Happy Reading!Zafia berlari menghampiri Alfa yang mungkin kini sedang setengah sadar. Tubuh Alfa terduduk di tepi bawah ranjang yang menghadap ke arah pintu balkon yang terbuka.
Kamar luas itu terasa sempit, karena diisi banyak sampah di dalamnya. Botol minuman beralkohol berceceran di mana-mana. Kertas-kertas berserakan di lantai. Juga pecahan vas bunga hias yang biasanya terletak di nakas berserakan di lantai.
Zafia jongkok di depan Alfa. Menatap wajah sayu yang yang matanya kadang terbuka, lalu menutup kembali. Zafia memegang lengan Alfa, membantunya bangkit agar bisa dibawa ke tempat tidurnya.
"Kak Al kenapa begini? Zaf kecewa," lirih Zafia masih berusaha membawa Alfa untuk bisa berbaring di kasur king sizenya. Tanpa terasa bulir bening mengalir dari ekor mata Zafia.
Setelah berhasil membawa Alfa tidur di kasurnya, Zafia segera menggantikan pakaian Alfa. Setelah itu disusul dengan membereskan kamar yang nampak berantakan.
Air mata Zafia terus meluncur tanpa henti. Dia kecewa. Sangat kecewa pada Alfa. Kenapa lelaki itu nekad meminum minuman haram itu? Apa sebabnya? Apa karena kedatangan Rizal pagi tadi?
Setelah selesai membereskan kamar itu, Zafia kembali mendekat ke arah Alfa. Kesadaran lelaki itu sempurna menghilang. Dengkuran halus terdengar dari Alfa.
Zafia mendekat, dan memeluk Alfa erat. Tangannya meremas pundak Alfa dengar keras. Ia melampiaskan kemarahannya kekecewaannya pada Alfa malam itu.
"Kak Al jahat. Kenapa harus meminum minuman itu? Apa Kakak kehabisan air putih sampai harus memasukkan cairan itu ke tubuh Kakak? Kak Al jahat! Aku benci Kak Al! Aku tambah benci dengan Kak Al!"
Zafia kembali melampiaskan kekesalannya dengan memukuli dada bidang Alfa. Lelaki itu sedikit terusik. Namun kesadarannya tidak sempurna pulih.
"Kamu milik Kakak. Tidak ada yang boleh memilikimu selain Kakak. Zafia akan selalu menjadi milik Alfa," racau Alfa masih dengan menutup matanya.
"Selama aku masih marah dengan Kak Al, aku bukan milik Kak Al! Tapi Kak Al akan tetap jadi milik Zaf, sekali pun Zaf marah dengan Kak Al. Hiks ..."
Zafia membenamkan wajahnya di dada bidang Alfa. Menumpahkan isak tangisnya di sana.
"Jangan pergi. Kakak tidak akan membiarkanmu meninggalkan Kakak," racau Alfa lagi.
Alfa memeluk Zafia sambil memiringkan tubuhnya. Zafia berada di dalam dekapan Alfa dalam posisi miring. Zafia pun membalas pelukan Alfa lebih erat.
"Aku bukan milik Kak Al, tapi Kak Al tetap milikku."
***
Cahaya matahari memasuki celah-celah terbuka di kamar itu. Apalagi pintu balkon yang tidak ditutup, memudahkan cahaya matahari untuk menerobos masuk ke dalam.
Masih dengan posisi yang sama. Zafia dan Alfa masih setia dalam mimpi masing-masing. Posisi Alfa yang membelakangi cahaya matahari yang masuk, serta posisi Zafia yang masih di dalam dekapan Alfa membuat cahaya matahari tidak mengenai wajah mereka secara langsung.
Zafia menggeliat pelan kala rasa pegal mulai terasa. Posisi yang tidak berubah membuat tidurnya sedikit tidak bebas. Apalagi semalam ia begadang untuk membereskan kamar itu dan membersihkan tubuh Alfa.
Saat kelopak mata Zafia sempurna membuka, wajah Alfa terpampang jelas di sana. Wajah damai suaminya yang sudah lama tidak ia nikmati. Zafia menggelengkan kepalanya untuk mengembalikan kesadaran dari lamunannya menikmati nikmat Tuhan yang sudah halal baginya itu.
Perlahan ia melepaskan pelukan Alfa masih mengerat itu. Saat tubuhnya sudah sempurna terlepas, ternyata Alfa membuka kelopak matanya. Dari raut wajahnya ia terlihat terkejut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Kedua Guru Olahraga [ END ]
Fiksi UmumBagaimana ketika siswi SMA menikah dengan guru nya karena terjadi kesalahpahaman? Bahkan guru yang mengajar mata pelajaran olahraga tersebut sudah mempunyai istri bahkan mereka sudah dikaruniai seorang putri? Dan apa alasan istri pertamanya rela sua...