Part 11. Pembicaraan atau Ancaman?

862 130 15
                                    

Moyla memasukkan password unitnya tak santai. Setelah pintu terbuka, dia menutup pintu tersebut dengan bantingan, dan setelah itu masuk ke dalam kamar miliknya dan melakukan hal yang sama dengan pintu kamarnya. Dia marah. Sangat.

Tapi kepada siapa dia akan melampiaskan kemarahannya sedangkan orang yang membuat dirinya marah tidak ada di sana. Lagipula, dia juga tak bisa berkutik kan ketika dengan Cokhi tadi? Untuk apa dia sekarang marah? Begitulah kata hatinya berperang.

Melemparkan tubuhnya di atas kasur, Moyla berteriak. Dia tak peduli seandainya ada tetangganya yang mendengarnya berteriak seperti itu. Gadis itu hanya ingin melampiaskan apa yang mengganjal di dalam hatinya.

Berdiri, kakinya melangkah dan berhenti di depan meja riasnya. "Gue terlalu lemah menghadapi si muka abstrak. Gue seharusnya berontak dan kalau memang perlu, gue menendangnya sampai dia melayang dan dibawa UFO. Tapi kenapa gue hanya diam saja diperlakukan seperti itu oleh cecunguk itu, Tuhan? Kemana kegarangan gue yang tersimpan di dalam diri gue?" celotehnya seperti orang gila.

Wajahnya sugguh tak biasa dan dia benar-benar menunjukkan kemarahannya kepada gambar dirinya yang dilihatnya di dalam cermin.

Kedua tangannya berkacak pinggang dan wajahnya terlihat garang menatap pantulan dirinya di cermin. "Dia itu nggak bisa diajak kompromi dengan cara halus, apalagi dengan cara kasar. Jadi apa yang harus gue lakukan?" kakinya kemudian kembali melangkah kesana-kemari untuk mencari jalan agar dia tidak terjebak dengan lelaki itu.

Dia sepertinya sangat tak sudi tunduk dan takluk dengan Cokhi. "Gue hanya perlu menghidar." Gumamnya. "Kalau ada dia di tempat gue, gue hanya perlu pergi dari sana. Itu adalah satu-satunya yang bisa gue lakukan sebelum gue menemukan jalan lain untuk lepas dari cecunguk itu." Moyla berbicara sendiri memikirkan ide yang tercetak di dalam otaknya.

Kembali ke kasur, Moyla berusaha untuk beristirahat meskipun otaknya masih memikirkan tentang kejadian malam ini. Hanya beberapa jam, semuanya telah berubah. Hidupnya yang awalnya dirasa sudah tenang, kini semakin menjadi berantakan kembali hanya karena satu lelaki.

"Lo nggak tidur apa gimana semalam, Kak, mata lo gitu banget bentukannya." Dan pagi ini setelah dia dijemput oleh Galaksi dan lelaki itu menatap mata Moyla yang sedikit agak sayu, membuktikan bagaimana semalam dia tak bisa tidur dengan nyenyak.

"Gue emang nggak bisa tidur semalam." Akunya dengan jujur, "Ada orang gila yang buat hidup gue nggak tenang." Moyla sepertinya tak merasa sibuk menyembunyikan apa yang terjadi pada dirinya kepada artisnya itu.

"Siapa?" Galaksi menatap Moyla dengan intens sepertinya merasa penasaran.

"Si muka abstrak." Jujurnya. Namun sama sekali tak dimengerti oleh Galaksi terbukti lelaki itu masih menatap Moyla dengan fokus. Lelaki itu sepertiinya memang lupa dengan sebutan nama yang Moyla sebutkan itu.

"Cokhi." Meskipun dengan berat, dia tetap mengatakan satu nama yang sebetulnya memang enggan untuk dia katakan.

Barulah setelah Moyla mengatakan nama tersebut, Galaksi mengangguk mengerti. "Ada masalah apa Kakak dengan Bang Cokhi?" tanyanya. Moyla menceritakan semua kepada lelaki itu dengan nada jengkel yang luar biasa.

"Lo tolong bilangin sama dia, gue nggak mau dijadikan umpan oleh lelaki itu." Katanya sembari memohon. Galaksi mengenal lelaki itu dengan dekat, dan Moyla yakin dia akan bisa membantunya.

"Gue akan bilang ke dia. Kakak nggak usah memikirkan hal itu." Galaksi mencoba untuk menyanggupi apa yang diminta oleh manajernya tersebut tanpa berfikir. Karena Moyla tentu bukan hanya manajernya, tapi juga kakak baginya.

*.*

Pulang bekerja, ketika Moyla merasa dia perlu beristirahat, dirinya dikagetkan oleh sosok lelaki yang dihindarinya di depan unit apartemennya. Langkahnya yang tadinya lunglai, kini merasa perlu bergerak cepat untuk menghindar. Dia bisa tidur di hotel untuk malam ini, yang terpenting dia bisa menghindari lelaki yang sedang menunggunya itu.

Mr. SimpleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang