marah. Haydan dengan cepat mencekal tangan istrinya yang hendak pergi ke ruang tengah bersama yang lain.

"Jangan ngambek dong. Sini atuh bantuin aku," kata Haydan sambil menyodorkqn dua piring ke hadapan Ginara.

"Dan, sebenarnya...."

Perkataan yang menggantung itu membuat Haydan tertarik dan penasaran akan apa yang akan dikatakan oleh Ginara.

"Kenapa? Kamu masih pusing? Yaudah istirahat aja. Ini biar aku yang bawa," kaya Haydan dengan nada yang lemah lembut.

"Ada yang mau aku omongin. Ini serius," ujar Ginara dengan tegas. Membuat Haydan sedikit mendekqt ke arah Ginara. Karena dia tidak ingin orang lain mendengarnya. Haydan mengantisipasi jika ini akan jadi perdebatan.

"Kenapa?" Haydan mulai dalam mode serius juga. Membuat ketampanan Haydan semakin bertambah.

"Mending kita ngomongin ini di lantai atas yuk. Aku gak mau ganggu suasana yang lain," ucap Ginara lagi. Haydan semakin penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh sang istri.

"Iya ayo. Tapi tunggu bentar, aku anterin dulu ini buat anak-anak."

Ginara hanya mengangguk sebagai jawabannya.
Haydan menaruh camilan itu diatas meja. Dan dia segera kembali menghampiri Ginara.

"Kalian gak ikut nonton?" tanya Rendy dengan lumayan kencang.

"Kita mau beresin koper punya kita dulu. Kalian kalo mau nonton santai aja. Nanti kita balik lagi kok kalo udah selesai," jawab Ginara yang langsung menarik tangan suaminya untuk ikut ke atas.

Setelah sampai di ruang tengah lantai dua, Ginara duduk berhadapan dengan Haydan sambil menyenderkan bahu masing-masing ke sofa yang empuk.

"Dan, gue sebenernya mau cerita tentang Jovin." Haydan langsung menyipit kala mendengar nama Jovin disebut.

"Kenapa sama dia?" Haydan bertanya dengan santai.

"Kamu tadi denger kan? Pas di airport? Nah, waktu gue eh aku ngumpul sama cewek-cewek yang lain lah. Mereka bahas tentang kisah mereka kan. Terus tuh, si Karin nimbrung—"

"Pasti nimbrung tentang Jovin yang di Bandara kan?" Ginara sedikit terkejut mendengar Haydan sudah tahu apa yang akan dia bicarakan selanjutnya.

"Loh kok kamu bisa tau?" Ginara bertanya dengan mata yang speechles.

"Dari gelagat dia. Aku udah tau kalo dia sifatnya kayak gimana. Jadi, kamu sebenarnya mau kita bicarain ini mau curhat doang apa ada maksud lain?"

"Maksud lain apa?"

"Yeuu~ yakali kamu masih—"

"Apasih kamu nih. Aku pengen ngobrol di lantai atas tuh karena mau ngelurursin masalah ini. Menurut aku ya, ini gak akan selesai kalo kita berempat gak ngobrol deep kayak gini." Ginara mulai membicarakan ke intinya.

"Iya, kita harus selesaikan ini. Yaudah, kamu tunggu di sini. Biar aku panggil si Jovin sama si Karin," pesan Haydan sembari menyempatkan mencium bibir Ginara sekilas. Membuat seiempunya bubur terkejut dan salah tingkah.

Haydan pun kembali turun ke lantai utama. Dia membisikan sesuatu pada Jovin. Dan pergi lagi ke atas. Jovin pun menyusul bersama dengan Karin. Yang lain sedang fokus menonton serial horor terbaru. Mereka tidak menyadari bahwa Jovin dan Karin pergi ke lantai dua.

Karina sedikit terkesan, karena dia tahu ini pasti Ginara yang berinisiatif. Dia jadi merasa sedikit bersalah telah cemburu pada Ginara.

"Jo, jawab pertanyaan gue jujur ya. Gue gak akan marah kok. Ini demi kebaikan bersama." Haydan mengatakan itu sebelum memulai bertanya ke intinya.

"Iya. Pertanyaan apa nih. Duh berasa mau ujian," jawab Jovin dengan sedikit lelucon.

"Jujur ya, lo sebenarnya suka apa gimana sama bini gue?" Haydan bertanya dengan santai tapi tatapannya bisa mewakili jika dia sedang dalam mode serius.

"Ya ngapainlah suka sama istri orang—"

"Maaf bukannya mau motong perkataan lo. Gue, sebagai cewek, gue bukan gak suka sih sama sikap lo tadi di bandara. Tapi ya gue kan cewek, dan gue kalo jadi Karin juga pasti ngerasa cemburu. Emang niat lo becanda doang. But, becanda juga ada batasan. Apalagi posisinya itu, lo udah punya cewek. Dan gue udah punya suami." Ginara menjelaskan dengan terperinci maksud dari pertanyaan Haydan tadi.

Jovin hanya bisa diam. Dia juga jika Ginara sudah berbicara panjang lebar seperti ini, sudah pasti Jovin hafal betul pasti dia berusaha meluruskan kesalahan pahaman. Tanpa adanya emosi satu sama lain.

Haydan ikut menyimak sambil memperhatikan istrinya dari samping. Saat Jovin mau angkat bicara,Ginara kembali berbicara.

"Belum beres gue. Gini Jo, gue juga hafal bener kita udah sahabatnya lama dan dulu sempet ada suka sama lo. Tapi Jo, lo kalo kayak tadi ya sikap lo bikin Karin gak enak loh. Kita boleh kok sahabatan. Haydan juga gak ngelarang. Please Jo, hargai cewek lo. Pahami cewek lo, dia cewek baik-baik loh. Cuman emang dia cemburuan. Dan lo harus ngerti itu. Bukan maksud menggurui. Tapi gue ngasih nasihat sebagai sahabat lo."

Karin terdiam menunduk, dia malu sudah menunjukan sikap cemburunya pada Ginara langsung. Padahal, Ginara jelas sekali sudah tidak memiliki rasa dengan Jovin.

"Iya, makasih ya udah dikasih wejangan. Gue emang orangnya kurang peka jadi gue juga seneng lo punya ide bagus buat ngumpulin kita berempat kek gini," jawab Jovin sambil tersenyum khas dengan kedua mata yang melengkung juga terlihat seperti tertutup semua.

Karin menangis, dia memeluk Ginara dengan erat. Ginara kaget dengan Karin.

"Rin? Lo gapapa? Jangan nangis dong," gumam Ginara yang berusaha menghentikan tangis Karin.

"Maaf ya, tadi gue nyindir lo dengan sengaja di depan temen temen yang lain. Karena gue kira lo orangnya gak peka dan gue emang jujur masih kesel tadi." Karin berkata sambil melepaskan pelukannya. Dia kembali duduk di samping Jovin.

"Gapapa. Gue ngerti kok. Cemburu itu wajar. Yang gak wajar itu cemburu berlebihan tanpa tahu kebenarannya," balas Ginara dengan tersenyum manis. Haydan tersenyum bangga pada istrinya ini.

"YO KEBAWAH LAGI!" teriak Haydan.

"LOH?" Mereka yang dibawah kaget melihat keempatnya ada di lantai atas.

.

.

.

Tbc

😭😭😭😭😭😭 GUYS MAQF AKU LAMA LAGI GAK NEXT. KALIAN PASTI NUNGGU BANGET YA😭 HUHUUU K3MARIN PULSAKU HABIS. AKU BARU BELI PULSA. SEMOGA KALIAN SUKA. JANGAN LUPA KOMEN SAMA VOTE

Stokanim 💚💚💚💚💚💚💚

(Not) My Foe || HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang