22. Travel date

298 38 12
                                    

Happy reading 💞

*****

Pagi-pagi sekali, Ginara sudah mengemas barang bawaan. Dia pulang jam 6 pagi untuk mengambil pakaian. Dan dia kembali berangkat bersama dengan Gara. Mereka akan berkumpul di dekat taman kota.

"Semalem Windara nginep bareng lo?"

"Iya, soalnya kalo malem kan kasian juga dia pulang nya," jawab Ginara.

"Iya juga sih. Lagian kan si Haydan juga kakaknya," jawab Gara.

"Ada yang ketinggalan gak?" tanya Ginara sebelum Gara melanjukan mobilnya

Gara mengecek semuanya dengan menoleh ke kursi belakang mobil yang diisi oleh barang bawaan Gara dan Ginara. Setelah dirasa semuanya sudah lengkap. Gara pun melanjutkan aktivitasnya yang tertunda tadi dia hendak menginjak pedal, sekarang Gara mulai fokus mengendarai mobil miliknya.

"Ga, gue tidur ya. Nanti bangunin kalo dah nyampe di alun-alun," kata Ginara yang nampak masih mengantuk.

"Emang lo bangun tidur jam berapa dah?" Gara bertanya sambil melihat ke pemandangan yang ada di depannya dengan fokus.

"Kan gue biasanya bangun jam 4 abis itu sholat. Gue kalo udah bangun gak bisa tidur lagi. Sekarang kerasa deh ngantuk," jawab Ginara dengan panjang lebar dengan mata yang tertutup.

"Yaudah lo tidur aja," kata Gara.

Sementara di tempat lain ...

"Ini si Gara sama Ginara dimana dah?" Haydan bertanya dengan raut wajah yang tampak sangat khawatir. Dia takut jika terjadi apa-apa dengan mereka.

"Macet kali Bang," celetuk Windara yang mencoba berpikir positif. Karena jika macet pun itu hal yang wajar. Ini hari lihir nasional. Pasti banyak orang yang menggunakan hari libur seperti ini untuk vacation.

"Tau nih si Haydan jangan lebay," komentar Jovin.

"Jangan lebay?"

"Kok jadi berantem sih ah," lerai Liam sekalu yang paling tua.

"Tuh! Pacar lo dateng!" Jovin berkata sambil sedikit berteriak karena kesal dengan Haydan. Karin yang melihatnya hanya bisa diam.

Nampak Gara keluar dari mobilnya tanpa Ginara. Membuat Haydan berlari menuju mobol Gara. Dia seperti itu sebab semalam Ginara demam tinggi, untung saja Haydan mengompresnya. Windara juga membuatkan dia secangkir teh dan madu.

Haydan menghela nafas lega saat melihat Ginara bergerak untuk membuka pintu mobil.

"Lo udah baikan?" Haydan langsung melontarkan kata-kata yang sedari tadi terus terlintas dibenaknya.

Ginara malah terkekeh geli mendengar pertanyaan spontan Haydan.

"Gue sembuh kok. Kan dibuatin teh sama madu buatan Windara," jawab Ginara.

"Nara, lo sakit? Kenapa gak bilang," kata Gara dengan tatapan khawatir.

"Ih lebay deh. Ayok jalan keburu siang nih. Mulai nyengat nih panasnya," kata Ginara yang berjalan kembali menuju ke mobil Gara. Tapi Haydan mencekal tangannya.

"Kenapa eh?"

"Buar Windara di mobil Gara. Lo sama gue." Haydan berkata dengan nada yang membuat Ginara tidak bisa menolak.

"Dunia berasa milik berdua anjay," komentar Liam.

"Ngiri? Noh ada si Yola," jawab Haydan dengan bercanda tentunya.

"Gue yang mimpin jalan ya. Gue tau tempat bagus," ujar Jovin sebelum mengendarai mobilnya. Mereka semua memasuki kedalam kendaraan masing-masing.

Sepanjang perjalanan mereka melihat beberapa suguhan indah dari alam. Tumbuhan hijau nan indah bagai permadani yang menyelimuti tanah. Cuaca yang cerah seolah-olah mendukung perjalanan mereka ke tempat wisata tujuan mereka. Meski tidak tahu akan singgah dimana. Tapi mereka tentu sudah mempunyai susunan rencana.

Mereka berhenti di sebuah tempat parkir yang dekat dengan pantai. Pengunjungnya ternyata tidak begitu ramai. Mereka langsung berlarian diatas hamparan pasir.

"Ginara! Tunggu!" Haydan berteriak karena Ginara sudah berada jauh dari hadapannya.

"Ayo kejar kalo bisa wlee," kata Ginara sembari menulurkan lidahnya.

"Dasar bocil, main India-indiaan," tugas Gara.

"Kalo mau kayak mereka gak usah nyindir kali," balas Windara. Gara tersenyum manis mendengar jawaban dari Windara.

"Duduk di bawah pohon itu yuk," ajak Windara.

"Cewek gue kepanasan ya. Ututu~" kata Gara sambil menggandeng tangan Windara.

"Iya panas hehe, pengen ngadem aja gitu. Nanti sore kita foto-foto deh," ucap Windara sambil menyenderkan kepalanya pada bahu lebar Gara.

Jovin sedang merekam Karin yang bermain ombak. Sesekali dia mengambil gambar Karin. Berbeda dengan Liam dan Yola yang santai sambil menyusuri pantai. Mereka nampak sedang mengobrol dengan santai.

"Ahahah Haydan baju gue basah loh. Nih rasain!" Ginara menyipratkan air laut ke arah Haydan.

"Oh, awas aja ya. Nih gue bales," balas Haydan yang melakukan hal yang sama pada Ginara.

"Dan! Haus," kata Ginara dengan sedikit merengek sambil mempoutkan bibirnya. Haydan yang terlalu gemas melihat tingkah Ginara pun hanya bisa tersenyum sambil berlari ke arah Ginara untuk memeluknya.

"Dan, engap gue ihhhh," protes Ginara.

"Suruh siapa lo gemes-gemes," tutur Haydan yang tidak mau melepaskan pelukannya.

"Malu ah sama yang lain," ujar Ginara yang mencoba melepaskan pelukan erat Haydan.

"Bentaran, nyaman banget tau meluk lo tuh," bantahan Haydan.

"Oi pengantin baru! Mau ikut kita beli es kelapa gak?" Gara memang suka berkata random.

"Pengantin baru apanya," balas Windara.

"Iya lengket banget abisnya," jawab Gara.

"Kayak lo gak gitu aja," kata Windara.

"Iya deh cewek selalu bener," gumam Gara. Mereka tidak menyadari bahwa Haydan dan Ginara sudah mendekat ke tempat dimana Gara dan Windara berteduh.

"Yang lain mana?" Tanya Haydan. Karena dia tidak melihat keberadaan Liam, Yola, Jovin dan Karin. Gara menjawab dengan jari telunnuk yang diarahkan kepada dua pasangan itu.

"Ih kok gak ajak-ajak ya?" gumam Ginara.

"Lah? Kita dari tadi manggil kalian. Suruh siapa asyik sendiri serasa dunia milik berdua," sindir Gara. Ginara dan Haydan menggaruk tengkuk mereka yang tidak gatal.

"Maaf abisnya adek lo gemesin banget," jawab Haydan  dengan jujur.

"Gue juga genes dong," celetuk Gara.

"Iya gemes peng mukul wkwkw," canda Haydan.

Mereka berempat menyusul dua pasangan tadi dan bergabung dengan mereka dalam satu meja yang sama.

.

.

.

TBC

Stokanim 💚💚💚💚💚

(Not) My Foe || HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang