Part 33. Sungguh Sangat Menyebalkan

852 174 21
                                        

"Kenapa?" Cokhi menahan untuk tidak bertanya kepada Moyla ketika gadis itu menatapnya sinis sejak tadi. Dan setelah mereka sampai di apartemen, barulah Cokhi bertanya.

"Kenapa baru jemput aku?" tanya Moyla dengan jutek. Mereka sudah ada di dalam rumah, dan bisa dipastikan pertengkaran mereka tak akan ada yang mendengarnya.

"Karena aku nggak tahu alamat rumah kamu."

"Kamu bisa mengetahui nomor password apartemenku hanya dalam waktu satu hari, tapi kamu membutuhkan waktu seminggu untuk mendapatkan alamat rumah Papa." Moyla berkacak pinggang seolah sedang memarahi suaminya yang lupa akan hari ulang tahun pernikahan mereka.

Cokhi mendekat, "Aku memang salah," jawabnya. Menarik tangan Moyla dan mengelusnya. "Maafkan aku." Moyla menarik tangannya dari Cokhi dan menghindari lelaki itu. Matanya masih begitu tak bersahabat ketika menatap Cokhi.

"Aku hanya nggak mau terlalu menyelidiki kamu. Aku ingin kamu menceritakan semua masalah ini sekarang." Cokhi mendesak.

"Aku nggak mau." Kata Moyla, "Nanti, kalau aku nggak malas." Moyla sepertinya memang masih ingin menyimpan masalahnya sendiri dan belum ingin berbagi kepada Cokhi padahal ada dari beberapa hal yang sudah lelaki itu ketahui.

Moyla duduk di sofa dan menyenderkan tubuhnya. Tak lama diikuti oleh Cokhi. Lelaki itu juga tak mau mendesak lebih lagi kepada Moyla. Dia menyadari jika gadis itu pastilah sedang ingin menutupi apa yang terjadi sebenarnya.

"Lalu panggilan itu apa? Ko? Aku bukan keturunan Cina yang dipanggil Koko." Cokhi masih penasaran dengan panggilan Moyla kepadanya. Gadis itu bisa mengelak tentang apa masalahnya, tapi tidak dengan panggilan tersebut.

"Cokodok." Katanya Moyla tanpa sibuk menutupi. "Aku geram karena kamu nggak kunjung datang menjemputku dan harus membuatku terkurung di sana." Santainya ucapan yang dilepaskan dari bibir Moyla berbanding terbalik dengan ekspresi wajah gadis itu.

Cokhi tak memperpanjang masalah panggilan itu dan membiarkan saja Moyla memanggilnya apa. Karena dia memilih untuk menarik Moyla ke dalam pelukannya. "Maaf." Sekali lagi dia meminta maaf. Dan Moyla akhirnya bisa menangis di dalam pelukan Cokhi.

Biarlah lelaki itu melihatnya lemah. Berusaha tegar pun akan sia-sia. Cokhi juga tetap sudah melihat bagaimana hubungan buruknya kepada keluarganya. Dan malam ini, Moyla tidur di dalam pelukan Cokhi di atas sofa. Keduanya tidur dengan cara duduk, tanpa berpikir akan pindah ke tempat yang lebih layak.

Ketika pagi sudah kembali datang, Moyla sudah menyiapkan makanan untuk sarapan pagi. Pukul lima pagi, Moyla bangun dan menyuruh Cokhi agar kembali ke apartemennya sendiri, dan pukul enam, Cokhi sudah kembali ke apartemen Moyla untuk sarapan.

Sebelum kejadian itu terjadi, Moyla memang lebih banyak diam ketika menyiapkan makanan. Tapi sekarang, keterdiaman Moyla seperti ada pembatas bagi diri gadis itu dan juga Cokhi. Cokhi tak suka itu, karenanya dia harus menuntaskan semuanya sekarang. Masa bodoh kalau memang dia harus telat ke kantor. Yang terpenting satu urusan sudah selesai.

"Selama ini, kamu diam aku bisa memahami. Tapi keterdiaman kamu sekarang sepertinya ada tembok pembatas antara kita." Cokhi mengeluarkan unek-uneknya. Moyla bereaksi biasa dengan menatap Cokhi dalam.

"Jangan berpikir kamu akan lari dari aku." Cokhi tidak main-main mengatakan hal itu. "Kamu boleh mengambil waktu kamu sampai siap untuk mengatakan semuanya ke aku, dan aku akan menunggu sampai kamu benar-benar siap. Tapi tidak lebih dari itu. Aku menahan untuk tidak menyelidiki kehidupan kamu terlalu dalam karena aku nggak mau kamu marah karena aku melanggar pirvasi kamu. Ini adalah peringatan. Kalau aku marah, aku bisa lebih kejam dari apa yang bisa kamu bayangkan."

Cokhi memang bisa mengulur kesabarannya. Tapi jika dia marah, itu akan sangat menakutkan. Dan jangan sampai itu terjadi. Moyla benar-benar hanya diam saja dan tak mengatakan apapun lagi. Cokhi memang tidak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh gadis di depannya itu.

"Sarapan, kamu nanti telat." Tanggapan Moyla benar-benar hanya sebatas itu. Dan itu membuat Cokhi keki dibuatnya. Benar-benar menyebalkan sekali memang betina satu itu. Itulah yang dipikirkan Cokhi sekarang. Dia memilih tak mendebat dan akhirnya nanti akan timbul pertengkaran diantara keduanya. Si pria memang sedang menghindari hal itu.

Pukul delapan pagi, Cokhi sudah sampai di kantor dan menuju ruangannya. Bertepatan dengan Delima satu lift dengannya. Kebetulan itu selalu terjadi diantara mereka. Masalah pribadi mereka biarlah menjadi masalah pribadi. Cokhi tak akan dengan seenak jidatnya kemudian mengusir Delima dari kantornya dengan pemecatan.

Provesionalismenya tetap harus dihargai. Cokhi sama sekali tidak menyinggung tentang semalam kepada Delima meskipun mereka hanya berdua saja di dalam lift. "Semua yang terjadi antara keluarga kami adalah kesalahpahaman. Saya harap, Bapak tidak menyalahkan kami dengan bertindak seperti itu kepada Kak Moy." Cokhi memasukkan kedua tangannya di dalam saku celana dan tak merasa perlu berbalik untuk menanggapi Delima.

"Saya tidak pernah menilai sesuatu hanya mendengar dari satu pihak. Tapi apa yang sudah kalian lakukan kepada Moyla, itu sungguh diluar nalar saya," Cokhi menjawab dengan santai. "Di dalam kantor, kita mengedepankan profesioanlisme. Kalau kamu ingin membahas masalah keluarga kamu, tunggulah waktu yang tepat." Delima harus keluar dari lift karena memang kotak besi itu terbuka di lantai dimana devisi Delima berada.

Pintu kembali tertutup dan mengantarkan Cokhi sampai ke lantai di mana ruangannya berada. Sungguh, dia sedang menenangkan jiwa pemberontakan yang ada di dalam dirinya agar dia tidak bertindak nekat. Jadi, pancingan sekecil apapun harusnya tidak boleh terjadi. Dia bisa-bisa murka.

Beralih pada Moyla sekarang. Gadis itu sudah mulai bekerja dengan datang ke rumah Galaksi terlebih dulu. Dia hanya ingin menunjukkan kepada artisnya itu jika dia sudah kembali dan sehat. Tidak terjadi apapun pada dirinya.

"Syukur lo beneran nggak papa, Kak. Gue nggak bisa berbuat banyak karena gue harus memenuhi semua jadwal yang sudah lo buat." Galaksi memang terlihat khawatir pada awalnya dan terlihat lega pada akhirnya.

"Gue baik-baik saja. Lo lihat kan?"

"Tapi gimana perlakuan mereka kepada lo ketika lo di sana?"

"Gue nggak mungkin diam saja, Gal. Ketika mereka menyebalkan, gue bisa berbuat lebih menyebalkan dari yang mereka lakukan." Moyla menceritakan bagaimana dia membuat keributan di dalam rumah ketika dengan sembarangan membuang sampah bekas snacknya, lalu bagaimana dia berkaraoke ketika pukul dua belas malam dengan suara yang keras sampai membuat seisi rumah keluar dengan wajah bangun tidur mereka. Dan hal-hal konyol lainnya yang dia lakukan untuk membuat ayahnya melepaskannya.

"Tapi mereka bersikukuh untuk nggak ngebebasin lo kan?" Kata Galaksi.

"Seenggaknya, mereka pasti tarik urat terus ketika gue di sana. Dan itu adalah hiburan tersendiri bagi gue." Gadis itu mengingat bagaimana marahnya sang ayah ketika dia membuat ulah di rumah besar beliau.

Namun seolah telinga tertutup rapat, dia sama sekali tak mempedulikan kemarahan tersebut. dibandingkan dia harus menangis terus menerus di sana dan menunjukkan kelemahannya, dia memilih membuat semuanya menjadi happy. Dan salah satunya, dengan 'mengerjai' seisi rumah dengan tingkah menyebalkannya yang selalu dilakukannya. Dan itu cukup membuat mereka kalang kabut dibuatnya.

Sungguh menyebalkan.

*.*

Yoelfu 04 Agustus 2020 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yoelfu 04 Agustus 2020 

Mr. SimpleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang