Sepanjang hari ini, Moyla merasa kalau suami tampannya ini benar-benar menyebalkan. Cokhi terus mengikuti Moyla ke mana pun dia pergi. Tadi pagi saat Moyla membuat sarapan untuk mereka, Cokhi tiba-tiba saja berteriak dari kamarnya sebelum muncul dari balik pintu dengan rambut acak-acakan. Dia bilang, "Yang, kenapa sih ninggalin aku? Udah nggak cinta lagi?"
Itu adalah kata-kata paling absurd yang didengar sepagi itu hanya karena Cokhi bangun tidur dan tidak ada Moyla di sampingnya. Moyla tak menanggapi dan hanya menggelengkan kepala. Lalu memanggil suaminya itu agar segera ke dapur dan menyantap makanannya.
Sebenarnya, sebelum itu Cokhi sudah bangun. Sekitar pukul setengah enam. Saking gugupnya belum sholat subuh, dia segera berlari ke kamar mandi, mengambil air wudhu, mengenakan atribut sholat, dan berdiri di atas sajadah untuk melaksanakan ibadah. Dia lupa kalau seharusnya harus mandi besar dulu.
Moyla merasa geram melihat kebodohan sang suami dan menggagalkan ibadah lelaki itu. Itulah kenapa kalau dibangunkan harus segera bangun. Biar tidak linglung dan melupakan semuanya. Setelah sholat subuh, Cokhi kembali naik ke atas kasur untuk tidur. Sebelum itu dia bilang, "Yang, hari ini kamu masak apa aja aku nggak akan protes. Karena kamu masaknya dengan penuh cinta."
Dan sekarang pun masih sama, duduk di depan televisi dengan memeluk erat Moyla seolah takut kalau-kalau istrinya itu akan pergi jauh meninggalkannya. Moyla sampai pusing dibuatnya. Untung saja tingkahnya ini tidak ditunjukkan di depan orang tua Cokhi, karena memang mereka masih memilih tinggal di apartemen sebelum pindah.
Orang tua Cokhi kukuh tidak mengizinkan Cokhi membeli rumah sendiri dan meminta mereka tinggal bersama. Ibu Cokhi bilang, kalau dia ingin tinggal bersama dengan menantunya.
"Mas!" Moyla menggoyang-goyangkan tangannya yang tengah dipeluk oleh Cokhi. "Seharian ini kenapa sih? Alay banget. Ngintilin orang ke mana-mana."
"Aku tadi habis mimpi buruk, Yang. Terlalu buruk sampai-sampai aku nggak mau mimpi lagi untuk kedua kalinya."
"Mimpi apa memangnya?" tanya Moyla setelahnya.
Kini Cokhi melonggarkan pelukannya. Menaikkan kedua kakinya ke atas sofa, lalu tatapannya menatap lurus pada wajah Moyla. Tidak segera bercerita, dia justru memuji sang istri terlebih dulu.
"Kamu cantik banget sih, Ci?" katanya. Moyla hampir melupakan panggilan itu karena Cokhi seringnya sekarang memanggilnya 'yang' kepadanya.
Moyla memanglah cantik meskipun tidak menggunakan make up. Dia bahkan sering malas mengaplikasikan make up meskipun keluar rumah sekalipun. Sekarang pun, dia hanya mengenakan daster kekinian yang dibeli dari toko online. Namun mampu membuat Cokhi ter-Moyla-Moyla.
"Lanjutin." Moyla memberikan perintah.
"Apanya?"
"Ceritanya lah."
"Oh, kirain gombalannya. Lalu nanti kamu ter-Cokhi-Cokhi, dan endingnya kita nyam-nyam." Moyla memutar bola matanya bosan mendengar ucapan Cokhi yang tidak berfaedah sama sekali.
"Lanjutin ceritanya atau aku tinggal tidur!" acam Moyla kesal.
"Iya-iya." Cokhi mengalah. "Jadi, di dalam mimpiku itu, aku sama kamu pacaran. Kita kencan gitu lho, Ci. Aku suapin kamu es cincau, terus beli batagor, lanjut beli seblak."
"Nggak mutu banget sih, Mas mimpi kamu."
"Eh, dengerin dulu. Ini belum ke puncak konfliknya."
"Ya sudah, langsung aja. Narasinya kelamaan."
"Ya kita harus pakai pembukaan dulu dong, Yang." Cokhi tampak jengah dengan sang istri. "Nulis cerita aja kita harus siapkan nama tokoh, premis, karakter, blurb ...."
![](https://img.wattpad.com/cover/195622311-288-k373669.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Simple
RomanceDia bukan lelaki yang suka berbasa-basi. Apa yang ada di kepala selalu diungkapkan dengan kata. Karena memendam hasil pemikirannya di dalam kepala, tak selamanya baik menurutnya. Dan kisahnya akan di mulai. Seri ke lima dari Kimchi. Dimulai tanggal...