20. Penyesalan

295 41 5
                                    

Happy reading 💞

*****

Tawa Ginara berhenti tatkala mendengar ketikan dari jendelamobil Haydan. Dia memberikan isyarat pada Haydan agar berhenti. Haydan membuka jendela mobil dengan cepat. Dua sejoli itu terkejut bukan main, pasalnya diluar mobil Haydan ternyata ada Nitha yang basah kuyup. Dia memasang wajah memelas pada mereka.

"Lo mau numpang?" Haydan bertanya tanpa ada basa-basi terlebih dulu. Nitha menggelengkan kepalanya dengan cepat. Membuat kedua pasangan itu heran.


"Terus? Sini coba lo masuk mobil. Di luar lagi hujan deras gitu," kata Ginara tanpa pamrih. Padahal sebelumnya dia kesal karena ulah Nitha pada yang sudah kembali keterlaluan.

Nitha jadi malu melihat kebaikan Ginara. Dia kembali menggelengkan kepalanya untuk yang kedua kali.

"Gue mau minta maaf sama lo," kata Nitha dengan berteriak sembari menangis diatas guyuran hujan.

"Awas minta maaf, minta maaf, tapi lo tetep kembali jahatin bini gue," gumam Haydan dengan tatapan tidak sukanya.

"Gue serius, gue gak mau lagi jadi orang yang bodoh dan jahat. Maaf ya gue janji gak bakalan bikin gosip atau ganggu lo lagi," ucapnya dengan keras sambil menundukkan kepalanya. Ginara pun keluar dari mobil Haydan.


"Kalo gitu, lo balikin nama baik Haydan yang udah ke cap jelek di perusahaan ini. Karena gosip itu," pinta Ginara sambil kembali masuk ke dalam mobil Haydan.

"Ih, ngapain keluar. Pokoknya gak jadi ke cafe. Kita ke toko baju aja. Lo basah kuyup gini nanti masuk angin lagi," omel Haydan yang mulai melakukan mobilnya. Meninggalkan Nitha yang terduduk sambil menangis keras ditengah guyuran hujan.


Seseorang datang dan memanyungi Nitha. Dia adalah Artha. Tangis Nitha semakin menjadi.

"Bagus, lo ada baiknya minta maaf sama gue juga," kata Artha.

"M-maaf atas apa? Gue gak pernah punya salah sama Bang Artha." Nitha mencoba untuk berdiri memberanikan diri menatap Artha.

"Pura-pura amnesia lo?"


"Gue beneran gak tau. Gue belum pernah buat salah selain sama adik lo," jawab Nitha.

Artha tersenyum miring, dia memegang dagu Nitha. Dan menatap tajam wajah cantik itu. Dengan tatapan dingin lagi menusuk.

"Bukannya gara-gara pertengkaran lo sama Jian di trotoar yang bikin dia gak jadi ngehampirin gue? Padahal gue mau lamaran dia waktu itu," gumam Artha dengan dingin dan penuh penekanan.

Nitha menggelengkan kepalanya untuk kesekian kalinya. Dia semakin menangis dengan keras.

"Bukan! Itu bukan salah gue. Hiks, dia sendiri yang kepeleset. Dan gue gak sempet pegangan tangan dia karena saat itu ada truk yang lagi rusak karena rem yang blong. Gue gak salah!"

"Gue gak salah!"

"Hiks, gue gak salah," gumam Nitha dengan wajah yang bukan dibuat-buat. Artha sebenarnya merasa bersalah karena membuat Nitha jadi seperti ini.

Artha di dorong keras oleh Nitha sambil berteriak mengatakan hal yang sama. Untungnya tidak ada seorang pun yang memperhatikan karena sedang hujan deras.

"Nitha—" Artha yang merasa bersalah ingin menenangkan Nitha. Tapi di tepi lagi oleh tindakan kasar Nitha.

"Lo lebih baik pergi! Bukan gue hiks.. gue gak salah. Gue cuman mau ngasih tau kalo Mama pergi sama Papa baru. Tapi hiks—"

Artha memeluk Nitha dan meletakkan payung yang dia pegang ke sembarang tempat.

"Lo gak salah. Iya lo gak salah. Lo jangan kayak gini dong. Gue jadi inget sama Jian kan," gumam Artha sambil memeluk Nitha yang berusaha berontak.


******


"Bang~ gue mau curhat," rengek Yola yang duduk diatas pangkuan Melvian yang sedang mengerjakan sesuatu di dalam laptop nya.


"Curhat aja," jawab Melvian.


"Boleh gak sih gue suka lagi sama Liam," cetak Yola.

"Wah? Ada angin apa lo? Terus kenapa dulu lo tolak Liam?" Melvian sungguh tidak bisa menebak jalan pikiran adiknya yang aneh.


"Ih kan gue nolak karena mau sekolah ke luar negeri." Yola mengungkapkan alasan sebenarnya.


"Yaudah coba deketin aja Liam. Kali aja dia masih suka sama lo," kata Melvian yang kembali fokus pada layar monitor.


"Abang mah~ nanti yang ada gue dikira orang sebagai cewek gatel ah," ujar Yola.


"Ya terus, kenapa lo nanya sama gue," kata Melvian sedikit gemas dengan tingkah adiknya ini.


"Ya kan gue nanya sama Abang kan gue cewek. Kali aja Abang tau gitu perasaan cowok," jawab Yola.

"Nih dengernya gue ini CEO property. Bukan aslinya psikologi yang bisa tahu semua karakter laki-laki," tugas Melvian. Yola turun dari pangkuan Melvian dengan wajah yang cemberut.

"Ah Abang mah gak seru~"

Melvian hanya geleng kepala melihat Yola.


*****


"Loh? Abang baru pulang? Ayo ganti terus mandi pake air anget," kata Yura yang khawatir melihat putra sulungnya pulang dengan baju basah dan wajah yang kacau..

"Tumben banget ya Ma, Abang pulang malem begini," kata Gara yang melihat Artha dari sofa sambil melihat tontonan di layar televisi yang cukup besar.


"Eh, adek kamu juga belum pulang. Aduh ada dimana ya dia," ujar Yura.


"Palingan lagi jalan-jalan sama pacarnya Ma. Bentar coba ya, Gara telpon dulu," ucap Gara seraya mengambil ponselnya yang ada di atas meja.


"Ra, lo dimana? Mama khawatir nih," kata Gara dengan jujur.

'Disini masih hujan deras. Kalo belum berhenti, gue nginep di apart Haydan. Tenang kok disini ada Windara sama Kak Yola.'

"Ohh syukurlah, awas aja lu kalo ngapa-ngapain sama si Haydan siap-siap dicoret dari kartu keluarga."


'Santai bro.'


"Siapa?" tanya Yola dengan penasaran.


"Kembaran gue Kak," jawab Ginara sambil tersenyum.

"Oh, udah punya cewek belum? Sabi lah," ujar Yola sambil menaik turunkan alisnya.

"Udah punya," jawab Windara dengan tegas. Membuat Yola tertawa keras.

"Pasti lo kan ceweknya. Wah haha jadi ini ceritanya adek kakak yang kembar bakalan punya Papa sama Mama mertua yang sama. Wahh gila sih," tugas Yola sambil masih terus tertawa.


"Ya kan suka mah gak masalah ya gak Bang?"


"Iya loh. Orang lo juga kena kata kan jadi makin suka sama Bang Liam," balas Haydan.


"Emang kalian sepupu laknat. Baru aja ngasih saran eh malah diledek," ungkap Yola.

.

.

.

TBC

Stokanim 💚💚💚💚💚💚

(Not) My Foe || HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang