Cokhi berdiri di tengah ruangan dan menatap sekitarnya. Mengamati isi apartemen Moyla tanpa kata yang keluar dari bibirnya. Moyla yang selesai menutup pintu unitnya, mengabaikan apa yang dilakukan oleh Cokhi dan memilih ke dapur dan membuatkan minuman untuk tamu yang tak diundangnya.
Bahkan ketika dia selesai dengan minumannya, Cokhi masih setia berdiri.
"Duduklah," begitu kata Moyla berusaha menekan kesabarannya sampai titik terendah.
Cokhi menatap gadis itu tanpa reaksi apapun, dan setelahnya mengangsurkan tangan kanannya di depan Moyla dan membuat gadis itu kebingungan.
"Perkenalkan, aku Cokhi. Umurku tiga puluh tiga tahun." Katanya berlagak memperkenalkan diri. Moyla jelas tak langsung menerima uluran tangan lelaki itu mungkin merasa takut jika lelaki itu hanya mempermainkannya.
"Apa maksudnya ini?" Moyla membuka suara dan membutuhkan jawaban dari Cokhi.
"Kita akhiri saja perang dingin ini." Lelaki yang masih belum memotong rambutnya itu menatap Moyla dengan sungguh-sungguh tanpa ada tanda candaan sedikitpun.
"Aku tahu, di awal kita berinteraksi, aku selalu membuat kamu marah dan sebal. Tapi kita tentu tak bisa seperti itu terus menerus bukan? Kita sudah sama-sama tua, dan tidak pantas lagi berlagak seperti anak SMA." Moyla mendengar itu dengan seksama dan terpaku.
Sepertinya kebingungannya terjawab sudah. "Lagipula, kamu pasti capek kalau harus merasa jengkel ketika kita bertemu. Dan hubungan yang ingin aku bangun sama kamu tidak akan berhasil." Tangan Cokhi yang tadinya dimasukkan kembali di saku celananya, kini kembali terulur namun dengan cara menarik tangan Moyla secara langsung.
Moyla yang akan menarik tangannya, tak diijinkan oleh Cokhi dan digenggamnya erat.
"Ini sungguh tidak masuk akal." Moyla bersuara, "Kenapa tiba-tiba kamu ingin dekat dengan aku?"
"Karena yang pernah aku bilang, kamu adalah perempuan yang sama sekali tak tertarik denganku sejak awal kita bertemu, dan sampai sekarang."
"Kenapa kamu tidak meminta seorang gadis yang tertarik kepadamu untuk kamu ajak bermain seperti ini?"
"Karena itu akan membosankan." Cokhi menghela napas, setelahnya melanjutkan kembali, "Tujuanku baik. Aku tidak memiliki tujuan yang jelek kepadamu. Aku hanya ingin memperistri dirimu. Itu saja. Dan mengawali niatku dengan kebaikan juga." Moyla duduk di sofa dengan nafas yang sengaja di keluarkan dengan keras agar Cokhi bisa mendengarkan. Tangannya masih digenggam oleh lelaki itu karena Cokhi sepertinya memang sengaja tak melepaskannya.
Jangan menganggap jika lelaki itu sedang modus, karena memang dia membutuhkan jawaban.
"Kalau kamu tahu, aku malas sekali dengan masalah percintaan-percintaan seperti ini. Aku sedang menikmati hidupku, dan kamu masuk untuk mengganggunya." Moyla masih jutek saja.
Tak menyerah, Cokhi melakukan hal yang menyebalkan. Mungkin jika orang melihat, aksi lelaki itu adalah hal romantic, tapi tidak bagi Moyla. Cokhi yang tak menyerah, duduk di bawah Moyla dengan kaki ditekuk seperti sedang mempersembahkan sesuatu untuk pujaan hatinya. Dan itu membuat Moyla melotot.
"Apa ini?" katanya sambil menjauh dari Cokhi. "Kamu ini ngajak orang nikah kok maksa banget sih?" bukannya tersinggung, Cokhi justru cengengesan.
"Aku benci banget ditolak. Kalau kamu nggak bilang iya, aku akan tetap berjongkok di sini dan menggenggam tangan kamu sampai nanti-nanti." Moyla menganga mendengar itu. Melihat wajah Cokhi yang seperti sekarang ini, membuat gadis itu tiba-tiba merasa geli. Dia memalingkan wajahnya ke samping kiri, dan menahan senyumnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/195622311-288-k373669.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Simple
RomanceDia bukan lelaki yang suka berbasa-basi. Apa yang ada di kepala selalu diungkapkan dengan kata. Karena memendam hasil pemikirannya di dalam kepala, tak selamanya baik menurutnya. Dan kisahnya akan di mulai. Seri ke lima dari Kimchi. Dimulai tanggal...