Part 44. Setengah Ons

1K 199 50
                                    

Pagi ini suasana kantor Cokhi terlihat seperti biasa saja. Orang-orang datang di pagi hari agar tak telat. Seorang OB sibuk dengan pekerjaannya, satpam sibuk berdiri untuk mengontrol, dan beberapa aktivitas lainnya yang terjadi.

Cokhi datang dengan setelan jas berwarna coklat dengan kemeja berwarna putih. Tak ada dasi yang menggantung di lehernya, rambutnya disisir dengan agak rapi menampilkan dahi sexy nya. Dia berjalan dengan langkah santai tapi wajahnya tak sekeruh biasanya.

Alih-alih langsung masuk ke dalam gedung, dia berdiri di depannya dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana. Menatap ke depan dan sama sekali tak peduli dengan pandangan karyawannya yang terlihat mengaguminya.

"Gue itu emang fleksibel. Gue kaya gini aja semua orang udah kagum, kalau gue pakai make up, laki-laki bisa nempel sama gue." itu adalah suara hati Cokhi yang tak akan pernah mungkin didengar oleh siapapun.

Bangganya lelaki itu yang bisa memiliki wajah tampan dan cantik secara bersamaan. "Nyokap gue kira-kira dulu ngidam apa bisa punya anak macam gue kaya begini?" masih melanjutkan gumamannya, dia memuji dirinya sendiri. Tapi kemudian dia tertampar oleh ingatannya sendiri ketika mengingat satu-satunya perempuan yang masih bersikap seenaknya adalah justru perempuan yang dicintainya.

Betina satu itu memang beda dari yang lain. Mengingatnya malah membuat dia berfikir keras tentang jalan mana yang dimaksud oleh Moyla kemarin. Pasalnya, dia belum diijinkan oleh perempuan itu untuk melihat unit yang dibelinya yang katanya tepat di atas unit Moyla tersebut.

Seorang perempuan datang dan berjalan melambat ketika sudah dekat dengan Cokhi. Kepalanya mengangguk dan dia menyapa lelaki itu. "Pak!" begitu katanya.

"Ya." Jawab Cokhi dengan pelan sambil menatap perempuan tersebut. "Bapak terlihat berbeda hari ini." begitu katanya tak langsung masuk ke dalam.

"Mungkin sekarang saya sedang bahagia?" bukannya mengatakan dengan tegas, Cokhi justru terlihat tak yakin dengan apa yang diucapkan.

"Saya berharap Bapak selalu bahagia." Begitu jawabnya lagi dan tak segera menyingkir dari sana.

"Terima kasih. Doamu pasti akan dikabulkan oleh Tuhan." Wajah datar Cokhi tak membuat perempuan itu lantas menyerah. Dan wajah datar itu kemudian terlihat berbinar ketika ekor matanya menangkap seorang perempuan lagi yang berjalan mendekatinya.

"Kalau kamu mau berangkat sama aku, pasti nggak akan selama ini. Aku nunggu di sini sampai kakinya rasanya hampir patah."

"Apa hari ini aku cantik?" bukannya menjawab apa yang dikatakan oleh Cokhi, Moyla justru bertanya tentang penampilannya.

"Kalau kamu nggak cantik, aku ogah kenal sama kamu."

"Mutiara sekali, Tuan." Katanya dengan santai. Pandangannya kemudian menatap ke samping dan mendapati Delima berada di sana.

"Ngapain kamu di sini?" sinis Moyla dengan wajah yang sangat menyebalkan. Tak biasanya dia seperti itu meskipun rasa di hatinya yang selama ini dihinggapi rasa benci.

"Dia hanya menyapaku. Kenapa kamu marah?"

"Kamu seharusnya belajar. Seorang perempuan, tidak akan suka jika lelakinya berbicara dengan perempuan lain meskipun itu berupa sapaan." Tatapan Moyla begitu mengintimidasi sambil menatap Cokhi dan Delima bergantian.

"Itu terlalu berlebihan." Jawab Delima.

"Sebuah sapaan bisa menghancurkan sebuah hubungan. Sapaan itu hanyalah langkah awal, tapi pasti akan ada pembicaraan yang lebih lagi kalau diladeni. Jangan berlagak sok tidak tahu, Nona." Moyla benar-benar menunjukkan taringnya sekarang.

Mr. SimpleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang