Cokhi sampai ke rumah orang tuanya dan langsung masuk ke dalam. Duduk di ruang keluarga yang tidak ada siapapun di sana, matanya menatap ke arah depan dengan pikiran yang bisa dikatakan sedang kritis.
"Eh, anak Mama datang." Sambutan dari ibunya yang baru saja turun dari lantai dua. "Sendirian?" kepalanya menoleh kesana kemari untuk mencari seseorang. "Moyla masih kerja?" belum menyadari jika putranya itu sedang tak bak-baik saja, perempuan paruh baya tersebut masih terus berbicara.
"Moyla hilang, Ma." Jawab Cokhi tanpa menatap ibunya. "Aku nggak tahu dia kemana."
"Kamu lagi serius, atau bercanda?"
"Mama nggak lihat kalau wajahku aja udah murung kaya gini? Masih ditanya bercanda?"
"Lalu kenapa dia hilang? Ada masalah apa antara kalian berdua?" Cokhi menarik nafas panjang setelah mendengar pertanyaan ibunya. Lelaki itu kini menghadap kepada perempuan paruh baya tersebut dan menceritakan semuanya. Semua yang terjadi antara dirinya dan juga Moyla.
"Aku udah meminta David untuk mencari keberadaan Moyla, tapi belum ada berita apapun, Ma." Terlihat sekali kesedihan di mata Cokhi.
"Lalu kamu sendiri hanya diam saja?"
"Aku sudah berusaha mencarinya juga, Ma. Tapi aku belum berhasil." Cokhi memijit pelipisnya meskipun kepalanya terasa baik baik saja. "Ini masalah besar, Ma." Lanjutnya.
"Memang." Jawaban ibunya justru membuat suasan hati Cokhi benar-benar buruk sekali sekarang. Tak memiliki clue untuk mencari keberadaan sang kekasih memang sesuatu hal yang sangat buruk sekali. Namun sebuah panggilan dari David sontak membuat perasaannya melambung karena sebuah harapan.
"Gue akan kesana." Begitu katanya setelah menerima panggilan. "Aku akan menemui David, Ma. Nanti kalau ada kabar baik, aku akan kasih tahu Mama." Yang dijawab anggukan oleh perempuan paruh baya tersebut.
"Ya. Nggak usah ngebut. Hati-hati." Bahkan ibunya agak berteriak ketika mengatakan itu karena Cokhi sudah berlari keluar ruang keluarga.
Seperti orang kesetanan, dia mengendarai mobilnya dengan cepat menuju tempat janjian mereka. Dalam perjalanan, Cokhi benar-benar berharap mendapatkan kabar yang sangat baik.
"Gue nggak mau lo basa-basi dan mengulur waktu untuk mengatakan semuanya." Itu adalah tembakan ucapan yang diberikan oleh David. Bukan hanya David yang ada di sana. Marvel dan Kiev juga ikut serta. Bahkan ketiga sahabatnya itu dibuat terdiam karena tingkahnya.
"Moyla tidak ditemukan." Karena itu adalah permintaan Cokhi yang tidak menginginkan basa-basi, maka David pun tak memerlukan kata pembuka untuk mengatakan kabar tersebut.
Cokhi tak menjawab, tapi wajahnya benar-benar terlihat gusar. "Dia terlalu cerdik untuk masalah seperti ini. karena lo tahu? Dia membeli tiga tiket pesawat tujuan Makassar, Surabaya, dan Singapura. Tapi setelah di lacak, tak ada satupun yang dia datangi dari tempat-tempat tersebut. Mereka sudah melacak mulai dari tiket kereta api sampai bus, tak ada yang namanya Moyla di sana."
David menarik nafasnya setelah mengatakan itu dan menatap Cokhi tanpa ada raut candaan. "Mereka masih tetap usaha untuk menemukannya, toh ini baru dua hari. Tapi lo juga harus bersabar."
"Gue nggak bisa sabar." Sahut Cokhi, "Gue nggak bisa diem aja ditinggal begitu aja."
"Kalau begitu lo harus berusaha lebih keras lagi. Karena dia bahkan meninggalkan mobilnya di apartemen." Ya, sekarang Cokhi sadar jika mobil gadis itu masih terparkir rapi di tempat yang sama sejak Moyla menghilang.
"Menurut gue, dia masih ada di Jakarta." Marvel akhirnya bersuara. "Dia hanya menyembunyikan dirinya dari kehidupan luar. Mungkin sesekali lo perlu mengecek apartemennya. Siapa tahu dia masih ada di sana?"
"Mustahil." Cokhi tak menerima ide gila dari Marvel. Di mana dia bersembunyi kalau masih di dalam apartemennya kalau waktu itu saja dia sudah mencari ke penjuru ruangan.
"Terkadang, tempat persembunyian yang susah ditemukan adalah tempat yang sama sekali tak diduga sebelumnya." Marvel tak mau kalah, "Tapi gue juga nggak maksa lo buat lakuin apa yang gue bilang sih." Terlihat cuek lelaki tersebut mengatakan itu.
"Atau dia punya rumah yang nggak lo tahu." Kiev membuka suara, "Menurut gue, dia beneran niat banget lakuin semua ini. Dan dia terlalu cerdas, karena apa, hanya dalam waktu singkat saja dia bisa menghilang begitu saja. Dan gilanya lagi, lo terlalu bebal sampai nggak tahu kalau dia keluar padahal lo ada di sana." Semua teman-temannya sudah tahu cerita antara Cokhi dan Moyla. Dan menjadi olokan seperti inilah yang membuat Cokhi ingin meninju teman-temannya.
"Jadi sekarang, apa solusinya?" bagi Cokhi, tak ada lagi waktu untuk bercanda. Semakin cepat dia menangkap Moyla, semakin cepat dia bisa menghukum gadis itu.
"Semua akses untuk menghubungi dia sama sekali tak ada. Mulai dari email, hp, dan apapun yang bisa menghubungkan dia benar-benar terputus." Cokhi melanjutkan untuk menegaskan jika benar-benar tak ada akses menuju Moyla.
"Gue rasa dia semedi," celetukan David, "Atau bisa jadi dia ke pesantren dan nanti pas keluar dia udah jadi ustadzah, dan levelnya bukan lagi lo yang bentukannya seperti ini." Kalau memiliki sahabat seperti David ini genap dua saja, entah apa yang terjadi dengan Cokhi sekarang.
Bukannya memberi penenangan, ucapannya justru membuat Cokhi terasa berkobar saja ubun-ubunnya. "Lo bisa serius nggak?" Cokhi yang sedang sangat-sangat sensitive, tak terima dengan ucapan temannya itu.
"Siapa bilang gue lagi bercanda?" David tak mau kalah, "Lo dengerin gue ya, Cokh," David menatap Cokhi dengan serius, "Bagi Moyla yang memiliki masa lalu yang pahit, dia bisa melakukan apapun. Bahkan ninggalin orang yang berpotensi membuatnya kembali sakit hati."
"Gue nggak melakukan itu," sahut Cokhi.
"Dengan mendesak menceritakan masa lalu dia, lo pikir itu nggak mengorek luka lama dia? Gue yakin luka dia itu nggak bener-bener sembuh, tapi dia berusaha menutupinya agar rasa sakitnya tak terlihat oleh orang lain. Karena itu yang dilakukan Kyra dalam hidupnya. Kisah mereka hampir sama, dan gue bisa paham akan itu."
Ketika David berbicara, tiga orang sahabatnya itu hanya mendengarkan saja. Cokhi dan David sebenarnya adalah satu tipe. Mereka sama-sama keras kepala.Hanya saja, David terlihat dari wajahnya, sedangkan Cokhi terlihat manis diluar, tapi sepet di dalam. Berbeda dengan Marvel dan Kiev yang memang tak sekaku mereka.
Cokhi diam saja. Sepertinya dia sudah tak memiliki sanggahan lagi untuk apa yang dikatakan oleh David. Bahkan keheningan di dalam ruangan tersebut benar-benar membuat suasana menjadi mecekam. Cokhi adalah satu-satunya teman mereka yang masih berjuang untuk mendapatkan cintanya kembali. Tentu saja mereka akan membantu sebisa mereka.
Hanya saja semua itu perlu waktu. Entah sampai kapan, tentu mereka tak tahu. Yang terpenting adalah usaha mereka.
"Gue pergi dulu." Cokhi berdiri dari kursinya dan meningalkan teman-temannya meskipun panggilan dari teman-temannya terus mengaung, dia sama sekali tak peduli. Dia perlu menenangkan dirinya.
"Ci!" panggilnya dalam hati. Tapi itu sama sekali tak berguna.
*.*
Note : Saya baru saja baca Kisahnya David yang entah bab berapa, ketawa sendiri karena ulah manusia satu itu. Kaku sekali kayak kanebo kering. Nggak buruk juga baca cerita sendiri ya.
BTW, rekomendasikan cerita manis dong buat saya. Biar saya punya hiburan juga ^.^
Yoelfu 22 August 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Simple
RomanceDia bukan lelaki yang suka berbasa-basi. Apa yang ada di kepala selalu diungkapkan dengan kata. Karena memendam hasil pemikirannya di dalam kepala, tak selamanya baik menurutnya. Dan kisahnya akan di mulai. Seri ke lima dari Kimchi. Dimulai tanggal...