Part 4. Bedebah Kampret

1K 162 11
                                    

"Permisi." Cokhi menoleh ke arah kanannya ketika dia merasa ada yang berbicara dengannya.

"Ya?" jawabnya dengan kening mengkerut.

"Sepertinya saya pernah melihat anda." Lelaki yang memiliki tinggi sama seperti Cokhi itu menatap terang-terangan sambil mengerutkan keningnya tanda memikirkan sesuatu. "Tapi saya lupa." Lanjutnya.

Memberikan senyum untuk menghormati lelaki tersebut, Cokhi menjawab. "Mungkin anda salah mengenali orang."

"Silahkan makanannya, Pak." Seorang pelayan mengantarkan makanan yang dipesan oleh Cokhi dan mempersilahkan untuk menyantapnya. Seperti biasa, Cokhi sedang bermain game di sebuah kafe langganannya.

"Ya, terima kasih." Pelayan tersebut kemudian meninggalkan meja Cokhi untuk kembali bekerja.

Sedangkan orang yang menyapa Cokhi tadi duduk di kursi depan Cokhi tanpa merasa canggung. Dia terus menatap Cokhi dalam-dalam sampai yang di tatap risih di buatnya.

"Anda ada perlu lagi dengan saya?" Cokhi tak akan lagi berbasa-basi hanya karena merasa tak enak hati. Dia perlu menyelesaikan game level sulitnya dan tak ingin di ganggu oleh siapapun termasuk lelaki itu.

"Saya ingat sekarang." Melipat kedua tangannya di atas meja untuk berbicara sungguh-sungguh dengan Cokhi. "Anda kekasih Moyla bukan?" Cokhi yang tanpa menawari orang itu makan, dia menyantap makanan yang dipesannya tanpa sungkan.

"Anda salah orang." Tegas Cokhi.

"Saya nggak mungkin salah orang, saya ingat sekali jika lelaki yang waktu itu memiliki rambut yang sama seperti anda. Dan memang anda lah orangnya." Kemudian lelaki itu mengulurkan tangannya. "Perkenalkan, nama saya Rama." Agar tak disangka dia lelaki sombong, maka Cokhi membalas uluran tangan Rama.

"Cokhi." Giliran dia yang meperkenalkan diri. "Dan saya kira anda salah paham dengan semua ini."

"Saya ingat betul jika Moyla waktu itu mengenalkan anda sebagai kekasihnya. Kalian sudah tidak bertengkar lagi kan?" Mulut Cokhi yang sedang mengunyah makanan seketika berhenti karena pertanyaan yang super konyol menurutnya. Maka dengan berat hati dia menjelaskan.

"Saya bukan pacar Moyla." Jawabnya dengan menatap lurus ke mata lelaki itu.

"Kalian benar-benar putus?" Cokhi bisa melihat ada binar bahagia yang terlihat dari mata lelaki itu. Cokhi mengernyit heran. Ingin dia mengatakan faktanya, tapi dia merasa itu tidak perlu lagi. Jadi dia memutuskan untuk menjawab secara lugas.

"Saya rasa itu bukan suatu masalah yang harus anda ketahui." Keduanya terlihat saling pandang. Rama tetap santai dengan jawaban Cokhi, namun dia segera menimpali.

"Saya tahu ini bukan urusan saya, tapi kalau memang anda sudah tidak memiliki hubungan lagi dengan Moyla, mungkin saya bisa mendekatinya." Cokhi tak langsung menjawab karena dia berpikiran mungkin saja memang mereka ini dulunya memiliki 'urusan' yang belum terselesaikan.

Kemudian dia mengingat di mana Moyla yang meminta bantuannya kala itu dengan berpura-pura menjadi kekasih perempuan itu ketika Rama mendatanginya.

"Saya tidak tahu kalian memilki kisah apa di masa lalu." Cokhi tak ingin salah bicara. "Tapi saya dan Moyla memang tidak memiliki hubungan apapun saat ini. Anda boleh pergi." Usirnya terang-terangan karena dia tak ingin terlibat tentang apapun itu mengenai urusan yang memang bukan urusannya.

"Maaf kalau saya mengganggu waktu anda." Rama berdiri dan mengangguk sedangkan Cokhi hanya menatap lelaki itu tanpa membalas anggukan sapaan yang dilayangkan kepadanya.

*.*

"Kak Moy!" gadis itu menoleh mendengar panggilan untuknya dan mendapati Kyra sedang bersama kekasihnya.

Mr. SimpleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang