Moyla sangat paham jika lelaki yang sekarang sedang ada di sampingnya itu bukanlah lelaki yang mudah menerima penolakan. Dia memang masih terlalu dini untuk memahami sifat Cokhi, tapi ada beberapa hal yang memang sudah dia mengerti. Jika Cokhi adalah lelaki yang keras kepala.
Di dalam kepalanya, Moyla menjadi membayangkan bagaimana jadinya dirinya nanti jika benar-benar menjadi istri dari lelaki itu? Apa dia akan terus mengalah? Atau justru harus takhluk dengan manusia abstrak itu?
Moyla tak sadar menggeleng-gelengkan kepala dengan pemikirannya tersebut. Selama ini dia nyaman dengan kehidupannya. Tak ada satu orang pun yang berani membuatnya tunduk, dan sekarang? Dia bahkan bertemu dengan tipe orang yang selalu dihindarinya.
"Kamu nggak takut kepalamu nggelinding, kalau kamu terus menggelengkannya terus menerus seperti itu?" Suara Cokhi menyadarkannya. Moyla berdehem untuk menutupi rasa canggungnya karena ucapan lelaki itu.
"Badanku kan ciptaan Tuhan, nggak ada tulisan Made in Indonesia." Katanya dengan ketus. Cokhi menyeringai mendengarkan itu.
Di malam seperti ini, seharusnya tak wajar kalau mereka harus berjalan mengatas namakan 'kencan' romantic. Moyla yang tadinya benar-benar menolak permintaan Cokhi untuk keluar, harus menyanggupi karena lelaki itu tak mau tahu dengan banyaknya alasan yang diberikan Moyla kepadanya.
Waktu menunjukkan pukul Sembilan malam ketika mereka keluar dari aprtemen.
"Mau duduk di sana?" ada sebuah kafe yang cukup ramai di dekat sana, dan Cokhi berinisiatif menawarkan.
"Oke." Moyla bukan tipe orang yang suka berjalan. Karenanya, hanya berjalan sebentar saja sudah merasakan lelah di kakinya. "Lagian aku udah capek." Lanjutnya terus terang.
Mereka duduk di meja yang disediakan di luar kafe setelah memesan. Melihat sibuknya kota Jakarta pada malam hari selalu membuat Moyla merasa senang. Berbeda dengan Moyla yang menatap jalanan, Cokhi justru menatap gadis itu.
"Kenapa?" tak sengaja, Moyla balik menatap Cokhi dengan pandangan kaget.
"Aku hanya penasaran apa yang kamu pikirkan sekarang." Moyla merasa sedikit gugup ketika ditatap seperti itu oleh Cokhi. Namun dia bisa menutupinya.
"Aku nggak sedang berfikir sekarang."
Cokhi menatap Moyla memicing dan kemudian memajukan badannya seolah ingin mengintimidasi gadis di depannya. Moyla bahkan harus memundurkan tubuhnya karenanya.
"Otak manusia itu tak pernah benar-benar 'kosong' tanpa memikirkan sesuatu. Meskipun sedikit, dia tetap akan memutar sesuatu sebagai tanda jika kita masih hidup. Jadi jangan mengada-ada." Katanya dengan lugas.
Pesanan mereka datang. Nasi goreng dengan daging ayam di potong-potong dengan jumlah banyak, membuat fokus Moyla terganggu.
"Terima kasih." Gadis itu tersenyum kepada pelayan dan langsung ingin menarik piringnya, ketika Cokhi lebih dulu menjauhkan makanan tersebut dari jangkauan Moyla.
"Aku mau makan." Moyla serius menatap Cokhi dan tak terima karena lelaki itu mengganggu kesenangannya.
"Kamu selalu mengabaikan aku kalau sedang berbicara." Sedangkan Cokhi tak terima karena ucapannya tidak ditanggapi oleh gadis di depannya.
"Allah." Sebut Moyla mulai lelah. "Aku mau makan itu. Nggak ada yang penting dari apa yang kamu katakan barusan. Jadi bisa kesiniin itu nasi goreng?"
Tidak menjawab, tapi juga menahan piring itu untuk diambil oleh Moyla. Sampai gadis itu mendesis, "Mau mu apa sih? Kalau aku nggak boleh makan, ya udah, makan semua ini. Aku mau pergi." Moyla akan beranjak ketika tangannya dicekal oleh Cokhi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Simple
RomanceDia bukan lelaki yang suka berbasa-basi. Apa yang ada di kepala selalu diungkapkan dengan kata. Karena memendam hasil pemikirannya di dalam kepala, tak selamanya baik menurutnya. Dan kisahnya akan di mulai. Seri ke lima dari Kimchi. Dimulai tanggal...
