35. Wedding invitation

222 27 6
                                    

Happy reading 💞

******

"Tidur lo! Jangan maen hape terus!" Haydan tadinya ingin melihat ke kamar sebelah untuk memastikan bahwa Ginara sudah tidur atau belum. Dan ternyata dia masih bermain game di ponselnya itu.

Ginara yang masih bermain pun tidak menghiraukan kehadiran Haydan. "Tanggung bentar lagi juga kalah kok gue," kata Ginara.

"Yaudah sih. Awas aja lo nanti misuh-misuh kalo bagun telat terus nyalahin gue." Haydan pergi dengan meninggalkan sebuah perkataan yang mampu membuat Ginara seketika itu mematikan permainan di dalam ponselnya. Dan segera pergi tidur.

"Eh iya, sepatu lo udah dianterin tadi sama Gara," gumam Haydan sebelum benar-benar menutup pintunya.

Ginara melongo sebentar, Gara? Kenapa dia tidak memberitahu padanya jika datang? Apa mungkin dia sengaja? Oh? Atau mungkin Gara mengira Ginara sudah tertidur.

"Iyaa gue tidur nih ya," kata Ginara sambil menarik selimut hingga sebatas dadanya.

"Mimpiin gue ya," gumam Haydan.

"Hahah ogah ah," tolak Ginara sambil tertawa. Haydan hanya tersenyum lalu kembali menutup pintunya.

******

Pagi hari yang cerah seolah-olah mendukung hari ini. Dimana hari yang terindah bagi Melvian yang beberapa waktuagi akan melepas masa lajangnya. Nampak seorang gadis sedang kesusahan memakai gaun hitam yang kemarin dia beli dengan Windara. Ginara bahkan belum memakai riasan wajah.

Tok... Tok... Tok...

Haydan mengetuk pintu kamar yang Ginara tiduri. Mendengar tidak ada jawaban, membuat Haydan khawatir. Takut jika terjadi apa-apa pada pacarnya. Jujur saja Haydan masih trauma dengan kejadian penculikan yang menimpa Ginara dan Windara kemarin lusa.

Haydan langsung menutup wajahnya kala melihat Ginara sedang memasang gaun hitamnya.

"Ngapain balik lagi!" Ginara melihat kedatangan Haydan.

"Ya lo kan lagi pake baju bego." Haydan menjawabnya tanpa berhadapan dengan Ginara.

"Ini gue strugle banget nih sama zipper nya. Bantuin kek, bukan malah nyelonong aja pergi." Ginara marah menggerutu. Dia sudah hampir setengah jam berkutat dengan gaun ini. Sedangkan Haydan sudah rapi dan wangi dengan setelan jas berwarna putih juga kemeja hitam motif polkadot.

Mendengar itu, barulah Haydan berani menoleh pada Ginara. Ternyata gadisnya sudah berbalik badan. Tangan Haydan bergerak dengan hati-hati menaikkan zipper itu ke atas.

"Udah. Ra, apa gak sesek ini lo pake kek ginian?" tanya Haydan karena melihat betapa ketatnya gaun yang dikenakan oleh Ginara.

"Gak loh. Gue udah biasa." Ginara menjawabnya dengan santai.

"Eh iya, ini sepatu dari Gara kemarin," ujar Haydan yang mengasongkan sekotak hitam berisi higheels milik Ginara.

"Dan, tolong bukain hehe. Susah mau jongkoknya." Ginara meminta tolong sambil nyengir tak berdosa. Tanpa banyak bicara Haydan mengambil sepasang sepatu itu.

"Duduk!"

Ginara menurut, dia duduk di kursi dekat nakas. Baju hitamnya yang panjang menutupi kursi dan juga kaki jenjang Ginara. Haydan menyibakkan kain yang menutupi kaki gadisnya itu. Dengan telaten Haydan memakaikan Ginara sepasang higheels yang senada dengan warna gaunnya.

"Tunggu bentar, Dan."

Haydan duduk di tepi ranjang pun hanya menaikkan kedua alisnya.

"Kenapa sayang?" tanya Haydan. Kali ini, Ginara menyadari bahwa kekasihnya menyebutnya dengan sebuah kata 'sayang'. Ini pertama kalinya dia mendengar dengan jelas Haydan berkata seperti itu.

(Not) My Foe || HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang