Part 09. Ini Adalah Petaka

762 133 12
                                    

"Thanks tumpangannya." Cokhi menepuk pelan bahu Galaksi dan akan turun dari Van lelaki itu. Matanya melirik ke depan di mana ada seorang supir dan juga Moyla di sana. Tentu dia harus mengatakan terima kasih juga kepada supir juga bukan.

"Terima kasih, Pak." Katanya dengan senyum lebar.

"Sama-sama, Mas Cokhi." Katanya membalas senyum lebarnya.

Kemudian lelaki itu keluar dari sana, dan berdiri tepat di depan kantor miliknya menunggu Van Galaksi pergi dari sana. Moyla sama sekali tak melirik apalagi menatap ke depan Van. Menghindari sesuatu yang membuatnya sakit hati, itu lebih baik bukan?

Van itu pergi, dan Cokhi masuk ke dalam gedung. Dia harus segera masuk ke ruang rapat karena siang ini dia harus meeting.

Jika dilihat dari bagaimana sifat lelaki itu, mungkin akan terlihat jika dia sangat seenaknya sendiri. Tapi tidak, Cokhi adalah lelaki yang professional. Masalah pekerjaan adalah nomor satu. Dan dia tak akan bekerja setengah-setengah.

Rapat selesai, dan Cokhi langsung masuk ke dalam ruangannya. Matanya memejam karena merasa lelah. Kalau ada yang tanya apa yang dilakukan oleh Cokhi di mal tadi, maka jawabannya adalah kencan buta.

Ibunya mengatur kencan buta bersama putri dari teman ibunya, dan Cokhi menyetujui untuk melakukannya.

"Hanya ketemu kan?" Begitu katanya ketika ibu Cokhi mengatakan jika dirinya harus menemui seorang gadis. Cokhi memang tak pernah membantah apa yang dikatakan oleh ibunya. Apapun yang perintahkan oleh beliau, Cokhi selalu menuruti. Dan itu adalah nilai plus bagi lelaki yang pernah dicemburi oleh Sydney tersebut.

Bahkan istri Kiev itu sampai sekarang pun masih tak terlalu akur dengan Cokhi. Jika keduanya bertemu, pasti akan selalu ada keributan yang membuat suasana dalam perkumpulan tersebut menjadi lebih 'hidup'.

"Pak!" Karyawan yang melihat lelaki itu menyapa dengan sopan ketika. Jam kerja sudah selesai dan lelaki itu juga langsung meninggalkan ruangannya tanpa perlu menunggu lebih lama lagi di sana.

Cokhi mengangguk dan memberikan senyum tipis. Dia memang dikenal menjadi bos yang santai dan ramah. Meskipun jika sudah ada yang membuat hatinya tak baik, dia akan menyemprotnya dengan sadis.

"Bapak mau pulang?" disampingnya ada seorang gadis yang dia kenalnya dan sedang menyapanya.

"Hai! Delima. Ya, saya mau pulang." Katanya. "Dan terima kasih sekali lagi kamu sudah mengatarkan saya waktu itu." Cokhi memang sudah mengucapkan terima kasih kepada gadis itu, tapi sepertinya itu tak cukup baginya.

"Sama-sama, Pak." Delima tersenyum ramah dan mengagumi lelaki di depannya itu. Terlihat dari pandangannya yang menatap Cokhi benuh binar. "Bapak menunggu siapa?" sepertinya Delima memang ingin beramah tamah dengan bosnya kali ini.

"Ah, saya menunggu supir. Sepertinya memang dia terjebak macet." Cokhi memang tidak membawa mobil. Dia bahkan tadi pagi tidak ke kantor karena memang dia harus menemui gadis itu terlebih dahulu. Karenanya dia tadi bertemu dengan Galaksi di mal.

"Dia datang." Katanya, "Saya pergi dulu." Kemudian meninggalkan gadis tersebut.

*.*

"Kamu tiba-tiba hilang waktu itu." Moyla sedang berada di toko bunga ketika dengan tak sengaja bertemu dengan Rama. Keduanya kemudian mengobrol dengan duduk di depan toko tersebut.

"Aku hanya ingin benar-benar sendiri waktu itu tanpa ada siapapun yang aku kenal."

"Jadi, kamu melarikan diri?"

"Ya. Aku pergi dari sana setelah aku tahu kamu juga ada di sana." Terlihat Rama mengeluarkan nafas panjang.

"Aku salah di masa lalu. Tapi aku ingin memperbaikinya." Begitu kata Rama, "Aku benar-benar ingin sama kamu karena itu aku berusaha mencari kamu dan meninggalkan Surabaya."

Mr. SimpleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang