Part 7. Bukan Apa-apa

1K 132 7
                                    

"Bapak tinggal dimana?" Cokhi dan Delima sudah berada di dalam mobil dengan gadis tersebut mengantarkan Cokhi untuk pulang ke rumah. Mobil Cokhi sudah akan di urus oleh seorang suruhannya dan dia bisa tenang pulang ke rumah.

"Perumahan Golden House." Jawaban singkat itu membuat Delima menganggguk paham. Orang-orang seperti Cokhi ini pasti akan memilih tempat tinggal yang elit seperti itu. Golden House memang salah satu perumahan orang-orang berkantong tebal dengan segala fasilitas dan keamanan yang luar biasa.

Kembali hening karena mereka sama-sama tak memiliki bahan percakapan yang menarik untuk dibahas. Delima sibuk menyetir sedangkan Cokhi sibuk berpikir, entah apa yang sedang dipikirkan. Mata lelaki itu terus mengarah ke jalanan untuk menikmati apapun yang ada di luar sana.

"Berhenti di depan sana!" Perintah Cokhi membuat Delima mengernyit, pasalnya perumahan yang disebutkan oleh bosnya itu tadi masih lumayan jauh. Tapi tak urung Delima menghentikan mobilnya.

"Di sini, Pak?"

"Turun lah." Bukannya menjawab pertanyaan Delima, Cokhi justru meminta gadis itu mengikutinya.

Cokhi berjalan dengan santai kemudian masuk ke dalam sebuah rumah makan yang di tujunya. Di belakang ada Delima yang dengan langkah panjang mengikuti dirinya.

"Mau makan apa?" Kedua orang tersebut sudah duduk dengan tenang dan membuka buku menu untuk segera memesan. "Saya, jamur pedas, ayam campur, nasi satu porsi, sama minumnya jus jeruk." Dia mengatakan dengan santai kepada pramusaji kemudian menutup buku menu.

"Kamu pesan lah mau makan apa." Cokhi memberi kode agar gadis di depannya itu tak hanya membolak-balikkan buku menu tanpa memesan.

"Disamain aja, Mbak." Begitu kata Delima merujuk kepada pramusaji yang menunggunya. Sebuah anggukan diberikan kemudian mengulangi apa saja yang mereka pesan untuk memastikan jika catatan yang di tulisnya itu tak salah.

"Baik, tunggu sebentar ya, Pak, Bu." kemudian pergi meninggalkan kedua orang tersebut untuk mengambilkan pesanan mereka.

Delima tak tahu apa yang terjadi sekarang dengan keadaan ini. Apakah ini sebuah pertanda atau apa, kenapa tiba-tiba dia memiliki 'urusan' dengan bosnya. Gadis itu bahkan terlihat sekali jika kecanggungan itu menguasainya.

"Sebelum bekerja di perusahaan saya, kamu bekerja dimana?" Cokhi yang mengawali percakapan, karena kalau tidak, mereka akan benar-benar tak saling berbicara.

"Saya bekerja di JK Group, Pak."

"Kenapa keluar?" Cokhi seperti orang yang sedang mengintograsi calon karyawan baru.

"Saya ingin mengembangkan kemampuan saya di tempat yang baru dan keluar dari zona nyaman saya, Pak." Matanya menatap Cokhi dengan sungguh-sungguh tanpa ada keraguan sedikitpun.

Cokhi mengangguk-anggukan kepalanya merasa sangat mengerti apa yang dikatakan oleh Delima. "Saya suka dengan orang-orang yang cerdas seperti kamu ini." Lagi-lagi wajah Delima muncul rona merah karena pujian yang dilayangkan oleh Cokhi.

"Silahkan, Pak, Bu." Makanan mereka datang dan Delima menelan kembali semua kata yang akan dikeluarkan.

Dan kini binar di wajah Cokhi terlihat. Lelaki itu sepertinya senang karena waktu menunggunya berakhir dan dia bisa menyantap makanannya. "Makan, Del. Ini enak sekali." Begitu katanya mempersilahkan kepada gadis itu untuk segera menyantap makanan yang sudah dihidangkan.

"Iya, Pak. Terima kasih." Cokhi sudah tak menganggapi ucapan terima kasih yang diberikan oleh Delima karena dia sudah mengunyah makanannya. Menikmati kelezatan yang dicap oleh lidahnya.

Mr. SimpleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang