16. Cemburu

499 60 10
                                    

Happy reading 💞

*****

"Loh? Ada Ginara juga?" Darel datang setelah Haydan menggoda Ginara tadi. Dia tidak datang sendiri, tapi datang dengan Windara.

"Ya gapapalah pacar yang baik kan jaga pacarnya," kata Haydan yang membantu menjawab Ginara. Semua orang yang ada disana terkejut, pasalnya dulu Haydan dan Ginara saling benci.

"Lo gak ngarang kan? Kalian kan—"

"Apa perlu pembuktian? Nara sini," ucap Haydan yang sedikit kesal dengan perkataan Darel.

Dengan takut, Ginara menghampiri Haydan. Dan pipi kanannya dicium oleh Haydan tanpa aba-aba. Ginara sangat malu, mana disana masih ada orang tua Haydan.

"Apasih malu tau!" Ginara cemberut sambil memukul tangan Haydan tapi tangan yang terluka. Sontak saja membuatnya merintis kesakitan.

Ginara yang merasa bersalah pun refleks mengusap-usap tangan Haydan. Semua yang ada disana saling berisik.

"Bang ngapain ya kita ada disini?" gumam Windara.

"Dunia serasa milik berdua ya haha," kata Bara yang menertawakan kelakuan anaknya yang sedang dimabuk asmara.

"Kayak gak gitu aja," balas Tari. Namun, Bara hanya nyengir tak berdosa. Ginara senang karena Haydan kembali akur dengan keluarganya. Tapi dia merasa tidak enak menganngu mereka. Dengan berani Ginara akan berbicara untuk pamitan pulang.

"Dan, Tante, Om, semuanya Ginara mau pamit pulang ya." Ginara berpamitan dengan sopan sambil meraih tas dan makanan yang belum dia sentuh sama sekali.

"Loh, kita baru aja dateng loh hehe," kata Windara yang tidak ingin sahabatnya itu pergi.

"Mungkin dia mau mandi dan nyuci baju Win. Yaudah, hati-hati dijalan ya. Makasih loh udah mau jagain Haydan," ujar Tari sambil tersenyum manis.

Sebenarnya, Ginara pamit pulang karena merasa tidak enak. Dia tidak ingin mengganggu quality time Haydan dan keluarganya. Ginara memasuki mobilnya dan mulai menyetir dengan santai.

Setelah sampai di rumah, Artha dan Gara berdiri berdekatan dengan tangan mereka yang dilipat di depan dada. Tatapan mata kedua kakaknya itu seolah-olah ingin menerkamnya saat itu juga.

"Kamu gak di apa-apain kan?" Mereka bertanya dengan serentak.

"Iya Ra, dia kan sering bikin kamu kesel sama jahil terus. Apa kamu kok mau mau aja suruh jagain dia yang sakit?"

Ginara tersenyum.senang mendemgar kekhawatiran mereka berdua. Dia menghampiri keduanya.

"Don't worry ma bro, he's not my foe agains," jawab Ginara dengan menggunakan bahasa inggris. Kedua kakinya mengerutkan dahi mereka.

"So?" Artha bertanya lagi.

"He's my boyfie right now," jawab Ginara dengan santai sambil berjalan melewati kedua kakaknya itu.

"WHAT!/WHAT!"

Ginara hanya mengangguk sebagai jawabannya. Dia pun melewati mereka karena sudah gerah ingin mandi lagi.

"Are you sure about that?" Gara mengikuti Ginara dan masih bertanya banyak padanya.

"Serius anjir, tanya aja Haydan, kan temen lo,"  jawab Ginara yang terus berjalan eniki anak tangga menuju ke kamarnya.

"Jadi, dia selama ini kecelakaan dan lo gak bilang-bilang sama keluarganya. Apa mereka marah pas tau itu?"

"Marah? Gak tuh hehe. Yang ada orang tuanya bilang itung-itung latihan jadi istri yang baik katanya. Kan ih masih jauh banget ya. Jadian aja belum genap seminggu," kata Ginara yang ujung-ujungnya malah jadi curhat.

(Not) My Foe || HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang