Happy reading 💞
*****
Sepanjang perjalanan Ginara tidak bisa diam. Kabar ini sangat mengejutkan baginya, ditambah lagi Artha adalah sosok seorang kakak yang meski terlihat cuek dan tidak peduli. Tapi dia perhatian dan sangat menyayangi adik kembarnya.
Mereka langsung menuju ke sebuah rumah sakit elit yang jaraknya ternyata cukup memakan waktu yakni satu jam. Entah Artha sudah selesai dioperasi apa tidak. Tapi semuanya tentu saja mengharapkan yang terbaik.
Ginara dan keluarganya segera memasuki rumah sakit saat mereka sudah sampai di parkiran. Gara terus menggenggam tangan Ginara yang mengekuarkan keringat dingin. Sebenarnya Ginara berusaha sekuat tenaga agar tidak cengeng. Namun pertahanan Ginara runtuh kala ia melihat sang Kakak tercinta masih berada di ruang operasi.
"Adeknya bang Artha itu gak cengeng," ujar Gara sembari mengusap air mata Ginara. Gara sendiri pun sedih hanya saja dia bisa menyembunyikannya dengan baik.
"Sekarang mending kita berdo'a semoga semuanya berjalan lancar. Gara mending bawa Ginara jalan-jalan dulu ya biar gak nangis terus. Nanti kalo Artha udah dipindahkan ke ruang rawat inap Papa bakal kasih tau kok," kata Leon yang tidak tega melihat Ginara yang menangis tanpa suara.
"Ayo," ajak Gara dengan nada bicara yang lembut. Ginara menggelengkan kepalanya. Dia tetap bersikeras untuk menunggu disana.
"Yaudah jangan nangis terus. Nanti kamu jadi pilek," gumam Yura.
Dan ternyata operasinya selesai setelah 3 jam kemudian. Ginara kembali menumpahkan air matanya saat melihat wajah kakak tersayangnya terbaring lemah. Ginara menjaga Artha semalaman sampai dia bolos bekerja. Tapi Gara tidak. Di rumah sakit hanya ada Yura dan Ginara.
*****
Sementara itu di perusahaan tempat Artha bekerja, kabar bahwa dia kecelakaan pun seketika tersebar luas ke penjuru perusahaan dengan cepat. Melvian yang notabenenya adalah teman seperjuangan Artha ikut syok.
"Pak?" tanya sekertaris Melvian. Sebab lelaki tampan itu tampak terpenting dengan raut wajah sedih.
"...."
"Pak, ini laporan yang bapak minta," kata Sekertaris itu lagi dengan sedikit keras. Melvian pun akhirnya melirik ke arahnya dan mengambil berkas yang ada di tangan sekertarisnya.
"Terima kasih. Kamu boleh keluar. Saya butuh waktu sendiri," kata Melvian tanpa menatap seinchi pun wajah lawan bicaranya.
Baru saja Melvian selesai mengerjakan separuh pekerjaannya, pintu ruang kerjanya tiba-tiba terbuka lebar. Menampakkan dua orang karyawannya.
"Kalian ngapain kesini? Tugas kalian sudah selesai?" Melvian bertanya sambil menatap satu persatu dari mereka berdua.
"Anu Pak," jawab Jovin yang terlihat ragu. Haydan yang duduk di sebelah Jovin pun langsung menyambar karena greget dengan Jovin yang tidak bisa to the point.
"Saya mau minta cuti setengah hari Pak. Mau jenguk calon Kakak iparnya," kata Haydan yang dibumbui dengan kepadanya tingkat tinggi. Sepertinya dia terlalu banyak bergaul dengan Liam.
"Kamu juga sama?" tunjuk Melvian pada Jovin.
"Iya, Pak. Tapi saya bukan pacarnya-"
"Saya izinkan. Dengan syarat selesaikan dulu pekerjaan kalian," kata Melvian. Jovin dan Haydan mencebik kesal.
"Berani kalian sama boss sendiri?"
"Eh enggak, Pak. Kita lagi adu suara mulut aja," jawab Haydan. Yang membuat Melvian hanya bisa menggelengkan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) My Foe || Haechan
General FictionWarning!! 17+ !Don't plagiarize this story! Ginara adalah seorang gadis cantik sedikit urakan dan dia juga tidak terlalu feminim. Dia memiliki musuh bebuyutan sejak kecil yang sangat dia benci. Tapi sialnya, mereka selalu kembali bertemu di sekolah...