Part 12. Mencoba Sabar

676 125 13
                                    


Galaksi membuat heboh kantor Cokhi karena kedatangannya yang sangat mendadak. Entah apa yang dipikirkan oleh lelaki itu yang tiba-tiba muncul di sana. Harusnya dia tak dikenali oleh orang lain karena menggunakan masker di wajahnya. Tapi tentu karena keamanan yang cukup ketat yang diterapkan di perusahan Cokhi, maka masker itu harus dibuka.

"Galaksi." Beberapa peremuan yang melihatnya tentu terpekik. Sayangnya itu tak lama karena dengan tatapan matanya, Cokhi seolah ingin menghajar mereka satu per satu.

Kedua tangan lelaki itu dimasukkan ke dalam saku celananya, wajahnya datar tanpa senyum, tak ada kata yang dikeluarkan dari mulutnya, tapi semua orang tahu jika mereka harus melanjutkan pekerjaannya.

Cokhi juga melakukan hal yang sama dengan Galaksi namun bocah monyet itu hanya terkekeh dan mendekati Cokhi. "Gue nggak tahu kalau gue sebenernya seterkenal itu." Begitu katanya dengan bangganya.

"Bukan karena lo terkenal, tapi mereka kasihan sama lo, jadi mereka teriak buat hargain kerja keras lo." Jawaban Cokhi. Dan itu sama sekali tak membuat Gala patah hati. Lelaki itu justru terkekeh dan membiarkan saja Cokhi mengatakan apapun.

"Kenapa lo tiba-tiba datang dan membuat kehebohan di kantor gue?" mereka belum beranjak dari sana dan masih berbicara.

"Ada yang mau gue bicarakan dan rundingkan."

"Tentang?"

"Banyak hal." Galaksi memasang wajah serius tanpa ada candaan sama sekali.

"Oke!" dan mereka berjalan menuju lift untuk naik ke lantai atas di mana ruangan Cokhi berada. Tak mempedulikan jika aksi keduanya sedang menjadi pusat perhatian para perempuan di sana.

Keduanya tampan dan memiliki charisma yang mematikan. Maka tidak ada yang mampu mengabaikan mereka begitu saja.

"Jadi, apa yang mau lo bahas sama gue di jam kantor seperti ini? Sepenting apa?" mereka sudah sampai di ruangan Cokhi dan duduk di sofa dengan minuman dingin di atas meja.

"Gue boleh lah minum ini dulu." Galaksi menenggak minuman kaleng yang ada di atas meja sebelum mengatakan maksud kedatangannya ke kantor Cokhi.

"Ini tentang Kak Moy."

"Gue udah menduga kalau ini pasti tentang dia." Cokhi mengangguk-angguk karena tebakannya benar. "Lanjutkan." Katanya dengan santai, "Kita akan bahas setuntas-tuntasnya hari ini."

Galaksi juga ikut mengangguk ketika mendengar ucapannya disambut dengan baik oleh Cokhi. "Kalau Abang hanya mempermainkan Kak Moy, tolong jangan dilanjutkan." Itu adalah awalnya, "Gue hanya memperingatkan."

"Lo terlalu nggak percaya sama gue." Cokhi menjawab, "Apa pernah gue mempermainkan perempuan selama ini?"

"Memang nggak pernah, tapi karena kadang mulut Abang yang terlalu manis membuat orang lain salah sangka dan baper." Tawa Cokhi menguar ketika mendengar Galaksi mengatakan salah satu sifatnya yang tidak berakhlak itu.

"Ketawa lagi." Galaksi memasang wajah ngerinya melihat manusia di depannya itu.

"Gue memang sekeren itu," Cokhi membanggakan dirinya.

"Jadi, Abang boleh kan jangan bermain sama Kak Moy? Dia adalah__"

"Gue tahu," potong Cokhi, "Moyla adalah perempuan yang udah lo anggap sebagi kakak lo sendiri dan lo pasti akan bertindak nekat kalau gue nyakitin dia. Gue bener lagi kan?" Galaksi mendesis geli dengan apa yang dikatakan oleh Cokhi kepadanya.

"Lo bisa tebak pikiran gue apa lo punya ilmu yang bisa baca pikiran, Bang?" pasalnya sejak tadi Cokhi selalu menebak dengan benar dan mungkin Galaksi merasa heran.

Mr. SimpleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang