2. Friendzone (1)

818 84 26
                                    

Happy reading 💕

"Pengen banget gue keluar dari zona nyaman ini. Apa gue egois?"— Ginara

____________

"Nara! Tunggu dulu," kata Jovin sembari mencekal lengan kanannya Ginara.

"Eh? Iya kenapa?" jawab Ginara pada Jovin dengan senyuman manisnya.

"Nanti malem mau gak jalan-jalan sama gue?" tawar Jovin.

"Eh kemana? Nanti doi lo ngamuk lagi sama gue ah," jawab Ginara. Padahal sejujurnya dia sangat senang mendapatkan ajakan tersebut.

"Kan baru doi ini belum jadi pacar. Nanti gue jemput ya," kaya Jovin seolah tak ingin dibantah oleh Ginara.

"Iya iya. Yaudah gue pulang duluan ya. Nanti si Gara ngomel-ngomel lagi," ujar Ginara.

Dan benar saja, Gara berdiri sembari menyender di dekat pintu mobil dengan kedua tangan yang dia lipat. Gara memandangi Ginara dan Jovin dengan tatapan mata yang datar.

"Tuh kan lihat hehe maaf ya." Sekali lagi, Ginara meminta maaf dia merasa tidak enak pada Jovin, karena kelihatannya dia masih ingin bercakap-cakap banyak dengannya.

"Santai aja kali haha. Iya sana pulang, nanti gue jemput ya."

"Iya Jo bawel," jawab Ginara sebelum ia berlalri menghampiri Gara dengan langkah terburu-buru. Untung saja dia tidak terjatuh.

"Lo pacaran sama Jovin ya?" tanya Gara saat Ginara sampai di hadapannya.

"Heh! Jangan kencang-kencang dong," gumam Ginara seraya memelototi Gara dengan satu jari telunjuk yang dia letakkan di depan bibirnya.

"Kode ya mau gue ngomongnya yang kencang," tukas Gara. Entah kenapa hari ini dia merasa senang sekali terus menggoda kembarannya itu.

"Lama-lama lo makin mirip si Haydan," gerutu Ginara sembari mendorong pelan tubuh Gara agar dia bisa masuk ke dalam mobil dengan mudah. Ginara juga sedikit melampiaskan kekesalannya saat mendorong Gara tadi.

Tak lama kemudian, Gara pun menaiki mobil tetap di kursi kemudi. Dia sebenarnya tidak tega melihat wajah cantik kembarannya itu murung seperti sekarang. Gara menarik tangan kanannya Ginara. Dia mendekapnya ke dalam pelukan hangatnya.

"Jangan murung dong. Jelek tahu," gumam Gara seraya mengelus pelan Surai hitam panjang milik Ginara.

"Dia ngajak jalan katanya nanti malem," cicitnya.

"Mau nyatain perasaannya kali sama lo. Udah yuk jangan murung gue jadi gak tega lihatnya," jawab Gara sambil melepaskan pelukannya. Dia menyempatkan diri untuk membantu Ginara memasangkan sabuk pengaman.

"Masa iya dia mau nembak gue?"

"Ya, siapa tahu kan?"

"Pengen banget gue keluar dari zona nyaman ini. Apa gue egois?"

"Gak egois kok. Daripada lo mendema terus kan perasaan lo. Ya gue harap sih dia ada rasa yang sama kayak lo. I mean he's fall in love with you too. Tapi, berharap terlalu berlebihan juga gak baik. Nanti pas jatohnya sakit."

Ginara tidak lagi merespon perkataan yang Gara ucapkan barusan. Dia tidak ingin membicarakan lebih jauh lagi tentang perasaannya pada Jovin.

Merasa Ginara sedang dalam suasana hati yang tidak baik, Gara langsung mengemudikan mobilnya. Agar Ginara tidak terus-menerus melihat ke arah Jovin yang sedang bercengkrama ria dengan seorang gadis cantik.

******

Sesampainya di rumah, Ginara menghiraukan kemelut di benaknya tadi saat hendak pulang ke rumah. Toh, tidak baik juga jika seperti itu lama-lama.

(Not) My Foe || HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang