28. Period

299 40 9
                                    

Happy reading 💞

****

Haydan memberhentikan mobil yang dia kendarai di depan sebuah apotek. Dia membelikan obat pereda nyeri dan entah apa namanya Haydan membeli yang ditempel diperut. Karena dia tidak tahu mana yang sering Ginara pakai.

Wajah Ginara pucat pasi karena menahan nyeri mungkin. Haydan tidak banyak omong, dia langsung melakukan kembali mobilnya menuju rumah Ginara.

Sesampainya di depan rumah Ginara, gadis itu memberikan Haydan kunci rumah. Ginara memang sudah berniat ingin pulang bergilir dengan sang ibunda. Itupun dia mau setelah berbagai macam bujuk rayuan Yura padanya.

Haydan turun dari mobil duluan. Dia terlihat sangat cemas. Kemudian membukukan pintu mobil untuk Ginara. Dan bertanya, "kuat jalan gak?" Dia menghampiri Ginara setelah membuka pintu rumah Ginara.

"Kuat kok," kata Ginara dengan berbohong. Padahal sebenarnya yang dia rasakan ini berdiri salah, berbaring salah semuanya terasa tidak nyaman.

Haydan menghela nafas pendek. Dia tahu bahwa Ginara berbohong,perkataannya tidak selaras dengan wajahnya yang pucat pasi menahan nyeri. Dengan tidak banyak omong kosong, Haydan menggendong Ginara dengan kedua tangannya.

"Nyengir lu." Haydan berkomentar karena Ginara tersenyum tipis.

"Emang gak boleh?" Ginara bertanya dengan raut wajah kesal. Membuat Hyadan tertawa.

"Gue gak bilang tuh, udah diem tangan gue ntar mulai pegel nih," ujar Haydan.

"Yaudah turunin," pinta Ginara.

"Gak jadi deh, itung-itung angkat beban," ucap Haydan yang melanjutkan langkahnya menuju ke dalam rumah Ginara.

Ginara mencoba menggoda Haydan dengan terus menatapnya dari pangkuan Haydan. Lelaki itu menjadi salah tingkah dibuatnya. Haydan mengantarkan Ginara sampai ke kamarnya.

"Apa maksud tadi? Heum? Coba goda gue? Nanti di goda balik nangis," balas Haydan.

"Udah sana dulu gue mau ganti baju nih. Mau mandi juga."

"Iya. Mandinya pakai air anget ya. Gue mau telpon Mami dulu."

Ginara terkejut dengan kata yang barusan keluar dari mulut Haydan.

"Eh kok telpon Mami lo?"

"Iya kan gue mau bilang kalo gue ada disini sama lo. Biar mereka gak khawatir," jawab Haydan sambil keluar dengan ponsel yang ada di dalam genggaman tangannya.

Ginara dengan ceoat mengunci pintu kamar tidurnya dan bergegas ke dalam kamar mandinya.

Sementara itu, Haydan duduk di ruang tengah kediaman keluarga Ginara. Dia sedang menelpon Tari.

"Mami gak usah khawatir. Idan gak bakal macem-macem kok. Lagian Idan tau batasan. Cuman kan kalo gak ditemenin takutnya kenapa-napa lagi."

'Iya Mami tau kok. Pokoknya awas aja kalo kamu ngelakuin hal aneh sama calon mantu Mami,' ancam Tari di seberang sana.

"Iya Mi. Masih di rumah sakit bukan Mi?"

'Iya masih. Tau nih Papi kamu lagi ngomongin sesuatu yang penting sama Om Leon,' jawab Tari yang membuat Haydan berpikir kemana-mana.

"Bilangin juga ke Tante Yura kalo aku ada sama Ginara ya Mi," ucap Haydan.

'Iya sayang. Udah dulu ya. Mami mau ke Windara dulu,' kata Tari sambil mematikan panggilannya.


(Not) My Foe || HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang