Part 14. Tak Menyangka

771 135 34
                                        

"Lo lihat!" salah satu dari satu gerombolan itu meminta kepada teman-temannya untuk melihat di sebuah meja yang ada seorang wanita di sana. Semua menurut.

"Dia itu salah satu staf dari Galaksi." Begitu infonya.

"Pasti seneng, ya, jadi timnya artis sekelas Galaksi." Tanggap yang lain,

"Dan dia bukan hanya tim, tapi dia adalah manajernya." Bukan hanya satu kepala yang menoleh ke arah orang yang baru saja berbicara, tetapi semua yang ada di meja itu menoleh.

"Kok lo tahu?"

"Gue pernah lihat dia sama Galaksi dan berani marahin cowok itu. Tegas banget orangnya." Satu meja itu memang sedang merayakan kesuksesan proyek yang sedang ditangani. Dan untuk itu, mereka pergi merayakannya.

"Beruntung banget sih." Tanggapan yang lain. Berbeda dengan mereka yang membicarakan satu gadis yang sedang duduk sendirian itu, gadis lainnya di meja itu hanya diam saja tanpa ikut masuk ke dalam pembahasan itu.

"Kayaknya Delima ini nggak fansnya Galaksi ya." Begitu tanya salah satu gadis di sana. Delima tersenyum kecil.

"Suka sih." Hanya begitu saja jawabnya. Dan mendapatkan kedikan bahu dari teman-temannya. Mereka tak meliihat jika Delima juga sedang melirik Moyla yang sedang ada di sana.

"Sudah pesan?" Cokhi datang, dengan tampilan yang berbeda, membuat semua orang mabuk oleh pesona lelaki itu. Rambut yang tadinya panjang sudah di pangkas pendek dengan cat rambut sama seperti sebelumnya. Hanya potongannya saja yang berbeda. Bahkan pagi tadi ketika mereka bertemu dengan bosnya itu, Cokhi masih menjadi Cokhi yang gondrong.

"Bos!" bahkan karyawan lelakinya juga terlihat kagum, "Bos kalau kayak gini, matilah pasaranku." Yang mendapatkan kekehan dari Cokhi.

"Kenapa? Saya terlihat beda ya?"

"Bukan beda lagi, Pak. Bapak meng ambyarkan hati saya." Sebut saja Mawar, yang mengatakan itu. membuat semua orang tertawa.

"Jadi, kemana makanannya? Kenapa belum datang juga?"

"Masih di proses, Pak." Begitu kata Alan.

"Oke." Katanya dengan santai. Delima sejak tadi juga hanya diam sambil menatap Cokhi dengan mata yang menandakan kekaguman yang luar biasa. Tapi Cokhi hanya merasa jika itu adalah hal yang wajar. Karenanya dia hanya menanggapi biasa saja.

Lelaki itu sedang mengamati ponselnya yang sejak tadi tak mendapatkan notifikasi dari orang yang dia kirimkan chat. Wajahnya berubah serius sambil sesekali mengeluarkan nafasnya lelah. Bahkan karyawannya saja ada yang bertanya, apakah dia sakit? Yang hanya dijawab dengan gelengan kepala.

"Saya ke toilet dulu." Pamitnya kepada karyawannya. Kakinya berdiri dan mendapati seseorang yang sejak tadi tidak membalas chat darinya. Sedang duduk dengan tenang dengan wajah yang kelewat serius.

Bibirnya menyeringai dan mengurungkan niatnya untuk pergi ke tempat yang tadi dia katakan. Berjalan dengan santai, dan mengagetkan Moyla dengan kedatangannya yang tiba-tiba.

"Mau menghindar, Oh?" tanyanya dengan wajah yang mengejek. Kepalanya menggeleng-geleng, "Nggak akan bisa. Terbukti kita ketemu di sini kan?" seperti Cokhi sama sekali tak peduli jika dia menjadi perbincangan oleh karyawannya. Karena, ya, itu sudah terjadi sekarang.

Moyla menahan diri agar tidak menyumpahi lelaki yang ada di depannya itu dengan kalimat-kalimat buruk. Mencoba untuk mengendalikan dirinya.

"Kenapa chatku nggak dibalas?" tanyanya, "Suka sekali mengabaikan chat orang."

"Aku sibuk, belum ada gilirannya balas chat kamu." Moyla berdalih.

"Bukannya sekarang kita udah baikan? Kenapa kamu masih asem aja ngelihat aku?"

Mr. SimpleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang