9. Perkara sabuk pengaman

522 72 13
                                    

Happy reading 💞

*****

"Nara," panggil Jovin kala Ginara sedang berkutat dengan komputernya.

"Iya?" Nara menjawab sambil fokus pada layar komputer dengan kacamata yang bertengger di hidungnya.

"Tengok dulu kek," protes Jovin. Membuat Ginara sedikit kesal, pasalnya kerjaannya sedang banyak.

"Iya apa?" Ginara menengok ke arah Jovin yang tepat di sampingnya.

"Ini komputer gue kenapa dah?" Ginara menggeser kursinya jadi lebih dekat dengan Jovin.

"Masa Lo gak bisa benerin sih?"

"Eh, cuman gini doang Jo astaghfirullah," omel Ginara saat menyelesaikan apa yang Jovin tidak bisa tadi. Jovin hanya cengengesan tidak jelas.

"Nanti pulang kerja bisa anter gue gak?" Jovin bertanya lagi.

Ginara menjawab sembari fokus lagi pada komputernya, "anter kemana? Karin harus tahu ya. Nanti yang ada jadi salah paham lagi. Gue gak mau rusak hubungan kalian ya."

Kekehan Jovin terdengar setelah Ginara berkata seperti itu.

"Kok ketawa sih?"

"Ya lucu aja, Karin aja udah tau kita cuman sahabat ngapai salah paham lagi." Jovin berbicara seperti seolah tidak ada beban. Ginara padahal memberikan ucapan seperti itu bukan hanya tidak enak pada Karin, tapi dia membayangkan bagaimana dia ada diposisi Karin. Meski memang Ginara pernah memiliki perasaan lebih dari sahabat terhadap Jovin.

"Terserah Lo aja deh."

"Cantik!" Sapa Liam sambil tersenyum manis dan menyodorkan beberapa lembar kertas pada Ginara.

"Kenapa Bang?"

"Anter gue ke departemen pemasaran yuk hehe," kata Liam dengan cengiran khasnya.

"Tapi Bang, ini laporan belum selesai. Nanti pak Melvian ngomel-ngomel lagi." Ginara menolak secara halus, karena dia sangat ingin pekerjaannya cepat selesai.

"Bentar doang kok, gak sampe satu jam."

"Yaudah ayok." Akhirnya Ginara pergi bersama Liam menuju ke lantai bawah. Tempat dimana departemen pemasaran berada.

'nanti pasti ketemu sama si tengil'- batin Ginara menggerutu sendiri sambil berjalan berdampingan dengan Liam. Sesampainya di lantai 3, tempat dimana departemen penasaran berada. Semuanya nampak sangat sibuk dan fokus bekerja. Gimana senang akan hal itu, karena tidak ada yang memperhatikan dengan tatapan yang membuatnya merasa sedikit risih.

"Bang, gue nunggu di luar aja ya," ucap Ginara sebelum Liam masuk ke dalam sana.

Liam tersenyum, di tahu betul kenapa Ginara berbicara seperti itu. Tapi, Liam malah menarik tangan Ginara pelan-pelan agar mengikutinya masuk ke dalam ruangan departemen pemasaran.

Ginara ingin protes, tapi dia merasa tidak enak dengan Liam. Beberapa pegawai memperhatiakn kedatangan Liam dan Ginara.

'Dia pacar baru pak Liam?'

'Kenapa harus sama pak Liam sih?'

'Oh, ini si cewek ganjen yang dibicarain Gabriel'

'Jangan kenceng-kenceng disini ada kembarannya'

Ginara mengepalkan tangan yang tidak digenggam oleh Liam. Ginara ingin membalas mereka. Tapi, dia harus sadar bahwa dia sedang ada di kantor.

"Haydan, gue minta data itu dong barang yang ini." Liam menghampiri Haydan. Dia melepaskan genggaman tangannya pada Ginara. Haydan yang tadinya fokus bekerja, mengalihkan perhatiannya pada Liam. Dia juga melihat sebentar ke arah Ginara.

(Not) My Foe || HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang