Part 49. Sebuah Pertaruhan

513 138 50
                                    

Moyla sebenarnya sekarang memiliki beban yang cukup berat untuk dipikirkan. Hubungannya dengan orang tuanya benar-benar seperti air dan minyak, bahkan dia belum pernah sekalipun datang setelah dia menjadi tawanan oleh ayahnya di rumah mereka. Setelah pertemuan yang dilakukan olehnya dan juga orang tua Cokhi, maka kini semakin berat saja beban tersebut. Apa yang harus dia lakukan agar pertemuan ini tidak menimbulkan masalah. Yang dia tahu, orang tuanya pasti akan murka ketika dia datang bertemu dengan mereka dan membawa orang tua Cokhi.

Akan terjadi pertengkaran dan itu adalah sesuatu yang paling dia hindari selama ini. Orang tuanya seolah sudah 'menendangnya' dari kehidupan mereka sejak lama. Jika diibaratkan, sebaik apapun sesuatu yang dilakukan olehnya tidak akan baik di mata mereka. Dan itu sudah dilakukannya selama ini. Maka karena itulah dia menjadi seorang pemberontak.

"Kak, lo ngelamun aja deh." Galaksi menoel bahu Moyla dan membuat gadis tersadar dari lamunannya. Sejak tadi, dia hanya memegangi tab miliknya dengan mata menatap depan sedangkan pikirannya jelas tak ada di sana. Kini matanya menatap Galaksi dengan serius dan sebuah ucapan terlepas.

"Orang tua Cokhi akan datang menemui orang tua gue." Galaksi adalah orang yang akan mendengarkan apapun masalah yang terjadi oleh Moyla. Lelaki itu selain artisnya, juga adalah dianggap saudaranya. Karena itulah, dia selalu mengatakan apapun kepada Galaksi. Galaksi tak langsung memberikan tanggapannya, dan terdiam sejenak. Tatapannya mengarah pada mata Moyla dan sebuah tarikan nafas Panjang terjadi.

"Gue nggak tahu apa yang bisa gue berikan sebagai tanggapan," Galaksi menyamankan duduknya namun perhatiannya sama sekali tak terlihat mengendur dari manajernya tersebut. "Gue rasa ini benar-benar akan menjadi hal yang kurang baik. Orang tua Kakak pasti akan menentang habis-habisan. Apalagi Bang Cokhi adalah incaran anak tersayangnya."

"Itu salah satu beban yang sekarang ini sedang gue rasakan." Moyla menjawab, "Papa, beliau pasti akan mencoba untuk melawan mereka bagaimanapun caranya."

"Lo nggak mencoba untuk membersihkan nama lo dulu di depan orang tua lo, Kak? Maksud gue adalah, udah jelas-jelas yang menjadi biang kerok dalam permasalahan lo yang panjang ini adalah adik lo yang terlalu budiman itu. Dia yang bertanggung jawab dalam segala hal yang terjadi. Kenapa lo harus menanggung semuanya?"

"Gue udah melakukannya sesering yang gue bisa. Mama gue misalnya, gue tahu dia bersikap baik sama gue. Tapi gue nggak pernah merasa kalau itu benar-benar baik yang diberikan dari dalam hati. Gue kadang berpikir, sebenarnya apa gue ini anak tiri mereka yang diambil dari panti asuhan. Kalau iya, nggak mungkin data menunjukkan sebaliknya." Moyla pernah menyelidiki semua itu dari surat-surat, tapi nyatanya semua fakta membuktikan jika dia adalah putri kandung orang tuanya. Bahkan dia sempat melakukan tes DNA tanpa sepengetahuan orang tuanya, dan sembilan puluh sembilan persen adalah benar jika dia putri dari ayahnya.

Tapi perlakuan mereka terhadapnya sangat sulit dipercaya kalau ada orang tua yang seperti itu terhadap putri kandungnya sendiri. Selama bertahun-tahun, Moyla mendapatkan perlakukan kurang baik dari mereka sampai dia tak bisa bertahan di rumahnya yang seharusnya rumah itu adalah surganya.

"Apa lo perlu bicara kepada orang tua Bang Cokhi tentang masalah ini? Tentang hubungan yang terjadi antara lo sama orang tua lo. Setidaknya agar mereka mengerti jika sampai sana nanti mereka tidak terkejut." Berterus terang tentang segala masalah yang terjadi antara dirinya dan orang tuanya adalah jalan terbaik yang bisa dipikirkan oleh Galaksi sekarang. Moyla tak tahu apakah Cokhi pernah menceritakan tentang masalahnya kepada orang tuanya atau tidak. Tapi mau tak mau, dia perlu mengatakan semuanya kepada calon mertuanya tersebut.

"Gue akan melakukannya." Begitu kata Moyla setelahnya. Dia tak akan pernah membuat ini menjadi rumit. Bagaimanapun dia harus menghadapi fakta jika dia akan berkeluarga dan memiliki keluarga baru. Tapi, jalan untuk menuju kesana tentu saja tidak semulus yang dibayangkan.

----

Cokhi menjalin tangannya di atas meja tapi pikirannya melayang di tempat lain. Memikirkan tentang pertemuan yang akan dilakukan oleh orang tuanya bersama dengan orang tua Moyla. Dia pernah menceritakan masalah antara Moyla dan orang tuanya hanya sekedarnya saja. Tak menjelaskan lebih detail apa yang terjadi, dan bahkan tak mengatakan jika Keano meninggal karena salah satu anggota keluarga dari Keano sendiri. Cokhi berpikir jika memang dia harus mengatakan semua hal yang perlu dia katakan kepada orang tuanya.

Namun lagi-lagi, dia harus meminta persetujuan kepada kekasihnya itu agar Moyla tak salah paham lagi. Tentu saja dia tak ingin kesalahpahaman yang pernah terjadi itu akan terulang lagi. Cukup waktu itu saja Moyla bertingkah menyebalkan dengan meninggalkan dirinya. Kalau sampai itu terjadi lagi, Cokhi tak tahu lagi apa yang harus dilakukannya.

Melihat jam dinding di kantornya, Cokhi bergegas untuk pergi dari kantornya. Dia akan menemui Moyla dan kalau perlu mengajak perempuan itu untuk pergi bersama ke rumah orang tuanya. Masuk ke dalam lift, Cokhi menghubungi Moyla tapi tak ada jawaban yang diberikan. Keningnya mengernyit ketika panggilan yang ketiga tak juga mendapatkan respon dari pemilik ponsel yang dihubunginya sekarang. Entah kemana perempuan itu.

Sedangkan Moyla yang sudah mengemudi untuk datang ke rumah Cokhi pun terlihat sangat tegang. Bukannya tak tahu ataupun tak mendengar panggilan masuk dari Cokhi. Tapi, Moyla mengabaikannya.

"Moyla!" kebetulan, ketika sampai di depan rumah Cokhi, ibu lelaki itu sedang menyibukkan dirinya dengan tanaman-tanaman hias yang tumbuh dengan cantik di halaman mereka rumah yang luas. Moyla tersenyum dan menjabat tangan perempuan paruh baya tersebut.

"Kok sendirian?" tanya beliau yang merasa sedikit heran dengan kedatangan Moyla yang tiba-tiba dan seorang diri.

"Ada sesuatu yang perlu saya bicarakan sama Tante." Katanya.

"Begitu ya? Ya sudah, mari masuk." Moyla digandenga oleh perempuan itu dan Moyla hanya menurut saja. Setelah penjelasan ini, entah beliau akan memperlakukan dirinya sama atau tidak, tapi memang inilah yang perlu dia katakana. Tak perlu menutupi apapun dan membuat semua menjadi kacau di kemudian hari.

Ponselnya terus saja bergetar, dan nama 'Bayi Cheetah' terlihat di sana. Jangan sampai itu terlihat oleh ibu Cokhi kalau tidak mau ibu cheetah itu murka nantinya. Sebenarnya itu sedikit menggelikan, nama kontak itu pasti akan membuat Cokhi ngambek kalau sampai lelaki itu melihatnya.

"Jadi, sesuatu apa yang akan Moyla katakan kepada Tante?" lamunan Moyla buyar ketika dia mendapati suara ibu Cokhi terdengar di telinganya. Ini adalah waktu yang tepat untuk mengatakan semuanya. Tapi tentu saja, ini akan membuka luka lama yang lagi-lagi belum benar-benar tertutup setelah dia membukanya ketika dia mengutarakan semuanya kepada Cokhi waktu itu. Moyla menarik napasnya panjang sebelum menceritakan semua kepada ibu Cokhi. Ini adalah sebuah pertaruhan antara hidup dan mati. Kalau setelah cerita ini ibu Cokhi pada akhirnya menarik diri dan mencabut restunya dari Moyla, maka dia akan dengan lapang dada menerima. Karena tentu saja tak semua orang akan bisa menerima masa lalu seseorang.

*.*

Yoelfu 14 Juli 2021.

Hai Ges......

Lama banget ya tak muncul. Ini cerita ternyata udah lama nggak kelar-kelar. Duh, jadi merasa bersalah sama Bang Cokhi. Tapi saya usahakan ini benar-benar segera tamat lah ya, biar ngga ngegantung. Bagaimana teman-teman, apakah sudah pada vaksin? Sinovac apa Astrazeneca? Reaksinya pada tubuh kalian gimana? Alah, kok saya jadi ngawur begini tanyanya.

Yoweslah, semoga update kali ini adalah awal dari saya melakukan update-update selanjutnya dan tidak menghilang kembali.

Happy reading........

Mr. SimpleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang