4. Salah Paham

571 83 7
                                    

Happy reading 💓

'Emang sih bener apa yang Jovin bilang. Tapi, kenapa gue sakit hati ya dengernya?'— Ginara.

__________________

"Coba aja kalo berani!" tantang Haydan.

"Jo, lepas! Biar gue kasih pelajaran tuh orang!" Ginara berusaha berontak dari pelukan Jovin.

"Jo—vin?"

Semuanya langsung menoleh pada orang yang baru saja datang.

Jovin langsung melepaskan pelukannya pada Ginara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jovin langsung melepaskan pelukannya pada Ginara. Wajahnya langsung berubah khawatir saat melihat tatapan wajah gadis itu tidak bersahabat pada Jovin.

"Eh, Karin?"

"Oh tadi yang mau lo tunjukin sama gue? Tahu gini gue gak nyamperin ke basecamp lo," ujar Karin yang berbalik dari Jovin dan hendak melangkah keluar dari ruangan yang disebut basecamp olehnya.

"Gak gitu, Lo salah paham Karin. Barusan gue lagi lerai perkelahian. Gue sama dia cuman sahabatan gak lebih kok." Jovin berkata sambil mencekal tangan Karin, tatapan matanya terlihat sekali bahwa dia sangat menyukai Karin.

'Emang sih bener apa yang Jovin bilang. Tapi, kenapa gue sakit hati ya dengernya?'— ujarnya dalam hati.

Ginara mengepalkan tangannya kuat-kuat karena dia sedang berusaha menahan tangisnya agar tidak tumpah dihadapan mereka. Ginara membalikkan tubuhnya menghadap ke Haydan, dia tidak peduli akan keberadaannya. Ginara dengan cepat mengusap air mata yang keluar dari matanya tanpa permisi di depan Haydan.

Lalu, Ginara kembali menghadap pada dua sejoli yang sedang bertengkar karena dirinya.

"Ehem! Kalian jangan ribut. Maaf ya Jo, gara-gara gue kalian jadi berantem. Karin, gue harap lo jangan salah paham. Gue gak ada maksud kok buat caper ke cowok lo. Lagian dia udah gue anggap kayak Abang gue sendiri. Semuanya, gue balik ya, sorry banget kalo cuman bikin kacau," kata Ginara sembari berpamitan pada semua orang yang berada di ruangan itu.

"Lihat kan? Gue sama dia gak ada apa-apa. Lo jangan marah ya," bujuk Jovin pada Karin yang masih dengan tatapan juteknya.

"Terus kenapa lo peluk dia? Maaf kalo gue posesif tapi gue cemburu karena selama kuliah pun gue selalu lihat lo sama dia nempel terus," ucap Karin dengan jujur. Dia juga satu kampus dengan Jovin dan Ginara. Bahkan mereka satu angkatan juga. Bedanya, Karina dari departemen hukum, sedangkan Jovin dan Ginara di departemen bisnis.

"Mereka cuman sahabatan. Lo gak usah segitunya juga, dia tahu batasan kok," sahut Haydan dengan nada datar, begitu pula dengan tatapannya. Membuat Jovin melongo, pasalnya ini adalah kali pertama Haydan membela Ginara. Dan mau ikut campur tentang Ginara.

"Tuh, denger kan? Jangan marah lagi ya," ucap Jovin sembari bertingkah 'sok' manis. Yang membuat Liam sedikit cringe melihat tingkahnya.

Karin pun percaya karena mendengar perkataan Haydan yang notabenenya adalah teman lama Jovin yang dia tahu.

"Ribet banget ya cewek lo anjir. Gue mau cabut duluan ya. Mama nyuruh gue nemenin dia ke supermarket," alibi Haydan pada mereka. Padahal aslinya, dia muak melihat tingkah pacar Jovin yang seperti tadi.

"Sorry sepupu, gue juga disuruh balik nih," kata Liam. Dia pun memilih meninggalkan dua sejoli itu di dalam sana agar mereka bisa menyelesaikan kesalahpahaman yang terjadi.

Haydan hendak melajukan motornya, tapi ada sebuah pemandangan yang menyita perhatiannya. Ginara menangis sembari memeluk seorang laki-laki.

"Mungkin pacarnya," guna Haydan yang langsung memakai helm miliknya. Dengan cepat, motornya melaju kencang meninggalkan gedung apartemen itu. Basecamp mereka adalah di sebuah unit apartemen milik Jovin. Yang hanya ditinggali saat mereka sedang berkumpul saja. Selebihnya, Jovin selalu tidur di rumah orang tuanya.

******

Gara menepi sebentar ke dekat trotoar jalan. Karena dia tidak bisa membiarkan Ginara terus-menerus menangis terisak-isak. Itu sangat mengganggunya dan tentu saja membuat dia khawatir.

"Udah dong. Mangkannya jangan sahabatan sama cowok. Kan berabenya tuh gini pas salah satu diantara mereka punya perasaan lebih dari temen. Bagus-bagus dua-duanya sama-sama saling suka. Kan kalo kasusnya kayak lo mah bikin sakit. Terus nanti kalian saling menjauh," omel Gara sambil menyelipkan sedikit nasihat.

"Salah gue sih. Apa-apa dibawa perasaan. Padahal mah dia kayak gitu ke semua cewek," balas Ginara sambil mengusap bekas air matanya yang ada di kedua pipinya.

"Jangan nangis lagi ya. Nanti gue kena marah Bang Artha lagi haha."

"Gue tadi nangis di depan musuh gue haha," kata Ginara seraya mengingat saat dia membalikkan badannya tepat di depan Haydan dengan kedua mata yang basah tadi.

"Besok kata Bang Artha kita langsung interview," tukas Gara yang sangat mengejutkannya.

"Wah beneran?"

"Iyalah mana ada gue bohong kalo soal beginian," balas Gara.

"CEO nya ganteng gak ya haha?" tanya Ginara sambil tertawa.

"Emangnya kenapa? Wah udah gila lo? Jangan gara-gara cinta bertepuk sebelah tangan lo beralih nyari sugar Daddy?"

"Sugar Daddy lebih menjanjikan anjir daripada cowok-cowok yang tebar janji dimulut doang," jawab Ginara.

"Wah lo udah gak waras. Kita tuh berkecukupan anjir ah, istighfar lo," ujar Gara.

"Canda iya canda doang. Ah! Serius mulu hidup lo," ucap Ginara dengan santainya.

"Nye~nye~nye~nye~nye~" Gara meledek Ginara sembari kembali melajukan mobilnya, karena Susana hati Ginara sudah lebih baik dari sebelumnya. Meski harus dengan cara berbincang kesana-kemari. Sampai-sampai dia sedikit kesal, tapi Gara senang setidaknya dia tidak lagi menangis.

******

Ginara langsung mandi dan meniki kasur kesayangannya untuk mengistirahatkan tubuh yang sudah dia fosir untuk melakukan berbagai aktivitas seharian penuh.

Baru saja Ginara memakai penutup mata, dering telepon dari ponselnya mengganggunya. Dengan terpaksa, Ginara mendudukan lagi dirinya dan mengangkat siapa yang meneleponnya malam-malam seperti ini.

"Ada apa Jovin?" tanya Ginara dengan nada sedikit ketus.

'Gue minta maaf ya soal tadi.'

"Ngapain minta maaf lo gak salah kok. Santai aja kan kalo temen mah besok juga biasa lagi," jawab Ginara yang mencoba menyingkirkan sakit hati yang diterimanya dari Jovin tadi.

'Lo pulang sama siapa tadi?'

"Gue? Oh, iya kebetulan tadi Gara lewat depan gedung apartemen lo," balas Ginara.

'Lo jangan cuekin gue ya, gue gak mau persahabatan kita berakhir gitu aja. Maaf ganggu lo, sampe ketemu besok di Melv's Corp.'

"Iya."

Setelah panggilan terputus Ginara kembali lagi memakai penutup mata dan mulai tertidur.

.

.

To be continued...

Stokanim 💚💚💚💚💚

Hai hai 😅 maaf ya lama next nya. Semoga kalian suka sama part ini. Jangan lupa kasih komentar sama vote ya.

(Not) My Foe || HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang