Happy Reading 🍂Zafia menundukkan kepalanya dengan tangan meremas piyama tidurnya. Terdengar geraman keras dari bibir mungil Zafia.
"Kamu tidak boleh marah kalau Bima bertunangan! Kamu tidak boleh cemburu padanya!" teriak Alfa mengguncang bahu Zafia.
Zafia mendongak dengan mata menyalah merah. Dia marah. "Berikan ponselmu," ucap Zafia dengan suara berusaha ditahan. Dia tengah menahan emosinya.
"Kamu tidak boleh menghancurkan pertunangan mereka!"
"Berikan ponselmu!" Zafia membalas berteriak pula.
"Zafia!"
"Ponselmu!"
"Zafia!"
"Berikan ponselmu atau aku pergi menemui Abim sekarang juga," geram Zafia dengan mata terus menatap tajam Alfa.
Dengan kasar Alfa mengambil ponselnya dan meletakkan di pangkuan Zafia. Zafia mengambilnya dan menekan beberapa nomor kemudian meletakkan ponsel Alfa di telinganya.
"Datang ke sini sekarang! Jangan banyak tanya. Kalau dalam waktu sepuluh menit kau tidak sampai di hadapanku, akan kupastikan kau akan menyesal!" teriak Zafia dengan emosi tidak tertahankan, kemudian dia mematikan sambungan itu dengan cepat dan memberikan ponsel Alfa dengan kasar.
"Kau tak boleh cemburu padanya!" teriak Alfa menatap tajam Zafia.
"Aku tidak cemburu padanya. Aku hanya marah pada Abim!" balas Zafia dengan tatapan tajam.
"Kau tidak boleh marah padanya dengan alasan kau cemburu padanya! Tidak boleh. Kau hanya boleh cemburu padaku. Kau milikku, bukan Bima! Hanya milikku!"
"Aku tidak cemburu padanya! Kau pergi dari kamarku sekarang. Aku akan melaksanakan Shalat subuh di kamar. Kalau Dinda sudah sampai kau minta dia langsung masuk kamarku," ucap Zafia mendorong kasar Alfa untuk keluar dari kamarnya.
"Aku tidak ingin pergi. Aku ingin menghukummu karena cemburu pada pria lain selain aku," ucap Alfa membalikkan tubuhnya dan menggendong Zafia menuju ranjang.
"Apa yang ingin kau lakukan, Bodoh!" teriak Zafia yang sudah berada di bawah kungkungan Alfa.
"Aku ingin menghukummu--"
"Aku tidak cemburu padanya! Dengan apalagi aku harus memberi tahu padamu!" teriak Zafia memotong ucapan Alfa.
Tanpa menghiraukan teriakan Zafia, Alfa langsung saja menyerang bibir Zafia. Zafia memberontak dengan terus memukul dada Alfa dengan kuat.
Percuma, tenaganya sangat kecil untuk bisa membuat Alfa menghentikan kegiatannya. Tiga menit kemudian Alfa melepaskan tautan bibir keduanya dengan nafas terengah.
"Kau, huh ... kau memakan bibirku lagi. Kau, huh ... membuatku hampir mati karena kehabisan nafas. Apa maumu sebenarnya?" tanya Zafia dengan masih menetralkan nafasnya.
"Itu ciuman dariku," jawab Alfa enteng dengan masih menetralkan nafasnya.
"Kau jelas berniat membunuhku, bukan menciumku!" teriak Zafia lagi. Dia langsung mendorong dada Alfa yang masih berada di atasnya.
Alfa terlentang di samping Zafia. Karena sudah terlepas dari Alfa, Zafia langsung berlari ke kamar mandi.
"Kau keluar dari kamarku! Minta Dinda untuk datang sekarang!" teriak Zafia dari kamar mandi.
"Dinda datang masih lama. Jangan mem--"
Tok tok tok!
"Fi? Kau di dalam tak? Kenapa kau menghubungi cepat sekali? Dengan suaramu yang terdengar marah tadi membuatku khawatir padamu, bodoh," ucap Dinda yang ternyata sudah berada di depan kamar Zafia.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Kedua Guru Olahraga [ END ]
Художественная прозаBagaimana ketika siswi SMA menikah dengan guru nya karena terjadi kesalahpahaman? Bahkan guru yang mengajar mata pelajaran olahraga tersebut sudah mempunyai istri bahkan mereka sudah dikaruniai seorang putri? Dan apa alasan istri pertamanya rela sua...