"Kalian masuklah." Cokhi mengantar Moyla dan Delima sampai di depan unit Moyla. Mau bagaimanapun perasaan Moyla sekarang, Delima tetaplah adiknya. Mereka dikandung oleh ibu yang sama dan di dalam perut yang sama selama Sembilan bulan. Dan itu lebih dari cukup untuk menjelaskan kenapa Moyla bisa sebaik sekarang.
Moyla masuk lebih dulu, dan Delima mengekori dari belakang. Ini adalah pertama kalinya Delima masuk ke kediaman Moyla. Membukakan pintu kamar tamu, Moyla berkata, "Kamu bisa tidur di sini. Kamar mandi ada di dekat dapur. Aku ambilkan baju tidur buat kamu." Sepertinya gadis itu sama sekali tak perlu merasa basa-basi sama sekali.
Dia juga langsung masuk ke dalam kamarnya dan mengambilkan baju ganti untuk Delima dan juga handuk. "Pakai ini." Diserahkan pakaian tersebut dan diterima oleh Delima.
"Boleh aku bertanya?" Delima sepertinya memang tak ingin hanya cukup diam saja di sana. Moyla memang tak menjawab, tapi dia diam dengan menatap adiknya memberikan isyarat kepada gadis itu untuk mengatakan apapun yang ingin diketahuinya.
"Seberapa sering Pak Cokhi datang ke sini?" itu seharusnya adalah privacy, tapi entah berfikir tentang apa dia sekarang. Mengatas namakan seorang adik kah?
"Itu bukan pertanyaan yang harus aku jawab kan?" Moyla sama sekali tak terpancing. "Sudah malam, kamu istirahatlah." Moyla berbalik dan kembali masuk ke dalam kamarnya. Badannya terlalu lelah untuk meladeni hal-hal yang sama sekali tak penting. Karena yang dibutuhkan oleh tubuhnya adalah tidur. Esok hari dia harus kembali menemani Galaksi dan dia membutuhkan tenaga yang lebih ekstra lagi.
Di balik dinding kamar Moyla, Delima juga sedang berbaring dengan menatap langit-langit kamar. Sepertinya matanya tak kunjung mengantuk meskipun waktu sudah terlaru larut.
Berbeda dengan Moyla yang tanpa basa-basi lagi menyelami alam mimpinya. Dia bahkan hanya perlu beberapa detik saja untuk tertidur. Sayangnya, dia harus terbangun tengah malam karena tenggorokannya yang terasa kering.
Keluar kamar dengan mata masih setengah terpejam, dia melangkahkan kakinya sampai dapur dan mengambil minum untuk membasahi kerongkongannya. Tapi dia justru terpesona dengan cemilan yang ada di sana dan mau tak mau dia harus memakan snack tersebut.
"Ngantuk sambil makan ternyata nggak buruk sama sekali." Gumamnya kekanakan. Meskipun matanya sudah agak terbuka dengan lebar, tapi rasa mengganjal karena kantuk itu tetap masih ada.
"Ehem." Sebuah deheman membuat Moyla menoleh dan mendapati Delima berdiri di sana, "Aku haus." Adunya kepada Moyla.
Moyla mengangguk, dan membiarkan Delima melakukan apa saja yang diinginkannya. Yang dipikir Moyla setelah gadis itu selesai dengan urusannya, dia akan kembali masuk ke kamar dan meninggalkannya.
Nyatanya sama sekali tidak. Delima justru ikut duduk di depan Moyla sambil membawa gelas minumnya.
"Terima kasih sudah memberiku tumpangan," katanya. "Jika dalam keadaan yang biak-baik saja, mungkin kalau rumah Kakak ada di sini, aku nggak perlu susah payah untuk pergi dan pulang ke rumah yang jauh."
"Sama-sama." Delima menatap Moyla yang mengunyah snack sambil sesekali memejamkan matanya karena kantuk. Entah apa yang dipikirkan oleh pikirannya sekarang.
"Kalau mau makan snack, kamu bisa ambil di kulkas." Itu adalah sebuah penawaran Moyla. Entah nanti Delima akan menerima atau tidak, biarlah gadis itu yang memutuskan. Yang penting bagi Moyla adalah dia sudah menawarkan, tanda jika dia adalah pemilik rumah yang baik hati.
"Kenapa, Kakak nggak biarkan aku menginap di hotel saja?" mulut Moyla aktif mengunyah, dan sama sekali tak mempedulikan sekitar. Namun tidak dengan Delima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Simple
RomanceDia bukan lelaki yang suka berbasa-basi. Apa yang ada di kepala selalu diungkapkan dengan kata. Karena memendam hasil pemikirannya di dalam kepala, tak selamanya baik menurutnya. Dan kisahnya akan di mulai. Seri ke lima dari Kimchi. Dimulai tanggal...