41

14.4K 560 3
                                        


Happy Reading 🍂

"Zaf, bangun." Alfa menepuk pipi Zafia yang menempel di lengannya. Dia yang sudah bangun dari tadi akhirnya membangunkan Zafia juga. Karena jarang melihat Zafia anteng, Alfa memanfaatkan momen saat Zafia tidur untuk mengamati wajah polos istrinya itu.

Karena kejadian semalam --saat Zafia mengakui Alfa adalah pacaranya-- Zafia jadi sedikit posesif pada Alfa. Keposesifan pertama Zafia untuk Alfa adalah saat tidur. Alfa dilarang pergi dari atas ranjang sebelum Zafia bangun atau tanpa sepengetahuan Zafia.

Zafia pun memberikan banyak peraturan baru untuk Alfa. Tidak boleh pergi tanpa izin Zafia atau tanpa Zafia. Jadi, kalau ada Alfa harus ada Zafia. Itu karena Alfa adalah 'pacar' Zafia. Secara, Alfa adalah milik Zafia. Padahal Alfa lebih dari pacar untuk Zafia, Alfa adalah suaminya.

"Zaf, udah subuh. Kamu bukannya ada janji sama Dinda mau maraton bareng? Mau keliling komplek baru, 'kan?" ucap Alfa lagi sambil memainkan anak rambut yang jatuh di dahi Zafia.

"Eugh," Zafia melenguh pelan sambil meregangkan otot-ototnya. Matanya langsung melebar kala mendapati dirinya begitu dekat dengan Alfa.

"Kak Al ngapain tidur sama aku!" pekik Zafia. Dia terlonjak kaget sampai duduk menjauh dari Alfa.

"Kan kamu yang minta Kakak tidur sama kamu. Kamu lupa sama yang kamu ucapkan semalam?" tanya Alfa sambil turun dari ranjang.

Memang selama mereka menikah, mereka belum pernah tidur satu ranjang. Alfa selalu diusir oleh Zafia ketika mendekati ranjangnya. Terlebih semenjak Tisya meninggal. Alfa lebih sering, lebih tepatnya selalu mencoba tidur dengan Zafia. Namun, Zafia selalu menolaknya dengan berbagai alasan yang tidak masuk akal menurut Alfa.

Namun tadi malam? Zafia memberikan sinyal hijau pada Alfa, tak mungkin Alfa mengabaikannya, 'kan? 

Zafia menggaruk rambut berantakannya. Senyum canggung dia perlihatkan saat matanya menatap Alfa. "Jadi, kita beneran pacaran?"

Alfa melirik sekilas Zafia dengan handuk tersampil di lehernya. "Kita suami istri, Zafia. Yang jelas, kita lebih dari kata pacaran."

Zafia tersenyum senang. Dia menatap pintu kamar mandi yang baru saja ditutup Alfa. "Lihatlah, Din. Baru semalam di Medan kau perlihatkan orang pacaran di akun IG-mu. Sekarang aku sudah punya pacar, sedangkan kau?"

***

"Ayah, Bunda, Ifa nggak ikut jalan-jalan, ya? Ifa masih mau lihat kamar Ifa. Nanti kalau Kak Dinda main ke kamar Ifa dan Kak Dinda hilang, kan Ifa bisa tunjukkan jalannya," ucap Syifa sambil memainkan boneka barunya di depan pintu kamar.

Alfa dan Zafia baru saja mengunjungi Syifa ke kamarnya, ingin mengajaknya jalan-jalan keliling komplek. Syifa yang masih semangat ingin keliling kamarnya menolak ajakan Zafia dan Alfa.

"Yaudah, Ifa baik-baik di kamar. Jangan main ke luar rumah sebelum Bunda dan Ayah pulang, ya?" ucap Zafia sambil mengelus kepala Syifa.

Syifa menganggukkan kepalanya, kemudian berbalik dan menutup pintunya.

Alfa dan Zafia juga segera berbalik dan turun ke bawah untuk pergi ke rumah Dinda dan Denzi. Tak seperti biasanya, kini Zafia mengaitkan tangannya ke lengan Alfa. Masih dengan alasan sebelumnya, karena Alfa adalah pacar Zafia.

***

"Ekhem," Zafia berdehem keras dengan senyum lebar. Matanya menatap Dinda dan tangannya yang berpegangan dengan lengan Alfa bergantian.

"Kau kesambet jin bucin, Fi? Tumben-tumbennan gandengan tangan sama Bang Alfa," ucap Dinda sambil memandang Zafia.

"Kau tak lihat? Aku sudah memiliki pacar. Mana pacar kau?" tanya Zafia dengan nada sombong.

Gadis Kedua Guru Olahraga [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang