Part 56. Tak Ada Duanya

769 147 26
                                    

Rama diam seketika setelah Cokhi dengan santainya mengatakan hal semacam itu. Benar, waktu terus berjalan, tidak bisa berpatokan pada 'masa lalu' yang adalah sebuah sejarah. Atmosfer seketika canggung karena Rama belum mengatakan apapun dan terlihat masih berpikir.

Moyla terlihat begitu santai dan nyaman di dalam pelukan Cokhi. Tangan lelaki itu melingkupi punggung Moyla sampai di pinggangnya, dan kehangatan terasa menjalar sampai di seluruh tubuhnya. Tatapan Moyla tidak fokus pada Rama, bahkan dia masih sempat menilai penampilan orang-orang yang berjalan melewatinya. Benar-benar sama sekali tak peduli dan tak berpengaruh apapun meskipun Rama ada di depannya.

Hatinya, sudah betul-betul sembuh kah? Mungkin saja Rama sekarang ini sedang bertanya seperti itu di dalam hatinya, melihat Moyla yang memang sangat berbeda dibandingkan yang lalu.

"Jadi, apa ada hal perlu kamu bicarakan kepada Moyla? Ada banyak hal yang ingin kami lakukan hari ini. Kami tak ada banyak waktu untuk melakukan sesuatu yang akan membuat waktu kami berakhir begitu saja." Cokhi kembali bersuara seolah sudah malas berhadapan dengan Rama. Cokhi memang sebelumnya tak memiliki masalah apapun dengan lelaki itu, tapi sekarang berbeda setelah mendengar apa yang pernah terjadi antara Rama dan Moyla.

"Sejujurnya, saya ingin sekali memperbaiki hubungan saya dengan Moyla yang pernah berantakan. Saya ingin menebusnya agar bisa bersama kembali dengan Moyla." Bukan hanya Cokhi yang sejenak tak bisa bekata-kata, Moyla bahkan hanya sanggup menggigit pipet minumannya sambil menatap Rama dengan berkedip pelan.

"Sebetulnya itu bukan ide yang buruk." Cokhi bersuara dengan santai, "tapi sayangnya kamu sudah hilang kesempatan untuk melakukannya. Karena saya sudah mendorong siapapun dari hati Moyla karena saya ingin menempatinya sendiri." Cokhi berkuasa atas apapun termasuk tentang perempuan yang berada di dalam pelukannya tersebut.

"Kamu menyetujuinya kan, Sayang?" Sayang? Sejak kapan panggilan itu terasa lembut di telinga Moyla. Bukankah mereka bukan tipe manusia yang romantis? tidak ada panggilan khusus yang diberikan oleh keduanya selain Cicak dan Kodok waktu itu.

"Tentu saja." Dan jawaban yang diberikan oleh Moyla sama sekali tak ada bantahan. Ini jelas sebuah persekongkolan yang apik diantara keduanya. Dan itu juga yang menimbulkan seringaian di bibir Cokhi.

Aku menang! Mungkin seperti itulah gumaman yang ada di dalam hati Cokhi saat ini. Dulu, Moyla boleh mendapatkan kesakitan akibat orang-orang tak berperasaan seperti mereka. Tapi sekarang, jelas berbeda. Moyla sudah memiliki Cokhi dan Cokhi tak akan membiarkan siapapun melakukan hal buruk kepada wanitanya. Tidak siapapun!

Sepertinya Rama tak ingin berdebat lebih jauh lagi, lelaki itu menyingkir dari hadapan sejoli tersebut membawa perasaan tak nyaman. Moyla menatap punggung Rama dengan sebuah perasaan yang cukup rumit. Dulu, dulu sekali, dia pernah mencintai lelaki itu. Juga pernah terluka karenanya. Sampai kapanpun, dia tak akan pernah melupakan kejadian menyakitkan tersebut. Dia bahkan harus kehilangan seseorang yang paling dia cintai di dunia ini.

"Kita pergi!" bayangan apapun yang baru saja tercetak di dalam kepala Moyla kini hilang sama sekali karena suara Cokhi. Bahkan tarikan di tangannya menyadarkan Moyla jika dia baru saja membuka luka lamanya. Entah kenapa, tiba-tiba saja dia menatap Cokhi yang berada di depannya dengan genggaman tangan mereka.

Moyla kembali sadar jika sekarang dia memiliki lelaki bernama Cokhi. Lelaki yang dulu pernah tidak disukainya, lelaki yang dulu pernah membawanya ke rumah keluarganya ketika Moyla meminta tolong untuk diantarkan pulang, dan hal-hal yang kurang menyenangkan di awal nyatanya justru membawanya pada kebahagiaan di waktu sekarang.

Dan entah kenapa, itu membuat Moyla ingin memeluk Cokhi sekarang juga. Maka dia melakukannya. Dengan menahan tangan Cokhi yang menariknya untuk berjalan, Cokhi berbalik dan Moyla langsung memeluk lelaki itu. Tak peduli tatapan orang-orang yang melewati mereka, Moyla bertingkah dengan 'ganas' untuk pertama kalinya.

Cokhi tahu, suasana hati kekasihnya ini sedang terganggu. Terganggu oleh makhluk Tuhan bernama Rama.

"Rama memang tidak baik bagi kamu. Lihat saja, baru juga kamu bertemu dia beberapa menit, kamu sudah sawan." Komentarnya dengan lembut dan membalas pelukan Moyla. Sesekali memberikan lirikan kepada siapapun yang menatap ulah mereka yang saling berpelukan di muka umum. Moyla tak menanggapi apapun yang diucapkan oleh Cokhi kepadanya. Dia hanya ingin merasakan kebaikan Cokhi yang baru dia sadari sekarang jika ini adalah nyata.

---

Cokhi melihat beberapa piring makanan yang ada di depannya dengan takjub. Moyla yang berulah dengan mengambil banyak makanan untuk mereka. Cokhi bukannya khawatir dengan isi dompetnya, tapi dia khawatir dengan omelan Moyla yang mungkin akan terjadi esok hari karena berat badannya yang naik. Masalahnya adalah semua makanan ini berlemak.

"Kamu yakin akan menghabiskan ini semua?" pertanyaan yang cukup lumrah. Moyla mendongak menatap Cokhi dengan ekspresi yang tak sedap.

"Kita. Kita yang akan makan ini. Bukan hanya aku." Jawab Moyla dengan lancar.

"Ya, aku tahu. Tapi ini banyak banget, Moyla."

"Porsi satu nasi kucing, hanya sesendok suapanmu. Bahkan ini saja aku yakin kamu akan nambah." Seorang bos, memiliki banyak karyawan, untuk mendapatkan Moyla saja dia sanggup membeli sebuah apartemen mewah. Tapi karena Moyla, dia harus merasakan nasi kucing beserta sate-satenya. Seandainya tiga sahabatnya tahu, entah bagaimana mereka akan berkomentar.

Moyla memang tak seperti wanita pada umumnya yang akan memilih restoran mahal dengan masakan chef dengan bahan-bahan terbaik. Alih-alih menunjukkan kemewahan, dia hanya ingin duduk di angkringan dengan banyak sate yang memenuhi piring-piring kecil di depannya.

Cokhi akhirnya mencoba untuk memakannya. Sejak dulu selalu bergaul dengan orang-orang yang memiliki latar belakang keluarga yang sama, tentu saja tempat-tempat seperti ini sangat jarang dijamah atau bahkan tidak pernah. Jika memang pernah, mungkin Cokhi sudah melupakannya.

"Enak?" pertanyaan pertama setelah satu suap nasi meluncur di dalam mulut Cokhi. Hanya nasi dan tempe kering kecap. Tidak ada daging atau apapun yang digunakan sebagai lauk. "Ya sama satenya dimakan lah." Moyla memberikan sate ceker di depan Cokhi dan lelaki itu menerima.

Dan ya, ide Moyla selalu mendapatkan respon baik dari Cokhi. Tidak ada keluhan apapun dari mulut lelaki itu dan menikmati apa yang ada di depannya. Moyla merasa, dia benar-benar beruntung bertemu dengan Cokhi. Muka abstrak yang bangga sekali dengan keabstrakannya. Wajah yang cukup fleksibel, dan keduanya sama-sama mempesona.

Pulang dari makan malam yang sangat spesial, Moyla kebingungan dengan semua barang yang didapatkan Cokhi dari hasil bermain game nya. Banyak sekali hadiah yang dibawa pulang, dan beberapa tempat pajangan moyla terlihat penuh sesak.

"Kita bisa memberikan kepada anak-anak kalau memang ini memenuhi unitmu." Moyla yang sedang berpikir keras di mana dia bisa menempatkan barang-barang itu, Cokhi hanya duduk santai sambil memelototi ponselnya sambil bermain game, lagi. Moyla yang sudah kelelahan, membalikkan tubuhnya dan berkacak pinggang di hadapan kekasihnya tersebut.

"Daripada kamu melakukan hal yang tidak berguna seperti itu, lebih baik kamu bantu aku menyusun semua ini!" Lirikan diberikan kepada Moyla oleh Cokhi beberapa detik, dan dia memilih kembali melakukan kegiatannya. Tapi satu kata membuat lelaki itu mendapatkan lemparan bantal sofa.

"Ogah!" katanya, dengan wajah mengesalkan yang dimilikinya. Namun, setelah bantal sofa mengenai wajahnya, Cokhi langsung menutup game nya dan berdiri. Memberikan senyuman terbaiknya, dan berkata, "apa yang bisa aku lakukan buat kamu sayang?"

Si kampret itu memang tak ada duanya.

*.*

Yoelfu 9 September 2021

Gesssss!!!! Sehat kan? 

Mr. SimpleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang