13. Confess?

485 66 12
                                    

Happy reading 💕

****

Ginara sedang memakai masker wajah sambil mendengarkan sebuah lagu kesukaannya. Tapi,sebuah nada dering yang masuk mengganggu kenikmatan yang dia sedang rasakan. Terpaksa Ginara harus bangun dan mengangkat telepon yang datang dari nomor Haydan.

"Napa lo malem-malem telepon gue? Bukannya tadi lo udah telepon gue ya?" tanya Ginara.

Karena sebenarnya sebelum Ginara maskeran, Haydan menelponnya seperti sedang terburu-buru ingin pergi. Dia bilang akan pergike apartemennya tapi dia meminta Ginara untuk tidak buka suara jika Windara mencarinya pada Ginara

'Maaf ini dengan pihak rumah sakit, saya menghubungi anda karena dia memanggil anda beberapa waktu lalu.'

"A-apa? Rumah sakit mana? Kirim alamatnya saya akan segerapergi kesana." Dengan cepat Ginara turun dari ranjangnya dan melepaskan masker yang dia pakai. Dia tidak m3nghiraukan bahwa dia memakai baju yang biasa dia pakai untuk tidur.

Orang rumah semuanya sepertinya sudah tidur. Ginara menutup pintu dengan pelan, dia mengendarai mobil miliknya yang belum dia masukkan ke garasi mobil.

Untungnya jalanan kota sedang sepi. Jadi Ginara bisa leluasa untuk mengemukakan mobil dengan cepat. Sesampainya di rumah sakit, Ginara berlarian dan berbicara dengan nafas terengah-engah pada resepsionis.

"Maaf mbak ada yang bisa saya bantu?"


"Saya wali pasien atas nama Haydan Kairaav." Ginara menjawabnya dengan cepat.

"Oh, mbak bisa pergi ke ruangan 307 di lantai 3."

"Terima kasih."


Ginara langsung berjalan menuju ke arah pintu lift berada. Setelah menemukan kamar nomor 307, Ginara langsung memasuki ruangan tersebut. Tubuhnya tiba-tiba terasa lemas saat melihat Haydan tak sadarkan diri dengan dahi yang diperban. Dan tangan kanannya juga sepertinya terluka.


flashback on

"Haydan, kalau kamu gak bisa ajak pacarmu Papi anggap kamu bohongin Papi ya."

Haydan yang sedang ingin menyuapkan makanan ke mulutnya pun tidak jadi.

"Papi ini lagi makan loh. Bahas ini nya nanti. Biar Haydan makan dulu." Tari mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

"Mi, Darel aja kemaren dijodohin gak bikin alesan ini itu langsung nerima."

"Ya itu karena Bang Darel ternyata dijodohin sama  gebetannya sendiri." Bukan Haydan yang menimpalinya, tapi Windara. Dia selalu tidak terima jika Bara membandingkan anak-anaknya.

"Haydan kira setelah kemarin ulang tahun Haydan Papi beneran berubah sama Haydan. Ternyata masih sama," kata Haydan sambil berdiri.

"Mau kemana kamu?" tanya Bara.

"Papi kan ada Bang Darel. Ngapain khawatir sama  Haydan," ujarnya sambil melengos pergi begitu saja.

"Haydan!" Tari berteriak keras mencoba menghentikan langkah putra keduanya. Tapi tidak diharapkan oleh Haydan.

"Biarin lah Mi, paling juga dia pergi ke apartemennya."

"Papi gak khawatir gitu kalo ada apa-apa sama Haydan!"

"Gak gitu Mi. Biarin dia tau rasa gimana ngebangkang sama orang tua!"

PLAK

(Not) My Foe || HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang