Part 43. Cerita Usang

923 208 50
                                    

"Malam itu, malam yang paling menyakitkan bagiku." Setelah keduanya tenang, kini giliran Moyla yang berbicara. Dia benar-benar akan menuntaskan semua kesalah pahaman yang mungkin sekarang ini sedang terjadi.

"Awalnya, Delima akan keluar bersama dengan kekasihnya. Dia bilang ingin pergi berkencan dan Papa mengijinkan. Dia pergi dengan kebahagiaan yang sepertinya tak akan pernah pudar sama sekali. Wajahnya berbinar dengan cerah. Aku yang waktu itu sedang tidak baik-baik saja dengannya karena masalah Rama, aku benar-benar mengabaikan saja dirinya.

"Abang yang tahu tentang masalahku dengan Delima berusaha untuk menengahi. Abang menyalahkan Delima karena seharusnya dia tak melakukan itu. Dia tak perlu menjerat Rama toh dia sudah punya pacar. Saat dia mau berangkat, kami berbicara berempat. Aku, Abang, Delima, dan Rama. Di halaman rumah kami."

Cokhi menatap Moyla dengan seksama dan tak mengatakan apapun. Dia tak akan melakukan kesalahan untuk kedua kalinya dengan berceletuk dan membuat semuanya kembali berantakan.

"Abang nggak suka kamu serakah seperti itu, Del. Itu yang Abang bilang waktu itu. Kalau kamu sekarang udah punya pacar kamu nggak perlu ganggu pacar kakakmu." Moyla menirukan apa yang dikataka oleh Keano beberapa tahun yang lalu yang masih diingatnya sampai sekarang.

"Tapi Rama justru menyodorkan dirinya untuk menjadi tameng Delima. Dia bilang kalau dia akan menunggu Delima putus dengan pacarnya." Moyla menarik napas panjang berusaha untuk membuka kembali cerita usang yang dia simpan rapat-rapat dalam benaknya.

"Ketika Rama mengatakan itu, hatiku sudah tidak berbentuk. Abang memelukku dan berusaha untuk menguatkan aku. Abang bertanya pada Rama, kenapa dia sanggup melakukan itu kepadaku,tapi Delima menjawab karena dia yang lebih pantas untuk dicintai daripada aku." Suasana di dalam mobil itu benar-benar hening. Mereka masih berada di depan makam dan belum bergeser sedikitpun mobil tersebut dari tempatnya.

"Waktu itu hanya diam saja. Aku sudah merasa kalah karena Rama sendiri lah yang mengatakan itu secara gamblang. Aku merasa aku dibuang bahkan sebelum aku diterima. Sakit itu benar-benar menusukku sampai ke tulang." Cokhi menggenggam tangan Moyla berusaha untuk menguatkan gadis itu.

"Aku minta maaf kalau Rama milih aku dibandingkan dengan Kakak. Tapi aku memang nggak mau kalau Rama ninggalin aku. Aku memang sudah punya pacar, tapi hubungan kami sedang bermasalah, dan aku ingin Rama selalu nemani aku. Itu adalah kata-kata Delima yang lagi-lagi menamparku. Jangankan menangis, untuk bernafas saja rasanya sulit sekali.

"Dan setelah itu, dia pergi meninggalkan kami bertiga. Aku yang masih di dalam pelukan Abang merasa kuat karena setidaknya masih ada Abang di sampingku. Abang memarahi Rama dan meminta lelaki itu untuk tidak lagi berteman denganku. Kalau suatu saat dia menyesal dengan pilihannya, jangan lagi mencari aku. Sedangkan Rama diam saja. Dia justru mengatakan jika hatinya sudah memilih Delima, seharusnya sebagai kakak aku bisa memahami itu. Abang hampir memukul Rama kalau tidak aku cegah.

"Rama pulang setelah merasa urusannya denganku selesai. Abang memintaku untuk tidak lagi memikirkan masalah itu. Sedangkan orang tua kami menganggap jika masalah itu hanyalah masalah cinta monyet yang lambat laun akan berakhir dengan sendirinya.

"Abang yang selalu ada di sisiku. Tapi...." Moyla mengambil jeda karena tenggorokannya terasa buntu. Berusaha berdehem berkali-kali agar bisa melanjutkan ceritanya.

Cokhi menyodorkan minuman, "Minum ini." katanya yang diterima oleh Moyla. Meneguknya sampai tandas dan dia kembali mempersiapkan dirinya untuk bisa melanjutkan ceritanya.

"Sekitar pukul setengah sebelas, Rama menghubungi aku dan meminta untuk kembali berbicara. Dia menungguku di depan rumah dan aku menuruti saja. Kalau saja aku tidak melakukan itu, mungkin semuanya akan baik-baik saja. Aku nggak tahu kenapa dulu aku sebodoh itu." Menceritakan hal menyedihkan seperti ini memang bukan hal yang mudah. Tapi Moyla memang harus mengatakannya.

Mr. SimpleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang