15. Bicara jujur

441 62 12
                                    

Happy reading 💞

*****

"Iya gue juga tau kok, tapi," ucapan Ginara menggantung. Membuat Haydan penasaran apa yang ingindia katakan.

"Tapi apa?" tanya Haydan.

"Tapi mendingan kita jujur aja deh. Nanti kalo Mami Papi kamu tahu dari orang lain bakal makin runyam masalah," gumam Ginara.

"Nanti aja deh," kata Haydan.

"Nanti kapan? Biar gue aja deh yang bilang," ujar Ginara.

"Gue takut," cicit Haydan.

"Lo takut kenapa? Di marahin? Kalo lo gak salah, lo gak bakalan dimarahin," kata Ginara dengan menatap lembut wajah tampan Haydan.

"Sebenernya, gue asalnya mau dijodohin. Tapi gue gak mau, karena gue suka sama lo dari lama. Baru berani ungkapin kemaren kan," ujar Haydan dengan hati-hati. Dia takut akan marahnya Ginara.

Namun, gadis itu malah tersenyum manis.

"Mereka kayak gitu biar lo gak jomblo terus kali haha," ujar Ginara yang malah tertawa.

"Kok ketawa sih? Gue kira lo bakalan marah. Tapi jujur Ra, sebenarnya gue musuhin lo karena iri sama Jovin yang bisa sedeket itu sama lo," gumam Haydan.

"Kan sekarang kita udah pacaran. Ngapain iri, itu makanan mau di abisin apa enggak?" Ginara bertanya karena makanan yang dia beli belum habis.

'Klik'

Suara knop pintu terbuka, Jovin dan Karin datangke ruang inap Haydan. Ginara terkejut sekali, karena Haydan sedang tiduran diatas pahanya. Dia tertidur pulas, mungkin karena terlalu kenyang.

"Eh? Kalian kok gak ngabarin kalo mau dateng?" Ginara mencoba biasa saja.

"Batre hape gue abis, si Karin juga sama. Ini lo kok pake baju Haydan?" tanya Jovin curiga.

Haydan yang tengah tidur, pindah posisi dengan menghadap ke perut Ginara. Dia memeluk pinggang Ginara dengan sebelah tangannya yang tidak terluka. Jovin dan Karin semakin terkejut dengan apa yang Haydan lakukan barusan.

"Ah, itu kan balik dari apartemennya Haydan hujan gede banget. Jadi gue pinjem baju," jawab Ginara dengan jujur.

"Lo deket sama Haydan bukan karena dia maksa lo kan?" Jovin bertanya dengan nada yang serius.

"Maksa? Enggak kok," jawab Ginara dengan jujur.

Rupanya Haydan terusik dari tidurnya, dia bangun dan melongo melihat Jovin sudah ada di hadapannya.

"Lo mending lanjutin tidur di ranjang lagi gih," suruh Ginara.

"Gue masih mau disini," tolak Haydan.

"Kalian jadian gak bilang-bilang ya," gumam Karin.

"Baru kemaren kok gue nembak dia." Haydan akhirnya buka kartu.

"Lo serius kan sama sahabat gue ini? Awas aja lo bikin dia nangis, bukan cumangue dua abangnya bakalan kasih pelajaran buat lo nanti," ancam Jovin yang sudah seperti seorang ayah yang mengkhawatirkan putrinya dimainkan perasaanya oleh pacarnya.

"Ya gue juga mikir kali Jo, cewek sebaik dia masa gue mau main-main sih."

"Kok malah berantem sih," lerai Karin.

"Tau nih."

****

Malamnya, Haydan mencoba jujur dengan memberitahukan semuanyapada keluarganya. Tentu saja dibantu oleh Ginara. Dan ternyata sesimple itu, mereka memarahi Haydan karena dia kabur dan akhirnya jadi kecelakaan. Tapi pada akhirnya, mereka ikut senang karena Haydan ternyata tidak sendiri lagi.

(Not) My Foe || HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang