64. Ketakutan

338 24 8
                                    

Happy reading

*****

5 bulan kemudian....

Haydan bisa berjalan kembali seperti dulu dan bekerja lagi di perusahaan seperti biasa. Ginara, sedang menunggu waktu kelahiran sang anak yang tinggal menghitung hari. Dia menunggu kepulangan sang suami dari kantor. Tapi, tiba-tiba dia merasakan sedikit mulas pada perutnya.


Sebelumnya memang sudah seperti ini, Ginara juga sudah bertanya pada dokter kandungannya. Dan ternyata itu memang biasa dikala usia kandungan sudah memasuki trisemster ketiga atau hamil tua seperti Ginara.

Dia berusaha berfikir positif dan tenang sambil mengelus-elus perutnya yang semakin buncit. Tak lama kemudian, dia mendengarsuara mesin mobil berhenti di depan rumahnya, Ginara pun pelan-pelan berdiri untuk memyambut Haydan.

Tapi, dia merasakan ada sesuatu yang merembes dari jalan lahirnya. Haydan yang baru memasuki ruang tengah langsung terkejut saatmelihat istrinya seperti sedang meringis kesakitan.

"Ya ampun Gi! Ketuban kamu udah keluar. Ayo kita kerumah sakit!!" Tanpa basa-basi Haydan menggendong tubuh Ginara. Dia membawa Ginara masuk ke dalam mobilnya.


"Sakit... hiks," gumam Ginara. Haydan langsung mengecup kening Ginara.


"Tahan sebentar sayang. Aku ambil barang-barang buat ke rumah sakit dulu." Haydan keluar lagi dari mobil dan naik ke kamarnya untuk mengambil perlengkapan lahiran yang sudah dia siapkan dari seminggu lalu. Haydan menjaga-jaga jikalau waktu persalinan mundur atau maju. Dan ternyata benar.


Haydan masih memakai setelan kantornya pun membawa beberapa tas besar di tangannya dan menyimpannya di kursi belakang. Lalu dia mulai menyetir mobil.

"Haydan.... jangan ngebut ya. Ini paling baru pembukaan 4. Soalnya kontraksinya belum terlalu sering," kata Ginara yang mengkhawatirkan juga mereka yang ada dijalanan jika Haydan membawa mobil ngebut.


"Iya sayang. Kalo kamu ngerasa sakit pukul aku aja gapapa," ujar Haydan. Karena dia mendengar dari ibunya bahwa melahirkan itu lebih lebih menyakitkan bahkan mereka para wanita mempertaruhkan nyawa mereka untuk itu.

"Iya... hehe," jawab Ginara.


"Kita telpon Mami sama Papi sama keluarga kamu nanti aja ya?" Haydan menanyakan pendapat Ginara.


"Terserah... shhh," jawab Ginara dengan sedikit merintih karena doa merasakan kontraksi lagi.


"Bentar lagi sampe kok. Tenang ya?"

Ginara mengangguk tanpa menjawab pertanyaan suaminya. Dia sibuk menahan sakit yang teramat. Dan ternyata mereka sampai juga di rumah sakit terdekat. Haydan menuntun pelan Ginara untuk keluar.

"Dok tolong istri saya mau lahiran!!" Teriak Ginara pada seorang dokter yang ada di depan IGD rumah sakit. Dengan cepat beberapa perawat membawa bangkar dan membaringkan Ginara disana.


"Dokter kandungannya siapa?" Tanya dokter itu.


"Dokter Adira." Haydan menjawabnya.


"Ohh... beruntung sekali. Dokter Adira sedang ada."


Mereka membawa Ginara langsung ke ruang bersalin. Tangan Haydan tidak mau lepas dari tangan Ginara. Meski sedari tadi Ginara mengcengkramnya sangat kuat dan sesekali menjambak rambut sang suami.


Haydan menangis saat melihat Ginara seperti sangat kesakitan. Dia tidak tega melihat istrinya seperti itu. Dia teringat dikala istrinya hamil muda, perjuangan Ginara untuk membuat Haydan bisa berjalan lagi sangat tidak terlupakan. Dan sekarang, wanitanya sedang berjuang untuk melahirkan buah hati mereka ke dunia.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

(Not) My Foe || HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang