Happy reading
*******
Esok harinya Ginara bekerja lagi seperti biasa. Tangannya juga sudah sedikit lebih baik daripada kemarin. Tetap saja Haydan mengomel karena Ginara memaksakan bekerja. Bukan apa-apa, Haydan hanya takut Ginara malah tambah infeksi karena tangannya banyak bergerak diatas papan keyboard komputer.
"Itu tangan lo baik-baik aja kan? Mau gue bawain gak tas nya?" tanya Haydan sambil mencoba mensejajarkan langkahnya dengan langkah Ginara yang nampak terburu-buru.
"Lebay banget deh. Ini tas gak berat. Justru kalo gak digerakin yang baik tuh." Ginara membalasnya sambil masuk ke mobil Haydan yang terparkur rapi.
"Acaranya udah dimulai apa belum sih? Bang Artha juga udah pulang kan tadi pagi? Bang Darren katanya nyusul. Terus Gara udah duluan tadi."
"Acara apa ya? Kok penasaran?" Ginara masih belum tahu ada acara apa antara keluarganya dan keluarga Haydan. Tapi sejauh ini dia memikirkan mungkin ini acara penyembuhan Artha sudah pulang dari rumah sakit.
"Dan, nanti kalo udah sampe bangunin gue ya. Gue mau tidur sebenataar aja," gumam Ginara.
"Iya tidur aja. Iya gue juga bawa mobilnya bakalan pelan kok."
Tidak lama setelah itu Ginara benar-benar tertidur. Dia terlihat sangat lelah. Haydan memberhentikan mobil yang dia kendarai sebentar. Dan melihat luka pergelangan tangan Ginara yang dalam perawatan. Haydan mengecek apakah lukanya baik-baik saja atau tidak. Haydan cukup lega karena lukanya sudah mulai membaik.
'Cup'
Bibir Haydan menyentuh dengan lembut kening Ginara yang sedikit tertutup oleh sebagian helaian rambut. Barulah Haydan kembali melajukan lagi mobil yang dia kendarai.
Haydan membangunkan Ginara tepat di depan garasi. Sebenarnya dia tidak tega juga karena Ginara terlihat sudah lelap.
"Hng... sudah sampai? Gue kelihatan berantakan gak? Aduh ileran gak gue ya? Pinjem hape dong," kata Ginara dengan cepat seperti seorang rapper saja.
Haydan tidak memberikan ponsel Ginara,tapi dia bergerak untuk membantu merapikan anak rambut di wajah Ginara. Dia pun tersenyum setelah selesai dengan anak rambut Ginara.
"Makasih hehe. Ayo. Kayaknya yang lain udah nunggu deh." Ginara turun dari mobil duluan. Disusul dengan Haydan yang berjalan dibelakangnya.
Mereka berdua dikagetkan dengan kehadiran semua anggota keluarga masing-masing. Haydan dan Ginara merasa sedikit gugup karena seperti menjadi pusat perhatian dari keluarga mereka.
"Ini yang punya acara ngaret banget nih haha," celetuk Bara.
"Mungkin kejebak macet, Pi," balas Tari.
"Iya Papi bercanda doang, Mi. Mami kan udah Papi seriusin," gombal Bara di depan semua orang. Tari hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah suaminya itu.
"Maaf ya semuanya suami saya emang gini. Ayo kalian duduk dulu," ujar Tari.
"Jadi, kita ngadain acara kayak gini tuh pertama buat mempererat tali persaudaraan. Terus yang kedua kan Artha udah sembuh. Dan yang intinya adalah bahasan tentang pernikahan kalian," jelas Leon sambil menatap kedua pasangan itu.
"Loh?" Ginara tiba-tiba berkata seperti itu. Mungkin karena dia juga terkejut.
"Kalian gak mau?" tanya Yura dengan serius.
"Tapi kan Haydan gak hamilin Ginara, kenapa?" Haydan merasa sedikit aneh juga karena terkesan buru-buru sekali.
"Gini Haydan. Dengarkan Om dulu ya. Bukannya buru-buru, tapi kita mencegah terjadinya hal buruk. Om yakin kok kamu anaknya sangat menghormati perempuan. Hanya saja kita gak tau kan kedepannya bakalan gimana? Tapi kita gak maksa kalian kok." Leon menjelaskan dengan lembut.
"Maksud kita tuh gini loh. Kalian mau nikah boleh mau pacaran dulu boleh. Kita juga gak maksa kalian buat cepet-cepet punya anak. Kembali lagi, pilihan ada di kalian." Bara membantu melengkapi perkataan Leon.
Haydan dan Ginara saling lirik. Suasanya memang terasa sangat serius. Karena pembahasannya bukan main-main.
"Haydan sama Ginara sih baik-baik aja maksudnya ya sebenarnya gapapa sih. Ya gak?" Haydan meminta bantuan Ginara. Karena dia bisa menjelaskan tapi tidak tahu harus memulai.
"Ginara siap kok. Tapi apa gapapa ini kakak kakak kan belum pada nikah?" Ginara menanyakan itu karena tahu bahwa dia melangkah kakaknya dalam urusan pernikahan jika Ginara yang menikah duluan. Itu seperti dikatakan oleh tradisi masyarakat.
"Dek, gapapa kok. Mau kalian duluan mau kita duluan yang nikah sama aja. Gak ada bedanya. Kecuali kalo beda pasangan pasti beda lagi ceritanya." Darren membantu menjawab kebingungan juga kegelisahan dari Ginara.
"Yaudah. Gapapa kita nikah aja. Kita siap kok." Haydan mendadak menjadi tegas dan terlihat dewasa. Ini bukan Haydan yang dulu sering membuat Ginara kesal.
"Ginara juga," jawab Ginara dengan yakin.
Setelah selesai pembahasan yang sering mereka semua tertawa bersama dengan apa yang mereka bicarakan. Mereka juga makan bersama dalam rangka syukuran atas sembunyi Artha.
Haydan dan Ginara diikuti oleh Gara dan Windara. Mereka berempat kumpul di taman yang ada di halaman rumah Haydan.
"Semangat bro~ nanti gue sama Windara nyusul kok. Tenang aja," ucap Gara sambil menepuk pundak Haydan.
"Iya loh, Bang. Pokoknya kalian jangan buru-buru punya anak. Nikmati aja kayak biasanya yang pacaran."
"Iya, kita juga tau. Yahh gapapa lah kemana-mana kan kalo udah nikah gak bakalan di telpon sama Abangnya atau gimana hehe."
"Yok semangat! Oh iya kata Nitha kak Jian juga udah sadar,"ujar Windara.
"Wahh kabar baik dong," sahut Ginara.
"Tunggu-tunggu, kalian kapan jadi deket sama Nitha?" Haydan terheran-heran dengan kedua gadis di depannya ini.
"Ya gitu deh. Gapapa di masa lalu dia gitu. Yang penting sekarang dia baik." Windara menjawab dengan tersenyum polos.
"Eh ayok ah ke dalem. Laper nih," ajak Gara.
"Siapa yang ngajak kesini. Siapa yang ngajak ke dalem. Pacar lo tuh Win emang ya," omel Ginara. Dia langsung mendapatkan jitakan di kepalanya dari Gara.
"Gue juga Abang lo bego," balas Gara.
Ginara hanya nyengir kuda.
.
.
.
.
Guys maaf ya aku baru update. Maaf banget bikin kalian nunggu. Aku kemarin pulsa abis jadi gak bisa update. Aku baru punya pulsa kemarin. Nanti deh insya Allah siang aku update lagi. Semoga hari kalian menyenangakan💚
Stokanim 💚💚💚💚
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) My Foe || Haechan
General FictionWarning!! 17+ !Don't plagiarize this story! Ginara adalah seorang gadis cantik sedikit urakan dan dia juga tidak terlalu feminim. Dia memiliki musuh bebuyutan sejak kecil yang sangat dia benci. Tapi sialnya, mereka selalu kembali bertemu di sekolah...