24. Sakit

335 37 2
                                    

Happy reading 💞

*****

"Tangan lo dingin," ujar Haydan sambil terus menggenggam tangan milik Ginara.

"Ini biasa. Gue kalo kena angin pasti gini hehe," alibi Ginara dengan menyembunyikan sesuatu dibalik senyuman.

"Bohong lo," balas Haydan.

"WOY ITU KIW KITA PULANG YOK! SEBELUM SORE!" teriak Gara dari kejauhan. Tentu saja mereka bisa mendengarnya dengan jelas. Mereka mempercepat langkahnya.

"Nara lo gapapa? Muka lo pucat," kata Gara yang khawatir saat melihat wajah adiknya ini.

"Gue baik-baik aja. Lagian emang gue gak pake make up jadi kayak pucat gitu."

"Udah jangan ribut. Ayo kita berangkat buat pulang. Perjalanannya 5 jam loh ini," kata Jovin yang mencoba mencegah terjadinya adu mulut antara si kembar.

"Dia mah kalo sakit suka gak bilang tau. Makannya gue bawel," kata Gara yang terdengar seolah-olah mengadu pada Windara.

"Udah ah ayok masuk mobil."

"Paling cuman demam biasa kan ya?"

"Iya paling gara-gara kehujanan kemarin," kata Windara yang mencoba untuk menghilangkan rasa khawatir Gara. Dia juga harus fokus menyetir.

"Enak ya jadi Ginara," gumam Karin. Jovin menoleh sebentar.

"Kok enak? Kayak makanan aja haha," sahut Jovin.

"Iya maksudnya dia punya kakak yang perhatian. Punya sahabat baik kaya lo," tukasnya.

"Karin, lo juga punya banyak orang-orang yang sayang sama lo. Lo juga punya sahabatyang baik. Mereka kan udah jadi sahabat lo. Jadi stop bilang kayak gitu ya sayang," gumam Jovin sembari sedikit mengelus Tangan Karin.

"Tanggung jawab lo," kata Karin dengan suara yang parau.

"Loh? Eh? Jangan nangis," kata Jovin yang menepikan sebentar mobilnya. Dia mengusap air mata di pipi Karin.

"Lo gak boleh ngomong gitu lagi oke. Udah ah jangan nangis. Gak cantik tau kalo lagi nangis," ujar Jovin sambil memeluk Karin dengan pelukan hangatnya.

"Jalan lagi. Kita ketinggalan jauh loh ini."

"Itu mobil Haydan belum berangkat kok," tunjuk Jovin pada mobil merah yang ada 4 meter di depan mobilnya.

"Mereka ngapain ya?" Karin bertanya dengan sedikit kepo.

"Kepo ya haha." Jovin tertawa sambil mencubit pipi Karin.

"Sakit tau. Hobi banget cubit pipi," kata Karin sambil menggerutu dengan ekspresi yang menurut Jovin itu lucu.

"Abis pipinya minta dicubit," jawab Jovin.

Mobil Haydan menepi bukan karena apa-apa, karena dia sedang membujuk Ginara agar mau makan. Mereka berhenti tepat di samping tukang ketupat tahu.

"Ayo makan dong. Kalo sakit, gak boleh kosong perutnya." Haydan mencoba membujuk Ginara. Setelah makan Haydan akan berhenti di warung terdekat dan membeli paracetamol untuk menurunkan demam Ginara.

"Lo aja yang makan," jawab Ginara yang masih kekeh tidak mau makan.

"Ih, ayo makan sebelum gue paksa makan dengan cara lain," ancam Haydan.

"Coba aja kalo bisa wle," balas Ginara sambil menjulurkan lidahnya.

"Yakin? Nanti nangis," kata Haydan dengan jarak yang sangat dekat.

(Not) My Foe || HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang