Part 32. Bahaya

819 179 32
                                    

Sudah berjalan selama satu minggu, dan Cokhi sama sekali tak mendengar kabar dari Moyla. Maka dia tak sabar jika harus berpangku tangan tanpa melakukan apapun. Dia hanya perlu alamat Moyla tanpa menyelidiki lebih lanjut tentang gadis itu. Yang dibutuhkan sekarang adalah dia bisa segera bertemu dengan gadis itu dan dia akan meminta Moyla untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi dengan dirinya dan keluarganya.

Berdiam diri di depan sebuah rumah, Cokhi tak langsung masuk ke dalam sana. Dia melihat ada dua mobil terparkir di depan sana dan dia beranggapan bahwa anggota di rumah tersebut masih ada di dalam. Memutuskan untuk keluar, dia masuk ke dalam pelataran dan mengetuk pintu.

Tatapannya menangkap sebuah mobil yang dia pernah tahu. Hanya saja dia mengabaikan apa yang dilihatnya dan melanjutkan tujuannya. Pencetan bel pertama langsung mendapatkan sambutan. Pintu terbuka.

"Ya, Pak. Cari siapa?" kata asisten rumah tangga.

"Saya cari Moyla, Bik. Ada?" tanyanya. Tapi justru asisten tersebut salah tingkah seolah sedang menyembunyikan sesuatu.

"Saya butuh pertanggung jawaban dia. Pekerjaan dia sama sekali nggak pecus." Alibinya. Dia tak mungkin mengatakan siapa dia sebenarnya. Karena kalau itu dia lakukan, otomatis dia tak akan diijinkan untuk masuk. Berbohong sedikit tak masalah bukan.

"Masuk, Pak." Membukakan pintu lebih lebar, Cokhi langsung masuk ke dalam dan duduk di sofa tanpa diminta. Bibi meninggalkan Cokhi ke dalam untuk memanggilkan Moyla.

Sayangnya bukan Moyla yang datang, tapi ayah gadis itu. "Kamu?" Lelaki paruh baya itu sepertinya memang agak lupa dengan Cokhi, maka ditatapnya Cokhi dengan lekat dan kemudian dia menyadari jika dirinya sedang dikelabuhi.

"Kamu kekasih Moyla. Benar kan?" tembaknya langsung. "Saya tidak ijinkan kamu ketemu sama dia." Cokhi menatap lelaki itu dengan berani, tapi masih menunjukkan kesopanannya.

"Maaf, Pak. Tapi masalah yang waktu itu benar-benar kesalahpahaman." Cokhi berusaha menjelaskan.

"Saya tidak peduli. Tapi saya benar-benar menentang hubungan kalian." Katanya dengan keras kepala. "Saya akan menjodohkan dia dengan lelaki lain pilihan kami." Cokhi berusaha untuk tidak marah detik itu juga karena ucapan ayah Moyla.

Jangan rusak ketampanan kamu dengan sikap buruk yang kamu tunjukkan. Diri Cokhi mewanti-wanti. Maka lelaki itu tersenyum. "Kalau begitu, biarkan saya bertemu dengannya agar kami bisa berpisah baik-baik, Pak." Katanya mencoba merayu.

Wajah ayah Moyla terlihat tak setegang tadi setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Cokhi. "Nggak perlu, saya akan kasih tahu dia nanti kalau kamu mau mengakhiri hubungan kalian."

"Tidak perlu, Pak," katanya, "Saya datang di kehidupannya dengan baik-baik, jadi saya ingin berakhir dengan baik-baik pula." Kalau bukan ingin mengambil hati lelaki itu, entah sudah apa yang dilakukan oleh Cokhi sekarang.

"Ko!" Moyla muncul dengan wajah yang terlihat berbinar. Cokhi mengernyit ketika mendengar panggilan yang diberikan kepadanya. Selama ini, memang tidak pernah sekalipun Moyla memanggil Cokhi. Muncul tiba-tiba, dan panggilan asing itu tertangkap oleh pendengarannya.

"Aku mau pergi dari sini." Moyla menatap Cokhi dengan penuh harap agar lelaki itu bisa menyelematkannya dari kungkungan keluarganya.

"Kalian akhiri saja hubungan kalian." Begitu kata ayah Moyla. Sedangkan Moyla tak mengindahkan, gadis itu justru mendekati Cokhi. Memeluk lengan lelaki itu dan menyenderkan dagunya di bahu Cokhi. Dia tak akan tanggung-tanggung bertingkah menyebalkan di hadapan ayahnya.

"Mana bisa Papa sejahat itu sama aku sampai aku harus mengakhiri hubunganku dengan cowok yang aku cintai. Lucu sekali." Ekspresi Moyla benar-benar menyebalkan sekali sekarang.

Mr. SimpleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang