Happy reading
*******
Mereka bertujuh tertawa riang sambil berbicara kesana-kemari. Tiba-tiba terhenti karena ada suara ketukan pintu.
"Biar gue bukain," kata Gara sambil beranjak dari samping Windara dan melepas rangkuman tangannya di pundak perempuan itu.
"Raya?" Gara terkejut sekali saat melihat sesosok Raya yang dulu hampir mencelakai Ginara. Dia ternyata tidak datang sendiri. Raya datang bersama seorang lelaki dengan pakaian rapi seperti seorang CEO.
"Gak boleh masuk ya?" tanya Raya tanpa rekayasa. Atau ingin mendapatkan perhatian. Semuanya merasa terheran-heran karena Raya terlihat benar-benar tulus kali ini.
"Masuk aja," kata Ginara yang sedang duduk bersandar di bankarnya dengan beberapa bantal empuk sebagai penyangga.
"Aku, kesini mau minta maaf secara tulus. Dan juga ngasih hadiah buat kamu. Oh iya, kayaknya nanti anak kita lahirnya gak beda jauh deh," ucap Raya yang membuat semua yang ada disana lagi-lagi melongo tak percaya. Ah, mungkin karena hormon kehamilan dia bisa berubah.
"Iya gapapa, lagian itu udah lama sih. Wah selamat ya," kata Ginara dengan senyuman manisnya.
"Berkat suami aku, akhirnya aku nyadar kalo selama ini perbuatan salah. Aku waktu denger kamu kena serang anak musuh suami aku langsung kesini deh," kata Raya panjang lebar.
"Musuh? Ray si tua bangka brengsek itu juga nipu suami lo atau curang juga?" Windara langsung menyambar dengan kata-katanya.
"Dia emang sengaja sih pengen ngancurin bisnis. Keluarga kalian sama keluarga suami gue. Makanya gue juga kaget waktu tau ternyata anaknya gak beda jauh. Pokoknya, cepet sembuh ya. Banyak istirahat. Gue gak bisa lama-lama." Raya kemudian berpamitan lagi setelah bercerita tentang Kinan.
"Makasih loh ya," ucap Ginara sekali lagi. Raya mengangguk. Dia di gandeng oleh suaminya.
Setelah Raya dan suaminya pergi, Ginara mengelus perutnya. Dia teringat bahwa Haydan tengah mencari apel yang warna hitam. Itu pasti sulit menemukannya. Tapi, ini keinginan bayinya dia entah kenapa terus terbayang-bayang.
"Jangan ngelamun," kata Karin sambil mengibaskan tangannya.
"Lo pake minyak wangi apa sih kok baunya enak," gumam Ginara sembari mengendus-endus wangi dari tubuh Karin yang ada disampingnya.
"Emang bener ya orang lagi hamil itu aneh," celetuk Gara.
"Nanti juga lo bakal ngerasain punya istri hamil. Gue doain semoga lebih aneh-aneh dari gue," balas Ginara.
"Gara!" Windara memperingatkan Gara agar tidak meneruskan perkataan untuk balasan dari apa yang Ginara ucapkan.
"Iya, Ay." Gara kembali diam sambil menempelkan wajahnya ke leher Windara sambil mengendus-endusnya.
"Budu buset! Mesra-mesraan tau tempat. Kasian itu suaminya belom balik," ledek Jovin.
"Ngiri aja lo," balas Gara.
Tak lama kemudian, Haydan masuk tanpa mengetuk pintu. Dia nyelonong begitu saja.
"Halo sayangku~ lihat aku bawa apa," kata Haydan sambil mengacungkan bungkus kresek warna hitam.
"Gak tau tuh. Kan kreseknya warna item," balas Ginara. Haydan membuka bungkus kresek itu. Dan nampaklah satu buah apel warna hitam yang masih disegel. Dia membeli dua buah.
"Ini aman dimakan kan?" Ginara malah bertanya seperti itu.
Yang lain menahan tawa karena merasa bahwa Haydan seolah-olah sedang dikerjai oleh anaknya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) My Foe || Haechan
General FictionWarning!! 17+ !Don't plagiarize this story! Ginara adalah seorang gadis cantik sedikit urakan dan dia juga tidak terlalu feminim. Dia memiliki musuh bebuyutan sejak kecil yang sangat dia benci. Tapi sialnya, mereka selalu kembali bertemu di sekolah...