Part 3. Sebatas Tangis Untuk Bangkit

1K 168 5
                                    

Menahan untuk tak mengangis pun percuma. Karena faktanya, Moyla benar-benar merasa kesakitan dengan apa yang dikatakan oleh sang ayah. Dulunya yang adalah kesalah pahaman sudah terungkap bagaimana sebenarnya fakta yang terjadi. Tapi semua itu percuma, dia masih menjadi orang yang salah di mata ayahnya.

Bahkan ibunya pun sama sekali tak membuat keadaan menjadi lebih baik dan seolah tak ingin tahu apa yang terjadi. Selalu saja Delima yang menjadi prioritas mereka.

Memacu mobilnya kencang, hanya satu keinginannya, yaitu segera sampai di apartemennya. Dia ingin tidur dan melupakan semua hal yang baru saja terjadi. Perasaannya kacau balau sekarang ini.

Membelokkan mobilnya ke sebuah restoran cepat saji, dia memesan banyak makanan pedas dengan minuman cola sebagai pelengkap. Dia akan menikmati itu sebelum tidur nanti dan melupakan masalahnya segera mungkin. Besok pagi ketika dia sudah bekerja, dia hanya boleh fokus pada pekerjaannya.

Sampai di rumah, dia merealisasikan semuanya. Menyalakan televisi, membuka saluran di mana artisnya sedang memiliki acara di sana, dan sambil melahap daging ayam pedas yang tadi di belinya.

'Kak, baju gue harus diambil di butik Kyra.' Galaksi mengirimkan sebuah chat kepadanya yang mendapatkan sumpah serapah dari gadis itu. Apa gunanya Lily sebagai makeup artis sekaligus 'tukang ambil baju' Galaksi dibayar kalau seperti ini saja dia juga yang harus mengerjakan.

Hal itu mengingatkan kejadian di mana dia bertemu Cokhi waktu itu yang diminta untuk mengantarkannya ke butik Kyra malah di bawa ke rumah lelaki itu. Rasa jengkel hatinya yang belum sembuh semakin sebal ketika mengingat itu.

'Gue ambil nanti malam, gue istirahat dulu dan jangan ganggu gue lagi kalau hidup lo mau selamat.' Balasnya dengan tambahan emoticon pisau. Galaksi hanya membalas cengiran saja dan tak lagi dibalas oleh Moyla.

Karena dia kali ini langsung berbaring di sofa di depan televisi dan memejamkan matanya untuk masuk ke dalam alam mimpi.

Moyla memang selalu menggunakan 'tidur' sebagai alat untuk menghilangkan stresnya. Dia bisa tidur seharian jika beban berat itu menggelayut di hatinya.

Malam harinya setelah membersihkan tubuhnya, dia pergi ke butik Kyra untuk mengambil pakaian Galaksi. Tapi siapa sangka jika Cokhi juga berada di sana dengan menenteng paper bag di tangannya. Berpura-pura tak melihat adalah yang dilakukan oleh Moy.

"Kyra ada nggak?" begitu tanyanya kepada pegawai di sana.

"Ibu sedang nggak ada di sini, Mbak." Katanya. "Mbak ambil semuanya aja?" yang dimaksud adalah pakaian show dari Galaksi.

"Iya semua aja deh, biar nggak bolak-balik." Jawabnya. Dia tahu jika sesekali Cokhi meliriknya, tapi dia tak peduili. Dia tak mau lagi berhubungan dengan lelaki abstrak itu. Sudah cukup sekali itu saja.

Setelah menyelesaikan pembayarannya, Moy langsung keluar dari butik Kyra. Suasana hatinya masih tidak baik, dan sebisa mungkin dia harus menghidari hal-hal yang akan membuatnya kembali sensitif.

Cokhi berada di belakangnya karena memang lelaki itu sudah menyelesaikan urusannya di butik Kyra. Matanya sedikit melirik ke arah mobil Moyla ketika dia akan masuk ke dalam mobil miliknya. Bahkan dia bisa melihat dengan jelas bagaimana gadis itu menyetir mobil, seperti tengah meluapkan emosi.

Tapi lelaki itu hanya mengedikkan bahunya tak acuh. Tak peduli sama sekali dengan apa yang dilakukan oleh Moyla, toh bukan urusannya. Begitu lah kira-kira pikirannya.

Berbeda dengan Cokhi yang biasa saja, Moyla justru mengomel seorang diri di dalam mobil. Mengatai lelaki itu dengan nama-nama aneh masa kini dan benar-benar kekanakan. Meskipun dia menyadari jika dirinya terlalu tolol dengan bertindak seperti itu, dia tak peduli. Toh tak akan ada orang tahu, begitu pikirnya.

Mr. SimpleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang