#Gadis_Kedua_Guru_Olahraga
#Part49Happy Reading ^
"Jadi, bagaimana kondisi istri saya, Dok?" tanya Alfa dengan nada khawatir. Penampilannya yang begitu berantakan sebenarnya membuat Dokter sedikit was-was. Tapi, melihat wajah yang begitu khawatir Alfa membuat Dokter segera menceritakan kondisi Zafia.
"Seperti yang saya katakan tadi, kemungkinan besar pasien akan koma. Benturan di kepalanya membuat pembuluh darah pasien pecah. Kami sudah berusaha sebisa kami. Semua hasilnya tinggal kita tunggu beberapa jam ke depan. Serahkan semuanya pada yang di atas," ucap Dokter itu sedikit mensupport Alfa.
"Apakah separah itu, Dok?" tanya Alfa pelan.
"Sangat. Bahkan, operasi yang kami lakukan delapan jam terakhir belum memungkinkan kesembuhan total bagi pasien," jelas Dokter itu kembali.
"Apa akan ada kemungkinan kalau istri saya akan hilang ingatan, Dok? Amnesia?" tanya Alfa dengan tatapan penuh khawatir.
Dokter itu membenarkan posisi kaca matanya. "Kemungkinan itu sangat kecil, Tuan. Tapi, bila kemungkinan itu benar-benar terjadi, akibatnya bisa sangat fatal. Pasien akan mengalami amnesia permanen. Kemungkinan untuk mengingat masa lalunya sangatlah kecil," jelas Dokter blasteran itu sambil menghela nafas perlahan.
Alfa mengusap wajahnya yang kebas. Dia menjambak rambutnya frustasi. Seakan melupakan keberadaannya yang masih berada di ruangan Dokter.
"Kami akan melakukan yang terbaik, Tuan. Pasien juga akan segera dipindahkan ke ruang rawat VVIP," ucap Dokter itu.
"Baik, Dok. Kalau begitu saya permisi dulu." Dokter itu menganggukkan kepalanya.
Alfs melangkah dengan sempoyongan. Saat tangannya baru membuka handle pintu, suara Dokter itu kembali terdengar. Alfa kembali menoleh ke belakang.
"Saya lupa satu hal, Tuan. Bila pasien tidak mengalami amnesia, ada efek sampingnya juga untuk pasien. Pasien akan mengalami trauma yang sangat parah, Tuan. Dan menurut saran saya, sebaiknya Tuan bawa pasien ke ahli psikiater untuk kenyamanan bersama," jelas Dokter itu.
Alfa terbengong sesaat, kemudian mengangguk lesu. Alfa menutup pintu ruangan itu dengan pelan. Dia menyenderkan tubuhnya di dinding samping pintu itu. Perlahan badannya merosot ke lantai dengan cengkeraman tangan di rambutnya.
"Maafkan Kakak, Zafia. Kakak gagal menjadi suami yang baik buat kamu. Sungguh, hanya kamu yang Kakak cinta. Kakak nggak ada niat buat berpaling darimu, Zafia," lirih Alfa dengan cengkeraman di rambutnya semakin kuat. Butiran kristal perlahan menetes di pipinya yang sedikit pucat.
Alfa masih menetap di sana selama dua jam lebih. Dia tak peduli dengan sekelilingnya. Hanya Zafia yang berada di fikirannya. Yang memporak-porandakan hatinya.
Ada tangan yang menepuk bahu Alfa. Sosok itu tersenyum ke arah Alfa. Tangannya terulur untuk membantu Alfa berdiri.
"Zafia, Pa," lirih Alfa sambil memeluk sosok Papa mertua yang berada di depannya.
"Papa tahu. Dinda sudah menceritakan semuanya sama Papa. Kamu yang tenang. Semangat hidup Zafia ada dalam diri kamu. Jangan terpuruk seperti ini," ucap Wisnu sambil menepuk punggung Alfa.
"Alfa gagal, Pa. Alfa gagal jadi menantu Papa. Alfa hampir membunuh anak Papa, Putri kecil Papa. Alfa hampir melayangkan nyawa istri Alfa, Pa. Maafkan Alfa," lirih Alfa sambil luruh ke bawah kaki Wisnu. Tangannya memeluk kaki Wisnu erat.
"Berdiri, Alfa. Berdiri." Wisnu memegang pundak Alfa dan membawanya berdiri. "Kamu dengar Papa. Papa tahu niat kamu baik. Papa tahu kamu tidak akan mengkhianati Zafia. Ini semua hanya kecelakaan, bukan salah siapa-siapa. Sekarang kamu pulang dan ganti baju. Mama Tari, Kartika, dan Dinda akan ikut kamu pulang agar bisa menjaga Syifa. Bersihkan diri kamu, Papa akan jaga Zafia di sini!" perintah Wisnu dengan suara tegas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Kedua Guru Olahraga [ END ]
Художественная прозаBagaimana ketika siswi SMA menikah dengan guru nya karena terjadi kesalahpahaman? Bahkan guru yang mengajar mata pelajaran olahraga tersebut sudah mempunyai istri bahkan mereka sudah dikaruniai seorang putri? Dan apa alasan istri pertamanya rela sua...