Delima sepertinya benar-benar tak terima melihat apa yang dilakukan oleh Cokhi untuk kakaknya. Pulang ke rumah, emosinya seperti sebuah pistol yang ditarik pelatuknya. Siap untuk menghantam apapun yang ada di depannya.
"Kenapa?" ibunya bertanya ketika melihat wajah putrinya yang kusut seolah ada hal berat yang dia sedang pikirkan.
"Mama tahu? Hari ini ada kejadian yang benar-benar membutku ingin sekali marah." Adunya.
"Apa?"
"Cokhi, melamar Kakak di depan semua karyawan." Ketika mengatakan itu begitu semangat seolah tak ada hari esok lagi untuk bicara. "Aku benci sekali melihat itu, Ma."
"Mama kira kamu seharusnya menyudahi kebencian kamu kepada kakakmu, Delima."
Delima tak terima, dia menatap ibunya tak suka dan membantah, "Aku nggak benci dia, Ma. Aku hanya kesal. Semua orang menyayangi dia dan aku selalu menjadi yang kedua."
"Nggak ada yang seperti itu, Delima."
"Semua ada buktinya, Ma." Suara gadis itu agak membentak karena tak terima ucapannya di tentang oleh ibunya.
"Sejak dulu, Abang selalu pilih kasih antara aku sama Kakak. Coba Mama ingat-ingat lagi bagaimana perlakuan Abang denganku dan juga Kakak sangatlah berbeda. Beda banget, Ma. Aku merasakan itu. kemudian sekarang Cokhi. Lelaki yang aku lihat diam-diam di masa lalu juga akhirnya memilih Kakak dan bukan aku. Aku berusaha keras agar aku bisa bekerja di perusahaan lelaki itu. Sampai akhirnya aku bisa, aku mencoba mendekati dia dengan hati-hati tapi semua nol." Ibu Qiana mengelus lengah putrinya dan mencoba menasehati.
"Bukannya Mama selalu bilang kalau itu hanya perasaan kamu aja? Abang nggak pernah pilih kasih sama kamu. Dia juga menyayangi kamu. Dan masalah Cokhi, perasaan orang itu nggak bisa dipaksa. Lagipula, bukannya dulu Rama juga memilih kamu?"
"Mama kenapa sekarang jadi belain Kakak?" Delima berdiri dan menatap ibunya penuh dengan luapan emosi. "Mama tahu? Bukan hanya Abang yang lebih menyayangi Kakak, tapi Mama dan Papa juga."
"Nggak ada yang seperti itu, Delima." Ibunya ikut berdiri dan menatap putrinya itu dengan tegas. "Bahkan setelah abangmu meninggal, kamu masih selalu mengungkit itu." Perempuan paruh baya itu sepertinya tak suka jika Delima membicarakan Keano yang sudah lama pergi tentang hal yang tidak-tidak.
"Kepergian Keano adalah luka yang tidak bisa disembuhkan. Mama hanya berusaha menutupi luka itu agar tak ada yang tahu jika sebenarnya Mama sedang kesakitan. Kamu jangan membicarakan hal yang jelek tentang dia."
Delima tak menjawab dan pergi begitu saja dari hadapan ibunya. Gadis itu sepertinya benar-benar marah besar karena untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun, kembali membela Moyla dalam pembicaraan mereka.
Sedangkan di bagian lain kota Jakarta, Cokhi sedang menghabiskan waktunya bersama sahabat-sahabatnya. Mereka berkumpul dengan formasi lengkap bersama keluarga kecil mereka. Kebahagiaan itu terpancar sekali dari mata Cokhi.
Bahkan tatapan Cokhi terus saja mengarah pada Moyla. Gadis itu sepertinya juga sangat bahagia. Bagaimana tidak jika dia dikelilingi empat bocah yang begitu menggemaskan. Love yang sudah berumur dua tahun sedang aktif-aktifnya. Sedangkan si kembar tiga juga sudah bisa berjalan meskipun umur mereka baru setahun lebih.
"Kenapa bisa kamu mau sama si Cokhi?" Sydney bertanya ketika empat orang perempuan itu memilih bergerombol sendiri mengurus para bocah-bocah kecil itu.
"Dia itu pemaksa. Dan gen nya itu benar-benar tidak bisa lepas dari dirinya." Moyla menjawab santai.
"Kak Moy tahu nggak kalau Kak Sydey itu 'musuh' bebuyutan Bang Cokhi?" Moyla menoleh ke arah Kyra dan Sydney bergantian untuk memastikan jika pendengarannya tak bermasalah.
"Dia itu nyebelinnya minta ampun. Aku pernah dibuat kesal setengah mati sama dia." Adu Sydey yang tangan kirinya memegangi salah satu si kembar. "Masa dia ngerjain aku waktu aku pertama kali lagi pendekatan sama bapaknya anak-anak. Dibuat cemburu akunya." Sydney tak biasa mengatakan itu dan penuh dengan semangat.
"Kenapa?" Moyla bertanya.
"Mereka liburan berdua. Kiev sama Cokhi. Mereka foto di pesawat dan dia kelihatan cantik banget di foto. Rambutnya panjang dikasih bandana. Dan Kiev juga menguploadnya di IG. Apa nggak kebakar aku rasanya."
Ekspresi Sydney yang sepert itu membuat Sha dan Kyra tertawa. Kedua orang itu memang sudah pernah mendengar tentang cerita tersebut dan masih saja tertawa ketika kejengkelan Sydney terlihat nyata sampai sekarang.
"Jadi, kalau nanti semisal ada perempuan yang datang ke tempat kamu dan mengaku kalau dia selingkuhan atau apapun itu, kamu harus melihatnya betul-betul. Karena kalau tidak, bisa-bisa kamu ditipu sama dia." Itu adalah warning dari Sydney yang sudah berpengalaman tentang kasus yang dibuat oleh Cokhi untuknya.
Moyla akan menjawab ketika panggilan David untuk Kyra terdengar. "Makan yuk." Para lelaki memang memilih tugas untuk membakar tusukan sate. Mereka kali ini sedang barbeque di rumah Marvel. Tepatnya di belakang rumah mewah lelaki itu.
Kyra berdiri diikuti yang lain. Karena memang David dan Kyra masih tergolong pengantin baru, mereka masih sering menjadi bahan candaan yang lain.
"Jier, ikut Abah sini, Nak." Acara ini memang malam, tapi masih pukul delapan dan tentu belum membuat anak-anak itu tertidur. Si bocah perempuan satu-satunya bernama Love itu bahkan masih memancarkan pandangan yang jernih dan sepertinya belum mengantuk sama sekali.
Jier merentangkan kedua tangannya dan langsung melingkarkan kedua tangan kecil itu ke leher Cokhi setelah berpindah di gendongan lelaki itu. Cokhi menepuk-nepuk pantat bocah itu dan menggoyang-goyangkan badannya agar Jier bisa segera tidur.
"Makan dulu, biar Love sama aku." Marvel mengambil Love dari gendongan sang istri agar Sha bisa makan.
Pemadangan seperti ini benar-benar menggetarkan hati Moyla. Persahabatan rasa keluarga tersebut benar-benar sangat menarik. Bahkan tak ada dari istri sahabat Cokhi tersebut saling sirik satu sama lain. Tak ada dari mereka yang memamerkan apa yang dimilikinya. Mereka lebih suka membahas yang jauh dari kata pembahasan orang-orang kaya ibu kota.
Dan Moyla benar-benar merasa nyaman berada di sana. Selain dia sudah mengenal Kyra dibandingkan yang lainnya, tapi mereka juga sangat menerima keberadaannya.
"Kenapa?" Cokhi mendekati Moyla yang sedang duduk melamun melihat aktifitas teman-teman Cokhi bersama keluarga kecil mereka. Ikut duduk di sana dan menatap gadis itu dengan lekat. Jier sudah tak ada di dalam gendongannya karena sudah berpindah tangan ke tangan ayahnya.
"Hanya memikirkan sesuatu." Mata Moyla sama sekali tak beralih dari gerombolan tersebut.
"Memikirkan kapan kawin?" jawaban itu membuat Moyla seketika menoleh kepada wajah Cokhi dan memicingkan matanya. Dan melihat jika lelaki itu tersenyum geli.
"Ngapain mikiran hal begituan. Nikah aja belum." Moyla kemudian berdiri dan bergabung dengan para perempuan, dan menggendong Love. Karena kebetulan bocah itu perempuan sendiri diantara si kembar, dia menjadi terlihat menonjol sekali.
Cokhi mengikuti Moyla dari belakang dan berdiri saja di sana tanpa mengatakan apapun.
"Jadi, Moy, kamu setuju nggak kalau dipanggil Umi? Secara Cokhi aja minta dipanggil Abah." Sha bertanya dan jelas di dengar oleh yang lainnya.
"Udah kaya Ustad aja dia. Padahal ngaji aja nggak pernah." Sydney yang melahap sosis bakar itu menatap ke arah Cokhi seolah mengejek.
"Sembarangan. Gini-gini gue bisa ngaji kali. Semua kewajiban gue selalu gue penuhi. Sholat, ngaji, zakat, puasa, meskipun belum haji. Tinggal sunnah nya aja yang belum." Kemudian matanya kembali menatap Moyla.
"Kapan kita akan menjalankan sunnah Rosul dengan menikah, Moy?" sorakan itu kemudian keluar dari bibir sahabat-sahabatnya mendengar itu.
David bahkan bersuara lebih keras dari yang lainnya. "Si Cokhi itu memang cocok banget kalau jadi sales panci. Jiwa merketingnya S5." Dengan merangkul Kyra, lelaki itu geli sendiri melihat sahabatnya tersebut.
Moyla yang tak siap dengan celetukan itu hanya ikut tersenyum malu dan menyembunyikan wajahnya di rambut Love yang melingkarkan kedua lengannya di leher Moyla.
*.*
Yoelfu 03 September 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Simple
RomanceDia bukan lelaki yang suka berbasa-basi. Apa yang ada di kepala selalu diungkapkan dengan kata. Karena memendam hasil pemikirannya di dalam kepala, tak selamanya baik menurutnya. Dan kisahnya akan di mulai. Seri ke lima dari Kimchi. Dimulai tanggal...