"Aku masuk dulu." Moyla pamit kepada Cokhi yang sudah mengantarkan dirinya sampai di depan unitnya. Mobilnya benar-benar akan diantarkan oleh Alan ke rumah Cokhi nanti. Kenapa tidak langsung ke apartemen Moyla?
Jawaban Cokhi ketika Moyla bertanya seperti itu adalah, karena dia tak ingin karyawannya mengetahui tempat tinggal gadis itu. Hanya begitu saja jawabannya, dan tak ada tambahan lain.
"Aku juga mau masuk." Moyla kembali menatap Cokhi,
"Udah malam, aku butuh istirahat."
"Istirahat saja. Aku juga nggak bakalan ganggu kamu." Itu adalah salah satu cobaan yang diterima Moyla ketika badannya sudah terasa ingin dibaringkan di kasur, tapi gangguan itu datang.
"Cokhi, Please!" Moyla mau tak mau memohon agar lelaki itu tak melantur. Tapi sayangnya, dia tak berhadapan dengan lelaki yang akan menurutinya begitu saja. Lelaki yang ada di hadapannya justru akan membuat dirinya kelelahan ketika penolakan itu dilayangkan begitu saja.
"Oke!" putusnya ketika Cokhi hanya mengangkat alisnya tanpa mengatakan apapun.
"Mau minum apa?" Moyla benar-benar lelah sekarang. Tapi mau bagaimanapun, Cokhi adalah tamu. Meskipun lelaki itu sangat menyebalkan dan mengganggu dirinya.
"Nggak perlu. Duduk aja di sini, kamu capek bukan?" Cokhi menepuk sofa yang dia duduki agar Moyla mengikuti dirinya duduk di sana.
Moyla menurut dan langung menyenderkan punggungnya di senderan sofa dengan mata memejam. Biarkan Cokhi melakukan apapun di sampingnya, karena dia benar-benar mengantuk. Cokhi memenuhi ucapannya dengan tak mengganggu Moyla. Lelaki itu justru menatap gadis di sampingnya tanpa beralih menatap yang lain.
Matanya memicing ketika nafas teratur keluar dari hidung Moyla. Gadis itu sudah tidur meskipun posisinya dia sedang duduk dan menyender. Entah kelelahan seperti apa yang menyerang gadis itu sekarang.
Cokhi berdiri, melihat-lihat ruangan demi ruangan yang ada di unit Moyla kecuali kamar. Tempat itu bersih, khas perempuan. Barang tertata dengan rapi, dan tak ada debu. Korden yang menutupi dinding kaca, dibukanya dan dia bisa melihat keindahan Jakarta pada malam hari.
Senyum Cokhi terbit ketika melihatnya. Dia suka pemandangan seperti itu. kemudian dalam otaknya muncul ide. Menganggukkan kepalanya, dia akan mengatakan idenya itu kepada Moyla. Mungkin saja gadis itu tidak akan menerima keputusannya. Lagipula kalau pun Moyla tidak menerima, dia juga tidak peduli bukan?
Kembali duduk, Cokhi ikut memejamkan matanya di samping Moyla. Sepertinya dia juga merasakan kantuk itu menyerangnya. Dan dengan hitungan detik, dia juga masuk ke dalam alam mimpi. Keduanya sama-sama bekerja keras setiap harinya. Tanggung jawab keduanya juga sama-sama berat. Tak mudah membuat jadwal Galaksi yang begitu padatnya.
Dia membuat jadwal Galaksi sebaik mungkin agar setiap harinya, lelaki itu bisa mendapatkan istirahat yang cukup di tengah kepadatan jadwalnya.
Kedua kaki Moyla dinaikkan ke atas sofa dan memeluk dirinya sendiri. Pun dengan Cokhi. Kaki panjang lelaki itu pasti akan terasa kebas dengan posisi tidur yang seperti sekarang. Dengan reflek, lelaki itu juga menaikkan kakinya ke atas sofa. Keduanya jelas tak menyadari apa yang terjadi.
Keduanya saling berhadapan dengan tangan mereka saling memeluk diri mereka sendiri. Efek kelelahan memang sepertinya benar-benar luar biasa menyerang keduanya. Keheningan di ruangan itu jelas sekali terasa. Hanya ada suara jarun jam yang terdengar dan juga AC.
Waktu menunjukkan pukul dua malam, ketika pergerakan Cokhi membangunkan Moyla. Matanya terbuka dengan pelan. Kantuk itu masih terasa, namun gadis itu jelas merasakan kekagetan yang luar biasa, sampai dia mundur sampai ke ujung sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Simple
RomanceDia bukan lelaki yang suka berbasa-basi. Apa yang ada di kepala selalu diungkapkan dengan kata. Karena memendam hasil pemikirannya di dalam kepala, tak selamanya baik menurutnya. Dan kisahnya akan di mulai. Seri ke lima dari Kimchi. Dimulai tanggal...