Part 10. Terjebak

820 128 24
                                    

Tatapan Cokhi terlalu serius untuk Moyla menduga jika apa yang dikatakan oleh lelaki itu hanyalah guyonan semata. Tanpa kata, Moyla mencoba membuka pintu mobil untuk segera meninggalkan tempat itu dan meninggalkan lelaki gila tersebut. Sayangnya, Moyla tak bisa melakukannya dengan mudah.

"Buka pintunya!" kata Moyla tanpa memandang lelaki itu.

"Kamu nggak akan keluar tanpa masuk terlebih dahulu ke rumah dan bertemu dengan Mama."

"Aku nggak mau." Tolak Moyla mentah-mentah.

"Kalau begitu kita akan tetap di sini." Cokhi menyenderkan punggungnya dengan santai tanpa peduli jika gadis di sampingnya itu sedang marah besar.

"Kalau mau gila, gila lah sediri." Moyla membalikkan badannya dan menatap Cokhi dengan tajam. Bukan, sangat tajam.

Cokhi ikut menatap Moyla lurus. Memindai wajah gadis itu dengan sungguh-sungguh tanpa beralih sedikitpun.

Moyla sama sekali tak gentar dan tetap tak melepaskan pandangannya kepada Cokhi. Entah apa yang dipikirkan oleh Cokhi sekarang, tak ada yag tahu. Pemikiran lelaki itu memang ajaib. Otaknya terlalu simple bahkan tak ada rumus untuk menjabarkan.

"Biarkan saya pergi." Moyla mencoba lagi. Namun Cokhi mengeeleng dengan cepat.

"Kamu nggak mau sekarang, maka aku akan memburu kamu sampai kamu mau." Begitu kata Cokhi dengan gamblang seolah tanpa berfikir. "Jadi, selesaikan sekarang, atau hidup kamu nggak akan tenang." Itu benar-benar dikatakan oleh Cokhi. Dan Cokhi, tentu tak akan pernah mengatakan omong kosong. Apa yang dia katakan, itulah yang akan dia lakukan.

"Kamu ancam aku? Kamu fikir itu mempan?" Moyla mendengus tanpa merasa takut. "Itu nggak akan mempan, Tuan." Katanya mengabaikan.

"Kalau begitu kamu bisa mengabaikannya." Cokhi beralih menatap tajam Moyla. Dan itu membuat Moyla sedikit gentar.

"Rencana kamu itu sungguh gila. Kamu tahu itu?" sinis Moyla.

"Aku tahu. Tapi nggak semua hal gila nggak bisa berjalan dengan baik."

"Aku menolak."

"Kamu fikir aku peduli dengan penolakan kamu?" tantang Cokhi tak tahu malu, "Lupakan penolakan itu, karena itu tak akan mempan." Semakin Moyla menentang semakin kukuh Cokhi memaksa.

"Udahlah. Aku nggak suka bertele-tele. Kita keluar. Kita ketemu sama Mama dan masalah selesai." Begitu katanya dengan wajah menyebalkannya.

"Lalu setelah itu apa?" Moyla mencoba menyadarkan Cokhi dengan semua hal gila ini, "Aku ketemu sama Mama kamu, kemudian berpura-pura menjadi calon istri kamu. Dan__"

"Ini bukan pura-pura, Nona." Tegas Cokhi, "Aku melakukan ini dengan sungguh-sungguh."

Moyla menelungkupkan kepala di dashboard mobil. Gadis itu terlalu lelah untuk meladeni omongan Cokhi. Dan tak terasa, Moyla justru mengeluarkan air matanya. Menangis karena tidak tahu perasaan seperti apa yang dia rasakan sekarang.

Cokhi menghela napas panjang ketika melihat gadis di sampingnya itu sesenggukan karena ulahnya. Tapi dia tak akan mundur.

Mengelus punggung Moyla dengan lembut tanpa mengatakan apapun. Tak ada kalimat penghiburan ataupun sejenisnya. Dia menunggu keputusan akhir, setelah Moyla menangis.

"Masuk?" katanya sangat-sangat tak pengertian sama sekali. Entah kemana hati nurani Cokhi sekarang ini perginya.

"Apa alasan kamu ngaco seperti sekarang ini?" tanya Moyla, "Aku mencoba paham, tapi sama sekali nggak bisa paham." Katanya dengan suara lemah, "Kalau aku bertanya kamu cinta aku, itu sangat mustahil. Bahkan kita hanya bertemu beberapa kali dan itu juga tak mengenakkan."

Mr. SimpleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang