12

16.8K 761 4
                                    

Happy Reading 🍂

Zafia, Dinda, dan Syifa sudah berdiri di depan gerbang tinggi rumah Zafia. Zafia yang berada di tengah antara Dinda dan Syifa langsung jongkok, menyejajarkan tubuhnya dengan Syifa.

"Ifa? Ifa mau bantu bunda, tidak?" tanya Zafia membelai kepala Syifa.

"Bantu apa, bunda? Kata bunda, kita mau jalan-jalan. Tapi, ini kok ada di depan rumah gede, sih? Bukan taman bermain?" tanya Syifa mengerjap-ngerjapkan matanya lucu.

"Kita temuin Om pengawal dulu. Nanti kalau Ifa atau bunda sampai hilang, ayah bisa marah. Iya, 'kan?" tanya Zafia sambil tersenyum lembut.

Dinda memutar bola mata malas sambil mengulum senyumnya. Sedikit geli dengan cara bicara Zafia yang memanggil dirinya sendiri 'bunda'.

"Kenapa bukan ayah yang jagain kita, Bun?" tanya Syifa lagi.

"Ayah 'kan harus jagain Ibu di rumah. Nanti kalau Ayah pergi, ibu sama siapa? Lagian, Ifa mau mainnya sama Bunda dan Kakak cantik 'kan? Bukan sama ayah?" tanya Zafia.

Syifa menganggukkan kepalanya. Rambutnya yang di kepang dua nampak terayun-ayun berirama dengan gerakan kepalanya.

"Nah, kalau begitu, Ifa bantuin bunda, ya?" tanya Zafia.

"Ifa harus bantu apa, Bun?" tanya Syifa memainkan telunjuknya di depan dada.

"Ifa masuk ke dalam, terus minta tolong sama Om badan besar di dalam sana. Ifa kasih foto ini, bilang, Bunda Fia cari Om pengawal. Gitu, ya?" jelas Zafia memberikan Syifa foto Bima.

"Ini Om pengawal, Bun? Badannya gede, Ifa takut," ucap Syifa mengembalikan foto itu dan menggelengkan kepalanya.

"Eh? Jangan takut. Om Pengawal suka kasih hadiah, lho, sama anak kecil seperti Ifa. Apalagi kalau dia lucu, gemesin, tidak nakal, nanti sama Om Pengawal di beri hadiah." Zafia melirik Dinda, memintanya membantu membujuk Syifa.

"Iya, Ifa. Ifa tahu tidak? Om Pengawal itu suka beliin boneka sama es krim sama anak yang lucu kayak Ifa. Ifa mau es krim dan boneka tidak?" tanya Dinda ikut jongkok bersama Zafia.

"Tapi, tapi Om pengawalnya gede. Ifa takut," cicit Syifa menundukkan kepalanya masih dengan memainkan jari telunjuknya di depan dada.

"Itu karena Om pengawalnya pakek balon di perutnya. Dia tidak jahat, kok," ucap Zafia masih membujuk Syifa.

"Beneran pakek balon, Bunda? Kenapa Om pengawal harus pakek balon? Nanti jadi badut, dong? Ifa takut badut," cicit Syifa lagi kembali memainkan jari telunjuknya setelah tadi sempat antusias.

"Hmm, Om pengawal pakek balon biar ... biar balonnya bisa di kasih sama Ifa. Iya, biar gitu. Ifa mau balon tidak?" tanya Dinda mencubit pelan pipi Syifa.

"Ifa mau balon, Kak. Ifa suka sama balon. Nanti balonnya yang warna merah muda, ya, Kak, Bun. Ifa suka balon merah muda," ucap Syifa sambil bertepuk tangan antusias.

"Nah, kalau gitu panggil dulu Om pengawalnya. Nanti Ifa di kasih balon sama dia," ucap Zafia.

"Om pengawalnya tidak jahat 'kan, Bun?" tanya Syifa berhenti bertepuk tangan.

Dinda dan Zafia menggeleng bersamaan. "Tidak, Ifa. Om pengawalnya baik. Kan dia mau kasih Ifa balon, boneka, sama es krim juga," ucap Zafia mengelus kepala Syifa.

"Yaudah, kalau gitu, Ifa mau panggil Om pengawal. Bunda sama Kakak tunggu di sini, ya? Jangan tinggalkan Ifa," ucap Syifa memperingati.

"Iya, sayang. Nanti bilang sama Om pengawal, kalau Bunda Ifa tunggu di luar, gitu, ya?" ucap Zafia mengingatkan.

Gadis Kedua Guru Olahraga [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang