Part 61. Studio Keano

402 100 30
                                    

Cokhi mengabulkan permintaan Moyla apa pun yang diinginkan oleh gadis itu. Pada akhirnya mereka akan menikah dengan konsep outdoor dan mereka sudah mendapatkan tempatnya. Bahkan mereka harus merogoh kocek yang terlalu dalam hanya untuk tempat dan desainnya. Belum lagi gaun dan yang lainnya. Cokhi sama sekali tak menolak. Ketika Moyla berbicara tentang uang Cokhi yang akan habis, lelaki itu hanya bilang, "uangku tak akan habis. Lakukan apa pun yang kamu mau. Yang penting kita akan segera menikah."

Bahkan ibu Cokhi pun sama sekali tak keberatan ketika Moyla meminta ini dan itu. Kini Moyla merasa jika Tuhan memang sedang menyembuhkan luka yang pernah didapatkan di masa lalu. Dia diabaikan oleh keluarga, tapi dia diangkat oleh keluarga orang lain dan dijadikan sebagai putri mereka sendiri. Maka kebahagiaan mana lagi yang perlu dicarinya.

Moyla juga tidak mengatakan tentang pernikahan yang akan dilakukan kepada keluarganya. Bukankah mereka sudah mendorongnya untuk keluar? Maka untuk apa lagi dia berbaik hati kepada keluarga yang sudah mengabaikannya.

"Kenapa memanggilku?" Cokhi masuk ke dalam unit Moyla dan duduk di samping gadisnya itu. Mencuri ciuman dari Moyla dan seketika mendapatkan pelototan. "Ih, Ayang. Skincare nya ganti ya? Kok ini kayak bau racun?"

"Hei!" Moyla seketika tertawa karena mengingat dia baru saja melumuri wajahnya dengan masker. Dan masker itu benar-benar seperti jamu. "Namanya mau nikah, kan harus perawatan."

"Ya tapi baunya jangan kayak gini kek, Ci. Aku kayak cium buyut umur lima ratus tahun tahu nggak sih." Moyla hanya mengedikkan bahunya tak acuh mendengar complain dari kekasihnya. "Biasanya kalau di salon kan wangi."

"Halah. Complain saja kerjaannya."

"Aku juga mau lho beliin kamu. Kamunya aja yang sok-sokan nggak mau." Cibiran itu akan terus berlanjut kalau Moyla tak segera mengakhiri.

"Aku mau tunjukkan kamu sesuatu." Kini tiba-tiba mereka terlihat serius. Moyla menarik tangan Cokhi dan lelaki itu hanya mengikutinya. Dan pikiran Cokhi menjadi melayang ke mana-mana ketika Moyla membawanya masuk ke dalam kamarnya.

"Moy, kamu mau ngapain?" Cokhi merasakan jantungnya terinjak di bawah kakinya ketika tiba-tiba saja Moyla mengajaknya ke ruang pribadinya yang selama ini haram untuk dimasuki oleh lelaki mana pun. Sekarang, apa ini?

"Kita akan menikah. Tapi kita tetap nggak boleh nabung adek dulu." Langsung saja kaki Cokhi diinjak oleh Moyla sampai lelaki itu mengaduh kesakitan.

"Memang ya, otak kalau sukanya dimasuki paha dada yang begitu isinya." Moyla merasa geram sekali melihat tabiat si Cokhi ini. "Semoga saja anakku nanti nggak kaya bapaknya." Doanya keras sampai Cokhi merasa dirinya dilecehkan.

"Kamu ini, anakku yang mirip aku lah."

"Kalau tampang boleh lah, tapi kalau otak kotornya jangan. Bisa-bisa aku kurus ngurus genapnya dua biji aja anak-anak yang kayak kamu gini." Moyla berbalik dan melanjutkan apa yang akan ditunjukkan kepada Cokhi. Moyla membuka lemarinya dan sekilas biasa saja. Tapi ketika dia menyingkap baju-baju yang ada di sana, ada seperti ruangan lain yang terlihat di dalamnya. Cokhi tak tinggal diam. Lelak itu mendekat dan melihat dengan seksama.

"Ruang apa itu?" tanyanya dengan heran. Ada anak tangga yang terlihat dan rasa penasarannya semakin tinggi.

"Ayo!" Moyla masuk lebih dulu dan kemudian dia naik ke lantai atas untuk masuk ke dalam ruangan lain. Cokhi terkejut dengan apa yang dilihat. Ini adalah ruangan yang dikatakan oleh Moyla saat itu. Mereka sekarang ada di lantai atas unit yang ditempati. Moyla memutuskan untuk memberitahu kepada Cokhi ruang Keano.

Jantung Cokhi terasa ditendang dan keluar dari sarangnya. Semua ini mengingatkannya dengan sahabat yang paling disayanginya. Gitar yang dulu selalu digunakan oleh Keano 'mengamen' bersama dengannya masih terlihat terawat. Unit ini terlihat seperti studio tentang Keano dan hanya Keano. Cokhi tak bisa menahan air matanya untuk keluar. Dia terduduk di bawah foto besar Keano dengan pose membawa gitarnya. Senyumnya merekah dan seolah dia sedang hadir di samping Cokhi.

"Lo. Kenapa lo harus ninggalin gue disaat gue nggak ada di sini, No? Kenapa lo pergi gitu aja tanpa pamit sama gue? Apa salah gue sama lo?" Kini bukan hanya Cokhi yang mengeluarkan air matanya, Moyla juga membekap mulutnya sendiri agar tangisnya tak terdengar. Ini adalah kali pertama Cokhi terlihat lemah dan mengeluarkan air matanya.

Ruangan itu terasa sepi hanya sedu sedan yang terdengar. Cokhi menjambak rambutnya dengan air mata yang tak kunjung berhenti. Cokhi dan Moyla adalah orang-orang yang sama-sama kehilangan Keano. Menyesal karena sudah ditinggalkan oleh orang yang paling dicintainya. Cokhi menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan dia masih terus menangis. Hari-harinya saat bersama dengan Keano di masa lalu terasa berputar tiada henti dan mengingatkannya dengan sahabatnya itu.

Suara tangisnya bahkan semakin menyedihkan. Moyla tak tahan dengan semua ini dan dia segera mendekat pada Cokhi dan memeluk lelaki itu. Kini mereka saling memeluk di depan foto Keano yang sedang tersenyum tersebut seolah mengatakan kepada semesta jika dia bahagia dengan bersatunya adik dan sahabat yang disayanginya.

"Gue akan menikah dengan Moyla, No." Begitu katanya seolah Cokhi sedang memberikan berita bahagianya. "Kami akan menikah beberapa hari lagi. Apa sebenarnya lo yang mengirimkan Moyla buat gue, No?" air mata Cokhi kini kembali menetes. "Gue akan menjaga Moyla sepanjang umur gue sebelum gue menyusul lo pergi. Gue nggak akan mengecewakan Moyla. Lo tahu? Dia jahat sekali sama gue. Dibuatnya gue jatuh cinta kepadanya sampai gue memiliki keinginan untuk menikah. Padahal sebelumnya gue mau hidup bebas tanpa istri."

Di dalam pelukannya masih ada Moyla yang juga sedang menangis. Moyla seolah tidak ingin terlepas dari pelukan Cokhi. Malam ini benar-benar malam yang sangat menyedihkan. Tapi entah kenapa Cokhi merasa hatinya seolah lega luar biasa setelah melihat bagaimana Moyla memerhatikan segala hal yang dimiliki oleh kakaknya.

"Kamu juga selalu berada di sini?" kini mereka tetap duduk di lantai sambil mengobrol. Cokhi sedang memainkan jari-jari tangan Moyla yang panjang.

"Iya. Aku tidur di kamar."

"Siapa yang memberimu ide untuk membuat ini semua?"

"Aku sendiri." Moyla kini menatap ke arah foto Keano. "Aku bekerja keras dan berusaha sebaik mungkin untuk bisa memiliki semua ini. Aku tak peduli kalau badanku remuk untuk bisa mewujudkannya. Awalnya aku hanya punya unit yang aku tinggali. Di unit ini juga milik orang. Lalu secara kebetulan dijual karena pemiliknya sudah punya rumah, jadi aku segera membelinya. Butuh perjuangan keras. Tapi ketika aku bisa melakukannya, aku merasa Abang selalu ada di sekitarku."

Ada banyak hal buruk yang pernah dialami oleh Moyla sampai dia bisa dititik ini. Jatuh bangun dilakoninya tanpa ada orang yang tahu betapa sebenarnya dia juga sedang kesakitan. Ketahanan hatinya benar-benar luar biasa dan kini semuanya terbayar lunas dengan keberadaan Cokhi dan keluarga lelaki itu di dalam hidupnya.

***

Yoelfu 22 Juli 2022

Udah dua bulan sejak update terakhir kali. Lama banget ya....

Ges! How are you? 

Mr. SimpleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang