Moyla menatap Delima dengan ekspresi kaget. Dia jelas tak paham apa yang sedang dilakukan oleh gadis itu di sana. Maka dia hanya memilih bungkam.
Langkah kaki Delima yang mendekat ke arah dua orang itu tentu saja menjadi pusat perhatian dari Cokhi dan Moyla. Entah kenapa terasa ada salur-salur hitam yang sedang mengkuti Delima. Jelas ini bukan cerita horror. Tapi, apa karena memang Delima itulah yang membawa kehororan tersebut?
"Pak!" sapanya kepada Cokhi. Mereka ada di bawah lampu jalan, karenanya ekspresi mereka jelas terlihat. Dan Delima benar-benar menatap Cokhi dengan fokus.
"Delima?" Cokhi balas menatap gadis tersebut. Lelaki itu sedikit heran dengan apa yang dilakukan oleh Delima. Ini sudah larut malam, dan gadis itu masih berkeliaran di pinggir jalan. Tapi toh itu bukan urusannya. Yang terpenting gadis itu bekerja dengan baik, urusan selesai.
"Kebetulan saya melihat Bapak. Jadi saya menyapa." Katanya. Entah sebuah kebenaran atau tidak.
"Ya." Sambung Cokhi. "Kalau begitu, kamu pulang lah. Ini sudah larut malam untuk seorang wanita berkeliaran di jalanan." Lelaki itu tentu tak perlu merasa menggunakan kalimat yang lebih baik sedikit untuk menghargai lawan bicaranya. Karena memang itulah tabiatnya.
"Ya, saya memang mau pulang. Saya sedang menunggu taxi." Tidak ada Delima melirik apalagi menatap Moyla yang ada di depannya. Dia fokuskan matanya melihat bosnya.
"Kenapa nggak pesan taxi online? Bukannya itu akan lebih mudah?" Obsi itu diberikan oleh Cokhi karena di jaman sekarang, semua dimudahkan oleh aplikasi.
"Kebetulan ponsel saya sedang kosong sama sekali. Data saya habis. Pulsa saya pun tidak ada." Jika jawabannya sudah seperti itu, maka tidak ada yang bisa dilakukan oleh Cokhi.
"Kamu bisa ke minimarket untuk membelinya." Lanjut Cokhi lagi.
"Di dompet saya hanya tersisa sepuluh ribu. Dan ATM ada di seberang sana." Moyla bahkan harus menghela nafas karena mendengar segudang alasan yang diberikan oleh gadis di depannya.
"Biar saya yang panggilkan taxi buat kamu." Cokhi bukan lelaki yang tak memiliki perasaan dengan meninggalkan seorang perempuan yang dikenalnya di tengah malam seperti ini, apalagi dia adalah karyawannya.
"Dan kamu," wajahnya menoleh ke arah Moyla. "Tahan dulu kalau ngantuk. Setelah urusanku selesai, aku antar pulang." Moyla tak menjawab dan hanya memutar bola matanya lelah. Kebiasaan apa itu? seperti itulah kira-kira pikiran Moyla.
Sedangkan Delima yang melihat itu otomatis menatap Moyla dengan bibir terkunci rapat. "Aku bahkan bisa pulang sendiri." Gumamnya setelah itu.
"Nggak usah ngedumel. Mentang-mentang kenyang." Cokhi ini entah manusia seperti apa. Tanggapannya selalu out of the book.
Tapi bukan Moyla kalau langsung menurut pada apa yang dikatakan oleh Cokhi. Karena dalam diam, dia mundur pelan-pelan untuk pergi dari sana. Ketika Cokhi sedang sibuk dengan ponselnya untuk memesan taxi untuk Delima.
Seringaian Moyla terlihat ketika dia sudah berada di belakang Cokhi dan siap untuk berlari. Sayangnya, Cokhi adalah jenis manusia setengah siluman. Karena itu, dia mampu menarik kerah baju Moyla dari belakang dan menjinjingnya.
"Kamu mau kemana?" tanyanya dengan gigi bergemelatuk. Karena tak ingin Moyla mengulanginya lagi, maka ditariknya tangan gadis itu dan menggenggamnya.
"Lima menit lagi mobil akan sampai. Kamu tahan dulu kantuknya." Katanya dengan santai menahan Moyla agar tidak kemana-mana. Semua itu tak luput dari tatapan Delima. Gadis itu hanya berusaha biasa saja ketika melihatnya. Namun tak tahu apa yang terjadi dengan hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Simple
RomanceDia bukan lelaki yang suka berbasa-basi. Apa yang ada di kepala selalu diungkapkan dengan kata. Karena memendam hasil pemikirannya di dalam kepala, tak selamanya baik menurutnya. Dan kisahnya akan di mulai. Seri ke lima dari Kimchi. Dimulai tanggal...